GUARTICE 0.1

43 5 0
                                    

“Jangan berjanji bila kau tak yakin akan bisa menepatinya.
Karena itu hanya akan menyakiti perasaan
mereka yang menyayangimu.”

'''o'''


"Jaga diri baik-baik ya, jangan nakal di sana!" ucap Ai, ia mengecup kening Anne sebagai tanda perpisahan karena kini mereka telah berada di bandara yang itu artinya, Anne akan segera berangkat.

Anne balas mencium pipi Ai. "Anne gak lama kok ma, paling cuman sebulan dua bulan," Anne berkata lembut.

Zeyu menepuk pundak Junkyu. "Jagain adek gue ya," pesan Zeyu.

"Santai bro," jawab Junkyu.

"Kalo dia ngeyel cubit aja!" sahut Mingrui.

Anne menatap malas Mingrui. "Lo ngapain ikut si bang?" sinis Anne.

Mingrui membalas tatapan Anne dengan tak kalah sinisnya. "Gak papa kali, suka-suka gue, lagian gue mau say goodbye sama lo! Kan kita bakalan lama gak ketemu!”"

"Udah, ribut mulu perasaan," lerai Zeyu.
Anne meledek Mingrui dengan menjulurkan lidahnya dan langsung berjalan menghampiri Junkyu yang sudah menunggu di dekat pesawat. "Ta!" Tiba-tiba Mingrui memanggil membuat Anne kembali menoleh.

Mingrui menarik tangan Anne. "Ada yang mau gue omongin sama lo,"

"Apa? Cepet, gue mau berangkat nih."

Mingrui menarik nafas dalam. "Gue takut lo keburu diambil orang." ucap Mingrui membuat kening Anne berkerut bingung. "Setelah bang Zeyu nikah... lo mau "kan nikah sama gue?"

Anne tersenyum. "Pastiin lo udah siapin susu strawberry satu truk, buat ngelamar gue nanti." ucap Anne dan langsung berjalan memasuki pesawat bersama Junkyu.

Mingrui terdiam  belum dapat mencerna apa yang Anne katakan. "Gue di terima?" tanya Mingrui bingung.

Zeyu terkekeh. "Menurut lo?"

Saat berhasil mencerna ucapan Anne, pesawat yang Anne naiki justru sudah lepas landas membuat Mingrui hanya bisa tersenyum menatap kepergian Anne. "Bahkan nanti gue pasti udah siapin rumah terbaik buat kita Ta,"

***

Di dalam pesawat Anne melihat pemandangan  yang menurutnya sangat cantik saat dilihat dari ketinggian seperti ini, meski sebenarnya ia sedikit takut dengan ketinggian. "Lo suka sama Mingrui?" tanya Junkyu tiba-tiba buka suara.

Anne langsung menoleh. "Ehmm... kayaknya iya...?"

"Sejak kapan? Gue pikir dia cbst,"

"Cbst apaan?"

"Cinta bertepuk sebelah tangan, kayak yang di alami sama kebanyakan fans," celetuk Junkyu.

"Bisa aja lo! Kalau teume tau mereka pasti langsung unfans dari lo!"

"Biarin!"

Anne terkekeh. "Bang, kalau terjadi sesuatu sama gue sebelum bisa ketemu sama temen-temen dan keluarga gue... sampein maaf gue ke mereka karena gue udah banyak bohong ya?"

"Maksud lo?"

Anne tersenyum manis. "Ehmm... gak papa sih... gue cuman ngerasa kayaknya, gue ada firasat gak enak soal ini, entah kenapa tiba-tiba gue takut gak bisa ketemu mereka lagi,"

Junkyu menghela nafas lelah. "Jangan ngomong sembarangan. Gue yakin lo bakal baik-baik aja kok, jangan lupa lo udah janji sama gue bakal jadi jaksa yang baik. Kapan lo bakal kasih tau mereka? Lo udah bohongin semua orang terlalu lama, tapi yang penting... Zeyu udah tau 'kan?"

Anne terdiam. "Kalau gue kasih tau mereka, nanti yang ada gue di omelin terus lagi sama mereka, tapi lo tenang aja, keluarga gue udah tau kok. Bahkan bang Doy juga tau,"

"Hampir dua tahun jadi jaksa masa masih di sembunyiin dari orang sih, jahat banget. Inget, gue gak mau lo kenapa-kenapa cuman gara-gara ngurusin urusan orang!"

"Gue gak janji."

Five mons later

"Gimana udah selesai? Gue penasaran, apa yang lagi lo kerjain sebenernya, sampai lima bulan lebih lo masih belum selesai juga buat nyari informasi," ucap Junkyu dari sebrang telpon.

Anne menyelipkan ponselnya di sela pipi dan bahunya. "Gue lagi nyari informasi tentang kasus yang terakhir kali gue kasih ke lo sama bang Rui buat di selidiki. Tapi bentar lagi gue pulang kok, soalnya dia juga udah pulang dari minggu kemarin, terus konsultasi gue juga udah selesai." jelas Anne.

"Hmm... jadi lo pulang hari ini? Perlu gue jemput?"

"Oh iya bang, soal kepulangan gue jangan kasih tau siapa-siapa ya, gue mau kasih kejutan! Lo juga gak usah jemput gue, gue yakin lo sibuk." ucap Anne seraya tersenyum manis meski ia tau Junkyu tidak akan melihat senyumannya itu.

Terdengar helaan nafas dari sebrang telpon. "Kenapa tiba-tiba menghela nafas gitu dah?" tanya Anne sedikit terkekeh.

"Gak papa sih, gue tenang aja, ternyata kekhawatiran gue sia-sia. Gue bersyukur lo baik-baik aja. Gue janji gak akan kasih tau soal kepulangan lo dulu. Hati-hati di jalan jaksa Yu!"

"I like it!"

Bib.

"Kok dimatiin sih?" Anne menatap ponselnya kesal. "Padahal masih banyak yang mau gue omongin, awas nyesel karena gak dengerin omongan gue dulu!" keluh Anne.

"Senior, bentar lagi kita berangkat." Nah, orang ini adalah orang yang Anne temui saat terakhir kali mengantar Junkyu ke bandara, dan kebetulan pria ini juga adalah seorang jaksa yang sedang melakukan sebuah latihan kecil, pria itu bernama Theol, ia akan ikut dengan Anne ke Korea tempat dimana seharusnya ia berada.

Setelah berada di pesawat kurang lebih selama sebelas jam, Anne yang sejak tadi tidur akhirnya di bangunkan oleh Theol. "Senior kita udah nyampe!"

Anne meregangkan tubuhnya. "Aaaa! Pegel banget! Theol kamu ikut saya pulang dulu mau gak? Biar kalau ada apa-apa kamu bisa cari saya di rumah, sekalian saya kenalin sama kakak saya, soalnya pasti kita bakal sering ketemu 'kan?"

Theol tersenyum canggung. "Lain kali aja ya, gue ada urusan soalnya." tolak Theol. Ia memang berbicara tidak formal dengan Anne karena pada dasarnya ia tidak bekerja secara formal dengan ini. Selama ini ia hanya mengikuti Anne karena sebuah kegiatan pelatihan yang harus ia lakukan.

Anne mengangguk saja. "Kalau begitu, sampai jumpa."

Theol berlari sambil melambaikan tangannya. "Sampai nanti di kantor senior!"

Anne mengangguk setelahnya ia langsung keluar bandara dan menunggu taxi. Tak lama sebuah mobil taxi berhenti tepat di hadapannya. "Golden house." ucap Anne memberi alamat tujuannya.

Taxi itu pun mulai berjalan. Anne yang awalnya mengamati pemandangan kini beralih pada ponselnya yang menerima pesan dari seseorang.

Musuh bebuyutan

|Lo belum balik juga? Betah amat.

Biarin wleee|

|Gue udah beliin apa yang lo mau.

Wihhh! Jadi pengen balik!|

Anne mengalihkan pandangannya kala menyadari jalan yang ia lewati bukanlah jalan menuju rumahnya. "Maaf anda salah jalan?" tanya Anne.

"Ah... tidak kok, ini jalan yang benar." sangkal driver taxi itu.

Kening Anne berkerut, ia meraih pistol yang ada di dalam tasnya. "Jawab jujur, siapa anda dan apa yang mau anda lakukan." ucap Anne dingin. Ia mengarahkan pistolnya tepat ke kepala driver itu.

Driver taxi itu tersenyum tipis. "Gue harus bunuh lo."

"Dia lagi?" tanya Anne.

"Gue gak tau siapa yang lo maksud. Tapi yang pasti gue harus berhasil bunuh lo."

Anne bersiap menarik pelatuknya. "Kenapa?"

"Karena kalau gue gak bunuh lo, keluarga gue yang bakal mati."

Hati Anne goyah mendengar jawaban orang itu. "Anda tidak berbohong?"

"Buat apa gue bohong soal hidup dan mati keluarga gue! Gue mohon untuk sekarang, biarin gue bunuh lo! Gue gak bisa kehilangan keluarga gue!"

Anne menarik kembali pistolnya. "Jika anda meninggal, siapa yang akan menafkahi keluarga anda?"
"Soal itu... istri gue guru. Gue percaya di bisa hidupin anak-anak gue sama dirinya sendiri."

Anne menyandarkan tubuh pada kursi. "Ya sudahlah... toh gue juga udah capek hidup... jangan buat gue kesakitan ya?" ucap Anne dan ia langsung meraih ponselnya kemudian mengirimkan pesan pada beberapa orang.

Musuh bebuyutan

Wo ai ni...|

|Hmm? Ta?

Maafin gue (NotSend)|

To be continue

𝑮𝒖𝒂𝒓𝒅𝒊𝒂𝒏 𝒐𝒇 𝒋𝒖𝒔𝒕𝒊𝒄𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang