Ada sesuatu yang harus kubicarakan dengan Zio. Aku sudah menelefonnya sejak tadi, tapi nomor cowok itu tidak aktif. Namun, aku berniat hendak mencarinya di pesta Limar, barangkali Zio datang karena diundang.
Aku bergegas ke sana tanpa membawa hadiah, dan hanya mengenakan sweter merah lembut dan celana panjang berwarna biru.
Butuh 20 menit untuk aku tiba di rumah Limar yang tertera di dalam undangan sebagai tempat pesta. Aku mengetahui alamatnya yang juga tercantum di sana.
Acaranya dilaksanakan di halaman belakang rumah Limar yang luas, yang telah didekorasi sedemikian rupa. Banyak teman-teman sekolah yang wajahnya cukup familier, sisanya tidak ada yang kukenal.
Aku menerobos hiruk-pikuk acara untuk mencari Zio. Namun, cowok itu masih belum kutemukan di manapun.
"Keesra!" seruan Moe mengalihkan atensiku. Dia menghampiriku membawa ekspresi cemberut. "Katanya nggak mau datang. Ini malah tiba-tiba ngajak datang. Gue kan nggak nyiapin hadiah!"
Kulirik benda yang Moe bawa di tangan kanannya. "Lah, itu?"
"Ya ini hadiah mendadak. Gue blingsetan nyari hadiah apa yang bisa gue kasih ke dia."
"Apaan tuh hadiahnya?"
Awalnya Moe terlihat ragu ingin menjawabnya, tapi akhirnya dia menjawab juga, "Action figure Bumblebee."
Aku sontak melotot. "Jangan bilang lo ngambil punya gue—maksudnya Unye!" Reflek-ku cepat untuk meralat kalimatku.
Moe nyengir. "Iya."
Banyak derita yang sudah kutanggung belakangan ini dan Moe harus menambahnya. Aku berusaha keras untuk tidak marah saat aku dikenal olehnya sebagai Keesra. Sehingga aku hanya memberinya senyum gemas.
"Kenapa nggak pakai barang lo aja?" tanyaku, mencoba untuk tetap sabar.
Lagi-lagi Moe nyengir dan terlihat malu. "Barang gue kebanyakan KW dan murahan, bikin gue nggak punya nyali buat ngasih ke Limar sebagai Hadiah. Walau dia bilang mau terima apa pun hadiahnya dari gue, tapi gue nggak yakin."
Lalu dia menambahkan, "Dengar-dengar action figure Bumblebee ini harganya lumayan."
Iya lumayan. Lumayan sangat menguras tabunganku!
Yah walau begitu, aku merelakannya saja, lalu tersadar sesuatu bahwa seharusnya aku melanjutkan pencarianku menemukan Zio.
"Eh lo lihat Zio nggak?"
"Lihat. Tadi pas masuk gue lihat dia pergi sama Nero. Aura mereka kaya lagi nggak oke gitu."
Jawaban Moe membuatku mendesah lelah. Aku kira mereka sudah baikkan, tapi sepertinya apa yang Moe lihat tadi menyangkal pikiraanku.
"Ya udah kalau gitu gue cari mereka dulu. Lo tunggu sini nanti gue balik lagi."
Awalnya aku hendak pergi begitu saja tanpa menunggu respons dari Moe. Namun, belum sempat mengambil langkah, suara Limar di atas pundium mengalihkan atensiku.
"Oh Hai Keesra. Senang deh kamu mau datang!" serunya. Dia berbicara menggunakan mic, berdiri di belakang meja panjang penuh hadiah.
Dapat kulihat lilin di atas kue di meja sebelahnya terkikis, seolah telah dinyalakan. Karena itu, aku menebak sudah melewatkan acara tiup lilinnya. Tapi itu tidak penting, sekarang aku harus fokus sama apa yang akan Limar rencanakan.
Gerak-geriknya yang sumringah seperti bukan karena hari ini ulang tahunnya saja, tapi lebih dari itu dan aku tahu apa itu.
"Kalau gitu, acara buka kadonya gue lanjutkan." Seolah aku adalah alasannya melanjutkan membuka kado.
![](https://img.wattpad.com/cover/365544812-288-k67396.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Do I Do This? [END]
General Fiction[BACA = FOLLOW] BY: Khrins ⚠️Belum direvisi! Start: Ada bukti tanggal pembuatan!!! ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ Seorang flayer cheerleader mengalami koma setelah atraksinya disabotase oleh rekan timnya-dia didatangi oleh seorang gadis misterius yang menaw...