"Gue lupa belum nanya, kenapa lo sama si Mingrui Mingrui itu harus pura-pura meninggal?"
Junkyu tersenyum tipis. Ia menyesap kopi yang ia pesan beberapa saat lalu. Ia letakkan kembali kopi miliknya dan menatap lawan bicaranya. "Gue gak ada pilihan."
"Kenapa?"
"Sersan Senghyun, udah lama lho kita gak ketemu masa lo malah nanya soal kematian gue," kekeh Junkyu.
Seunghyun mendengus. "Lagian! Lo ninggalin kepolisian buat fokus sama kerjaan jadi idol konon, eh malah tiba-tiba muncul berita kematian sumpah! Gue jantungan gak boong!" cerocos Senghyun.
"Udah ah jangan ngomongi itu males gue. Yang penting 'kan sekarang gue jadi ada waktu buat temuin kalian, dengan satu syarat jangan kasih tau siapapun kalau gue masih hidup." ujar Junkyu.
"Bisa di atur." Seunghyun menyesap kopinya. "Ngomong-ngomong Kyu, gimana keadaan jaksa Anne?" tanya Seunghyun.
"Anne? Lo kenal dia?" tanya Junkyu terkejut.
"Aishhh... siapa sih di kepolisian Seoul Timur yang gak kenal sama dia? Secara di hari pertama tugas di sana aja dia udah bolak balik kantor," ucap Seunghyu di sertai kekehan."Ouh... dia udah baik-baik aja kok, tinggal nunggu sadar aja."
"Syukurlah."
"Sersan Choi!"
"Detektif Mo? Kenapa?"
"Hhhh... astaga! Gue nyariin lo kemana-mana ada di sini ternyata!"
"Siapa tuh?" tanya Junkyu.
"Oh ini detektif Mo Heiji, detektif yang nyelidikin kasus kecelakaan jaksa Yu." jelas Seunghyun. "Jadi apa yang lo temuin?"
"Tar, gue nafas dulu!" Setelah mengatur nafas dan mulai merasa lega, barulah Heiji mendudukkan dirinya di sofa kafe samping Junkyu. "Jadi gini, gue 'kan pernah bilang bakal pulihkan rekaman dashboard mobil yang gue temuin di mobil itu pas lagi evakuasi korban." jelas Heiji.
"Serius? Tapi bukannya kejadiannya udah dua bulan ya?" tanya Junkyu ragu.
"Lo raguin kemampuan NFS?"
"Kagak sih,"
Heiji mendengus, ia keluarkan iPadnya dari tasnya. "Nih gue bawa rekamannya, biar bisa nonton bareng. Dan lo? Lo siapa? Pergi dari sini, ini bukan urusan lo!" usir Heiji pada Junkyu.
"Dia senior lo."
"Masa cowok modelan dia senior gue sih?" gumam Heiji menatap Junkyu dari atas sampai bawah.
"Kurang ajar lo!" ketus Junkyu. "Gue telpon Mingrui dulu, gue yakin dia jauh lebih pengen tau tentang ringkas kasus ini dari pada kita." ucap Junkyu seraya mengeluarkan ponselnya.
"Mingrui...?" gumam Heiji mulai memejamkan mata seolah sedang mengingat sesuatu. "Tar dulu! Lo, Kim Junkyu 'kan?! Bukannya lo udah mati!" seru Heiji begitu mendapat ingatannya.
"Mulut lo!" seru Seunghyun membekap mulut Heiji.
Junkyu tetap menelpon Mingrui tanpa menghiraukan Heiji. "Halo, kenapa bang?"
"Lo ada dimana Gou?"
"Gue lagi nemenin Sea, kenapa?"
"Tumben nemenin adek lo?"
"Sea udah beli tiket buat nonton filem sama bang Ruto, eh ternyata bang Ruto lagi sibuk jadi dia minta gue buat nemenin Sea, ya... gue bisa-bisain aja lah meski harus make masker kek gini..." jelas Mingrui."Ouh... ngomong-ngomong Gou, gue ada di kafe deket mall nih, lo bisa kesini aja gak?"
"Kenapa emangnya?"
"Ada detektif yang dateng terus katanya dia punya rekaman kamera dashboard mobil Anne waktu kecelakaan."
"Lo bukannya kameranya rusak?"
"NFS udah benerin, lo kesini deh. Meski cuman bisa denger suara, kita bisa tau kejadian yang sebenarnya."
"Gue kesana."***
"Lo mau kemana bang?!"
"Se, gue ada urusan yang lebih penting! Lo telpon partner lo aja ya!"
"Partner gue siapa?!"
"Shuyang! Gue pergi, jaga diri baik-baik sampe Shuyang dateng! Nanti gue telpon dia kok!"
"Masa gue ngajakin pacar orang terus!"***
Mingrui berlari kencang dari mall hingga sebuah kafe yang dapat ia lihat berada di sebelah mall dengan dua gedung jarak antara kafe dan mall. Saat tiba disana ia langsung membuka pintu, masuk dan menghampiri Junkyu yang sedang berbincang dengan dua orang pria yang tidak begitu ia kenal. "Bang!" panggil Mingrui yang langsung mengatur nafas.
"Lo lari?"
Mingrui mengangguk dan langsung membuka maskernya.
"Hei," ucap Seunghyun.
"Oh iya, ini rekamannya gue puter dari sebelum jaksa Yu naik ya, ada hal lain yang harus kalian tau." ucap Heiji seraya mengeluarkan iPadnya.
"Oke, let's go! Wih rezeki nih!"
"Selamat sore nona, anda mau naik taxi?"
"Antarkan saya ke bandara."
"Baik, mari nona."
"Saya ingin membuat sebuah perjajian kecil.""Maaf, anda bicara dengan saya?"
"Ya."
"Ada apa nona?"
"Akan saya berikan uang untuk membiayai keluarga anda jika anda bisa melakukan apa yang saya perintahkan."
"Apa?"
"Bunuh wanita dengan koper merah itu."
"Ti-tidak! Saya tidak mungkin membunuh seseorang!"
"Jika anda tidak mau melakukannya, keluarga anda yang akan menggantikannya.""I-itu putri dan istri saya! Bagaimana anda bisa..."
"Lakukan apa yang saya katakan jika anda ingin mereka selamat."
"Ba-baiklah..."
"Golden house,"
Bulu kuduk Mingrui meremang saat mendengar suara seorang wanita yang amat tak asing untuknya. "Octa...?" Hening beberapa saat. Mingrui ingat kejadian itu mungkin adalah saat dimana Mingrui mengirim pesan pada Anne dan mereka mengobrol sebentar di room chat sebelum konser Mingrui.
"Maaf anda salah jalan?"
"Ah... tidak kok, ini jalan yang benar."
Terdengar suara pelatuk yang di tarik. "Jawab jujur, siapa anda dan apa yang mau anda lakukan."
"Gue harus bunuh lo."
"Dia lagi?"
"Gue gak tau siapa yang lo maksud. Tapi yang pasti gue harus berhasil bunuh lo."
"Kenapa?"
"Karena kalau gue gak bunuh lo, keluarga gue yang bakal mati."
"Anda tidak berbohong?"
"Buat apa gue bohong soal hidup dan mati keluarga gue! Gue mohon untuk sekarang, biarin gue bunuh lo! Gue gak bisa kehilangan keluarga gue!"
"Jika anda meninggal, siapa yang akan menafkahi keluarga anda?"
"Soal itu... istri gue guru. Gue percaya di bisa hidupin anak-anak gue sama dirinya sendiri."
"Ya sudahlah... toh gue juga udah capek hidup... jangan buat gue kesakitan ya?"
Setelahnya bunyi tabrakan terdengar begitu kuat hingga membuat mereka terperanjat kaget. "Yoo... Ji...han..."
"Jaksa kecilku... malang sekali nasibmu..."
"Maafin gue... semuanya..."
"Pastikan dia tidak selamat."
Tak lama suara sirine polisi terdengar disusul dengan ricuh riuh suasana yang ramai karena kedatangan polisi. Terdengar juga polisi yang mulai bertanya pada Jihan sebelum akhirnya rekaman di hentikan. "Udah, itu semua rekamannya."
"Ini bisa dijadiin bukti 'kan?" tanya Junkyu.
Mingrui menghela nafas. "Selama Jihan masih berkuasa gak ada yang bisa di percaya. Kita gak bisa sembarangan keluarin bukti ini kalau gak mau bukti ini lenyap. Kita butuh saksi."
"Tapi siapa? Udah dua bulan gak ada saksi yang mengajukan diri, lo pikir sekarang bakal tiba-tiba dateng saksi kayak di film?" ucap Heiji.Drttt...
"Halo?" ucap Mingrui menjawab telpon.
"Ini gue, Jingmi."
"Kenapa?"
"..."
"Lo minta gue buat biarin Anne sendiri kenapa?"
"..."
"Gue ngerti." Mingrui menutup telpon dan menatap Junkyu. "Telpon Ji-eun suruh dia tinggalkan Anne sendiri."
"Hah? Lo bercanda?"
"Nggak. Ini penting."
"O-oke..."
╭──────༺♡༻──────╮
𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑖𝑙𝑎𝑛, 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑖𝑡𝑎." - 𝐹𝑟𝑎𝑛𝑐𝑖𝑠 𝐵𝑎𝑐𝑜𝑛
╰──────༺♡༻──────╯-𝑇𝑜 𝑏𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑖𝑛𝑢𝑒
-25 𝑀𝑒𝑖 2024
-18 𝐷𝑧𝑢𝑙𝑞𝑎𝑖𝑑𝑎ℎ 1445-
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑮𝒖𝒂𝒓𝒅𝒊𝒂𝒏 𝒐𝒇 𝒋𝒖𝒔𝒕𝒊𝒄𝒆
Fanfiction"Gue janji, bakal gue kejar keadilan itu meski nyawa ini harus terancam." -Gou Mingrui 'Revisi' 𝑺𝒕𝒂𝒓𝒕: 𝟐𝟔-𝟎𝟑-𝟐𝟎𝟐𝟒 𝑬𝒏𝒅:𝟐𝟖-𝟎𝟔-𝟐𝟎𝟐𝟒