Dari informasi yang diberikan oleh Zio, aplikasi GhostSip dibuat oleh Kak Ghatan atas permintaan Keesra. Aku tahu, Keesra pasti penasaran dengan pandangan orang-orang terhadapnya, tapi dia akan sulit mendapat jawaban yang jujur jika dia bertanya langsung. Maka dari itu, dia membuat aplikasi tersebut untuk mengetahuinya.
Bahkan postingan pertama dibuat olehnya, yang bertanya tentang pendapat orang-orang terhadapnya.
Namun, apa yang dikatakan oleh Zio benar. Aplikasi itu justru menjadi racun untuknya. Lama kelamaan, dinamika yang diciptakan oleh aplikasi ini mulai keluar dari kontrol. Gossip yang semula hanya candaan ringan menjadi serangan personal yang berdampak pada kehidupan nyata pengguna.
Melihat hal ini, aku merasa bertanggung jawab dan memutuskan untuk mengakhiri eksperimen sosialnya. Sehingga aku menemui Zio yang ketemu di depan kelas IPS 2.
"Zio, lo mau nemenin gue ketemu Kak Ghatan nggak?" tanyaku. Aku belum mengetahui siapa Kak Ghatan ini.
Situasi ini sepenuhnya konyol. Kadang-kadang aku masih bertanya-tanya apakah yang aku alami ini nyata dan itu memengaruhi pikiranku, ditambah menjalani misi semacam ini baru pertama kali untukku, sehingga aku sulit menjalankannya. Maka dari itu, kadang aku melewatkan beberapa hal dalam investigasi, termasuk soal Kak Ghatan.
"Gila, Kee. Lo mau ngapain nemuin Kak Ghatan di Amerika?"
Sungguh aku ingin melotot tapi khawatir itu akan menjadi reaksi yang aneh.
"Eh, Kak Ghatan di Amerika ya? Gue lupa." Kuakhiri dengan kekehan agar meyakinkan.
"Iya, di kota Miami, Florida. Lo mau ngapain nemuin dia?"
"Gue mau bahas soal aplikasi itu. Lo benar, aplikasi itu cuman bikin gue sakit hati, jadi gue mau minta tolong Kak Ghatan buat menonaktifkan aplikasi itu biar nggak bisa diakses lagi."
"Apa gue bilang." Seolah Zio telah memberi Keesra nasihat secara terus menerus.
"Ih, terus gimana dong?" tanyaku, meminta saran darinya.
"Ntar gue bilang deh ke dia lewat chat, tapi dia jarang buka chat. Sok sibuk banget. Chat Mama aja jarang dibalas."
Oh, oke. Kak Ghatan terverifikasi sebagai Kakak Zio.
"Oke. Mohon bantuannya ya, Zio." Aku membungkuk, berlagak seperti pegawai hotel, membuat Zio tertawa.
"Baik, Tuan Putri." Namun, Zio melakukan hal yang sama. Aku pun meninju lengannya atas gurauannya.
"Oh iya, lo hari ini latihan cheerleader?" tanyanya.
"Iya."
"Gue—"
"Stop. Plis, kalau mau latihan basket hari Sabtu aja sesuai jadwal. Gue sakit tahu sering kena bola!" aku segera menyela.
Tawa lembut mendahului jawaban Zio. "Yah, sayang amat, padahal itu modus gue. Modus secara langsung boleh nggak? Jadi gue nemenin lo latihan tanpa alasan latihan basket."
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Do I Do This? [END]
General Fiction[BACA = FOLLOW] BY: Khrins ⚠️Belum direvisi! Start: Ada bukti tanggal pembuatan!!! ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Seorang flayer cheerleader mengalami koma setelah atraksinya disabotase oleh rekan timnya-dia didatangi oleh seorang gadis misterius yang menaw...