BAB 16

44 5 0
                                        

Gadis itu Keesra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu Keesra. Di umurnya yang antara anak-anak menuju remaja telah memiliki masalah yang sangat umum: jerawat ranum, tubuh berisi, rambut mengembang dan semacamnya.

Namun, tampaknya dia tengah mengalami masalah yang lebih pelik dari pada masalah jerawat dan rambut mengembang. Sosoknya antara berdiri dan duduk di sisi gorong-gorong. Wajahnya panik dibanjiri peluh. Sesekali dia menoleh ke sembarang arah.

Sekali lagi dia melongok ke dalam gorong-gorong, lalu menarik diri dan putus asa. Sampai akhirnya sosok laki-laki yang lebih tinggi darinya menghampiri.

"Kamu kenapa?" tanya laki-laki itu.

Keesra tampak malu melihat wajah laki-laki itu, karenanya, dia jadi menunduk sambil menunjuk gorong-gorong. "Kucingku terjebak di sana."

Laki-laki itu mendekat, melongok ke dalam gorong-gorong, lalu menarik diri dan menciptakan ekspresi berpikir.

"Sebentar, aku coba dulu buat ambil dia di sana. Tapi kalau aku kembali tanpa kucingmu, kamu jangan nangis ya." Dia menawarkan bantuan tanpa berjanji.

Keesra mengangguk. Kedua tangannya meremat sisi rok yang dikenakannya.

Lekas bocah laki-laki itu mulai memasuki gorong-gorong. Dalam beberapa detik sosoknya tenggelam, tak terlihat. Sementara Keesra nampak mengkhawatirkannya sehingga sesekali melongok ke dalam gorong-gorong untuk memastikan keadaan bocah laki-laki itu di sana.

Tak lama kemudian, bocah laki-laki itu kembali, keluar dari gorong-gorong membawa kucing Keesra yang telah mati.

Dia mengangkat kucing itu ke udara, memperlihatkannya kepada Keesra. "Terlambat. Sori." Nadanya terdengar acuh tapi penuh penyesalan.

Tak ada respons dari Keesra, membuat laki-laki itu melongok ke arah wajah Keesra yang menunduk, hanya untuk melihat Keesra menahan tangis. Matanya berkaca-kaca dan wajahnya memerah.

"Ya sudah deh, boleh nangis, tapi jangan keras-keras—"

Belum sempat laki-laki itu menyelesaikan ucapannya, Keesra sudah menangis tersendu-sendu, membuat laki-laki itu kebingungan harus melakukan apa.

"Lebih baik kita kubur dia," kata laki-laki itu, menunjuk kucing Keesra.

Keesra mengangguk sambil menyeka air matanya. Mereka pun pergi ke lahan kosong penuh pepohonan dan tanaman yang tak jauh dari lokasi gorong-gorong. Mereka memilih mengubur kucing Keesra di balik semak-semak.

"Siapa namamya?" tanya laki-laki itu sambil menggali tanah.

"Choko." Keesra menjawab, suaranya sangat lembut, seperti suara gadis pemalu.

"Kenapa bisa masuk gorong-gorong?" Laki-laki itu kembali bertanya.

"Nggak tahu. Pas aku pulang ke rumah, Choko sudah nggak ada, dibuang Papa. Terus aku dengar suaranya di gorong-gorong sejak kemarin, tapi suaranya lama-lama hilang."

Why Do I Do This? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang