part. 14

476 61 7
                                    

_
_
_

"aku dan amy akan menikah.
papa mau resepsinya di Korea."

"selamat ya, semoga kalian bahagia" ucap Jimin memaksakan diri dan menyembunyikan keterkejutannya

"aku gak bahagia". Sela Yoongi.

Jimin terdiam, jika tak bahagia kenapa dia memutuskan menikah, tapi Jimin mengunci mulutnya, dia tak ingin tau lebih banyak tentang percintaan Yoongi.

Rasanya baru saja Yoongi hyeong yang lama kembali mengisi hari-harinya, membuatnya bahagia, tapi sekarang dia bilang akan menikah, ada rasa tak terima dan nyesek di dada Jimin.

Beberapa saat mereka sama-sama diam.

"Bukan kah harus nya kamu bahagia, aku lihat kalian pasangan yang serasi, dan dia kan dia pilihan mu"

"Harusnya iya, tapi yang kurasakan tidak begitu." Jawab Yoongi

"Kalau gak bahagia, kenapa gak menolaknya." Tanya Jimin

"Aku gak bisa menolak apa yang papa dan eomma mau". Jawab Yoongi.

Karna seperti terikat kontrak, hidup Suga adalah menjadi Yoongi, apa yang orang tua Yoongi mau, maka Suga harus mengikuti nya.

"Jimina, apa Yoongi yang dulu pernah membantah orang tua nya."

Jimin menyeringai, lagi lagi Yoongi melontarkan pertanyaan aneh.

"Yoongi yang ku tau sangat penurut" Jawab Jimin.

"Apa dulu aku punya pacar ?, seharusnya punya, kan waktu itu udah umur 16th."

Jimin menghela nafas dalam, sudah tidak kaget jika Yoongi mengatakan dia lupa dengan masa lalu.

"Haruskah aku cerita tentang yang dulu dulu ?"

"Emang itu yang ku mau" jawab Yoongi.

"Dulu Yoongi akan mengatakan pada semua cewek - cewek yang mengirimi mu surat cinta bahwa Jimin adalah pacar mu" jelas Jimin sambil menahan senyum.

"Aku sampai marah saat kamu begitu"

"Kenapa ?"

"Karna aku takut dimarahi eoma, dan khawatir kita gak dibolehin ketemu lagi"

"Aku selalu tertarik mendengar ceritamu tentang masa lalu, seperti nya kamu dan Yoongi sangat saling ketergantungan".

"Tapi aku sedih jika kamu menanyakan masa lalu, sepertinya benar-benar gak ada sedikitpun yang kamu ingat."

"Andaikan, setelah pergi ke Paris, lalu Yoongi hyeongmu benar-benar hilang dan tak pernah kembali, kira-kira akan seperti apa perasaan mu?" Tanya Yoongi

Jimin diam,

Berkali-kali Yoongi memanggil Jimin.

Samar dari telpon Yoongi mendengar suara Jimin meringis.

"Jimina,, kau gapapa ?"

.
.
.

"Kenapa selalu mengatakan itu ?" Akhirnya Jimin menjawab dengan suara terbata.

"Kamu kenapa, gapapa kan?" Yoongi mulai khawatir

"Membayangkan nya saja membuar dada ku nyeri, kenapa selalu bilang Yoongi tak kembali ?, apa kamu benar-benar ingin menghilang ?" Jawab Jimim menangis.

"Apa dada mu sakit ?, gimana sekarang ?". Yoongi panik.

"Melihatmu berciuman, atau akan menikah, semua itu sebenarnya membuat dada ku nyeri. Yoongi yang dulu selalu mengutamakan ku, lalu Yoongi yang ku temui sekarang bilang gak mengingat ku, semuanya itu sebenarnya membuatku sakit"

"Lalu saat aku ingin menjauhi mu, tapi kamu malah selalu menghubungi ku, seolah-olah mengkawatirkan ku, itu juga membuatku sakit."

