BAB 4

30 4 0
                                    

Sepulang dari gym semalam, aku tidak diperbolehkan makan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang dari gym semalam, aku tidak diperbolehkan makan malam. Sebagai hukuman, katanya. Pagi ini pun aku tidak sarapan, dan Papa Keesra tampak tidak mempermasalahkannya, begitu juga dengan Mama Keesra.

Kini bisa keluar dari rumah itu bagaikan kebebasan untukku, dan hari ini aku berangkat naik mobil sendiri. Ada gunanya juga Ayah mengajariku menyetir mobil laundry karena berguna sekali sekarang.

Saat fokus menyetir, aku melihat kucing Keesra di pinggir jalan, sedang mencari makanan. Segera saja aku turun untuk menemuinya.

"Moky, kamu dibiarkan jadi gelandangan sama si Tua Bangka itu?" Bergegas aku mengambil Moky—nama kucing Keesra.

Walau aku tidak begitu menyukai kucing, tapi bukan berarti aku benci bahkan sampai jijik segala. Sisi manusiawiku tetap tergerak melihat kucing ini ditelantarkan begitu saja.

Tanpa pikir panjang, aku memutuskan untuk membawanya ke sekolah. Dan begitu tiba, aku bergegas membawa kucing itu ke belakang sekolah. Aku mencari-cari kran air yang tersedia di beberapa titik area sekolah, salah satunya di bawah pohon kiara payung. Aku berniat hendak memandikan Moky karena bulunya sangat kotor.

"Emang semalam kamu tidur di mana, hah? Di kolong jembatan?" Aku mulai mengoceh sambil memandikannya.

Hingga seseorang tanpa kepedulian tentang apa yang sedang aku lakukan memakai kran satunya. Namun, melalui ekor mataku, aku sempat melihat dia melirikku. Omong-omong, aku sempat melihatnya saat berpapasan di pintu jalan pintas kemarin.

Dia tidak peduli, aku juga tidak. Jadi aku tetap meneruskan kegiatanku. Namun, aku sempat terkejut saat melihat luka di kaki Moky.

"Kamu ini, tampang kaya kucing garong tapi nggak bisa jaga diri!" Aku mengomel, tak peduli Moky paham atau tidak. Tidak peduli cowok di sebelah memperhatikan atau tidak.

Aku segera mengambil sapu tangan di dalam tas untuk mengeringkan bulu Moky. Dia terus menggeliat dan mengeong.

"Diem dulu napa sih!"

"Dia laper." Cowok sebelah tahu-tahu bersuara, tapi terkesan acuh lalu melenggang pergi.

Aku tahu, tapi tetap menghargai inisiatifnya yang mau memberitahuku. Lalu aku menurunkan Moky. "Kamu di sini aja, jangan keluyuran. Nanti aku balik bawain makanan."

Setelah itu, aku pergi meninggalkannya. Awalnya aku pikir bakal susah karena dia pasti mengejarku, tapi ternyata tidak. Dia menurut, diam memperhatikan kepergianku dengan sikap siap menunggu. Aku jadi kasihan.

***

Begitu bel istirahat berbunyi, aku bergegas bangkit. Niatnya mau menemui Moky, memastikan dia baik-baik saja. Aku harap sih tidak ada murid yang usil mengganggunya. Namun, panggilan dari Moe menghentikan langkahku.

Why Do I Do This? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang