Seorang flayer cheerleader mengalami koma setelah atraksinya disabotase oleh rekan se-timnya-dia didatangi oleh seorang gadis misterius yang menawarkan kesempatan kedua dalam kehidupannya dengan syarat dia harus membantu menyelesaikan misteri di bal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ohayou gozaimasu!"
Begitu memasuki gerbang, aku masih konsisten menyapa teman-teman sekolah Keesra setiap berpapasan dengan mereka. Pun sudah ada perubahan, mereka mulai menerima sapaan Keesra dengan sama ramahnya, tidak ada lagi reaksi keheranan.
"Pagi!" sapaku lagi. Selain teman sekelas, aku tidak mengenal mereka semua.
"Pagi, Kee!"
Suara ini sudah aku kenali dengan baik, maka aku membalik tubuh dan memberinya senyum. "Pagi, Zio."
Huh, cowok seceria ini dicuekin sama Keesra. Memang bjir Keesra tuh!
Kami pun melangkah bersama menuju kelas, dan omong-omong aku belum tahu di mana kelas Zio.
"Wah, lo hari ini keliatan cerah bahagia. Efek sparkling menari-nari loh di wajah lo."
Zio memalingkan wajahnya yang salah tingkah, membuatku lebih semangat untuk menggodanya. "Kaya Justin Bieber di atas panggung!"
"Wah, Zio... Venezio Bieber... take away your things and go!"
Mendengar lirik yang kunyanyikan, mata Zio melebar. "Itu Selena Gomez!"
Tawa mendahului responku. Namun, sebelum benar-benar merespon, aku melihat Zio menciptakan reaksi semacam baru ingat sesuatu.
"Oh iya. Mama bilang, kemarin dia lihat lo di rumah sakit. Lo jenguk pasien Mama yang koma."
Nyaris saja aku melotot karena itu akan menjadi reaksi yang berlebihan. Untungnya aku bisa menguasai diri. Mengetahui Tante Dokter kemarin ialah Ibu Zio sangat di luar dugaanku. Memang sih dunia ini sempit, tapi kebetulan yang kami alami rasa-rasanya keterlaluan.
"Oh iya. Dia teman gue, flayer cheerleader. Tapi atraksinya disabotase dan dia kecelakaan terus koma."
Menceritakan itu kepada Zio, aku jadi tersadar haruskah aku juga menyelidiki kasusku? Namun, akan sangat sulit mengingat aku dan Keesra berada di sekolah yang berbeda. Aku juga ingin tahu bagaimana kabar tim cheerleader-ku saat ini.
Apakah tidak ada yang berubah?
Apakah mereka masih beraktifitas seperti biasa seolah tidak pernah terjadi kecelakaan yang dialami anggota timnya?
Apakah sabotase hanya prasangka burukku saja?
"Disabotase?" Zio kelihatan terkejut dan prihatin.
"Prasangka gue sih gitu, tapi kayaknya nggak ada tindakan apa-apa deh. Gue tebak sih itu cuman dicatat sebagai musibah kecelakaan yang nggak bisa menuntut pertanggungjawaban dari pihak manapun." Aku jadi sedih.
"Mungkin lo bisa bantu." Zio memberi saran.
"Nggak ada yang bisa gue lakuin. Bahkan ketika gue tahu suatu saat keluarganya mulai kehilangan harapan dan nggak bisa lagi bayar uang rumah sakit."