"Hyeong, ini pertama kali nya aku merasa menyesal pernah mengenal mu, menyesal pernah punya kenangan bersama mu."

"Harusnya aku berusaha mengubur ingatan ku tentang mu, aku sudah terbiasa menghilangkan semua ingatan yang membuat ku sakit dari hati dan fikiran ku"

"Entah itu tentang ibu kandung ku, atau orang - orang di masa lalu yang membuatku sakit jika mengingatnya."

"Apa maksud mu?".

"Jika kamu ingin menghilang, menghilanglah seutuhnya, jangan mengkhawatir kan ku, karna aku sudah terbiasa dengan itu."

"Entah kamu ingat atau tidak aku pernah bercerita dulu dipanti sebenarnya aku bersama seseorang yang ku yakini sebagai hyeong ku, dia sering memarahi ku, walaupun dia pasti akan memeluk ku saat ku menangis. Dia selalu seperti membenci ku walaupun dia terus menjaga ku. Dan akhirnya dia pergi, kabur dari panti meninggal kan ku yang sedang koma dirumah sakit"

Tak sadar Yoongi yang serius mendengarkan cerita Jimin menggigit bibir nya sampai berdarah.

Nafasnya berat, "bukankah itu adalah Jiyoon yang sedang bercerita tentang Suga" batin Yoongi.

"Lalu ?"

"Aku menunggu nya, berusaha mengikuti aturan nya, aku menahan tangis ketika ingin menangis, karna dia tak suka mendengar ku menangis. Seberapapun aku mematuhinya, tapi dia tetap tak pernah kembali."

"Jimin, apa kamu ingat siapa nama Hyeong mu itu?"

"Tidak, aku gak ingin mengingat nya, dia selalu bilang ingin menghilang, dan pada kenyataan nya dia benar-benar meninggalkan ku sendiri."

"Aku mematuhi nya, membiarkan nya benar-benar menghilang selamanya, begitupun dari hati dan fikiran ku."

"Aku sudah sangat terbiasa dengan itu, jadi jika kamu juga ingin menghilang, pergilah seperti dia. Jangan pernah menghubungi ku lagi, agar aku juga dengan mudah menghilangkan mu dari hati dan fikiran ku".

"Jimina, maksud ku bukan begitu."

"Apapun maksud mu, tapi aku tau kamu hanya sedang ingin menyakiti ku, aku bosan dengan tingkah mu itu. Aku juga gak merasakan kalau kamu adalah Yoongi yang ada di ingatan ku"

"Semakin kita sering mengobrol, semakin kurasakan kalau kamu bukan Yoongi."

Yoongi menggeleng gelengkan kepalanya, tak menyangka Jimin akan mengatakan itu, entah apa yang salah dari ucapan Yoongi tadi.

"Jimin, jangan gini, kasih aku kesempatan ngomong".

"Hyeong, aku sudah berusaha untuk tidak membenci mu seperti aku membenci orang yang pernah menyakiti ku, tapi kamu selalu membuatku kecewa dan aku mulai berfikir membenci mu."

"Jangan ngomong gitu, aku bahkan terus menghubungi mu sekarang. Jiminaaa, kamu kenapa ?".

"Itu yang jadi pertanyaan ku, kenapa kamu terus menghubungi ku, tapi selalu mengungkit hal hal yang dulu kita sepakati untuk tidak dibahas. Bukankah ini hanya trik mu agar aku membenci mu kan?".

Jimin mematikan telpon, sepertinya Jimin terbawa suasana, entah kenapa merasa Yoongi membuatnya kesal.

Yoongi mencoba berulang kali menelpon balik, tapi tak pernah tersambung lagi.

Yoongi jadi sangat yakin
bahwa Jimin adalah benar - benar Jiyoon. Tak mungkin ada dua orang berbeda yang memiliki cerita yang sama .

--- to be continued ---

WARNA LAIN [YOONMIN] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang