GUARTICE 25

13 2 0
                                    

"Kami sudah bersama dengan jaksa Jung Theol sebagai saksi dari pihak kami yang mulia."

Junkyu mengerutkan keningnya melhat tayangan siaran langsung sebuah sidang yang ia tonton sekarang. Yang membuatnya bingung adalah dalam layar kini terlihat Mina yang sedang menjadi jaksa dan... Theol menjadi saksi?

"Theol ngapain disana? Dia saksi kasus apa?"

Junkyu menatap Mingrui yang tengah fokus menatap layar televisi. "Ini kasus Jihan. Theol yang laporin dia sama bukti-buktinya ke kejaksaan agung."

"Dia pasti udah gila! Kalau sampai kali ini gak berhasil gue yakin Jihan gak akan biarin dia hidup!" ucap Junkyu.

Mingrui diam. Ia justru menunjukkan senyum getir yang membuat hati Junkyu terasa tercubit melihat senyum yang tidak biasa itu. "Dia... gak seperti yang kita kira. Dia masih di pihak kita..."

Drtttt

Mingrui langsung mengangkat telpon saat melihat nama seseorang yang memang ia tunggu telponnya sejak tadi. "Halo, gimana?"

"Gue udah nemu apa yang lo mau, Theol kehilangan orang tuanya karena kecelakaan pabrik enam belas tahun lalu. Terus dia di titip ke bibinya sampai sebelas tahun kemudian bibinya divonis kena kanker pankreas, meninggal minggu lalu. Dia udah terlihat di pengadilan sejak tahun 2025, dengan kata lain dia udah jadi mata-mata Jihan sejak sembilan tahun lalu. Tapi dari CCTv yang gue dapet, dia cuman mengawasi, dia gak pernah lakuin apapun selain itu. Intinya, menurut gue dia aman."

Mingrui terdiam. Tak lama helaan nafas terdengar. "Gue pergi ke pengadilan. Lo, tolong jagain Octa ya,"

"Hmm, ati-ati."

***

"Semua bukti tertuju pada terdakwa, yang mulia. Saya mohon berikan hukuman semaksimal mungkin untuk beliau. Memang benar dia tidak melakukan pembunuhan itu sendiri melainkan menggunakan orang lain sebagai senjatanya. Dia membunuh seorang ayah, anak bahkan mungkin seorang ibu. Saya memohon hukuman mati untuknya karena telah melakukan tindak kriminal sejak tahun 2012 sampai saat ini." ucap Mina.

Hakim agung kini mulai melakukan diskusi dengan para juri. Hingga akhirnya ia mengangguk dan menatap Jihan. "Terdakwa, apa anda ingin menyangkal tuduhan yang di ajukan?"

Jihan tersenyum smirk. "Yah... saya rasa karena jaksa agung Han sendiri sudah menunjukkan bukti tidak ada yang bisa saya sangkal. Tapi... tanyakan pada jaksa Jung, dia sudah bersama saya sejak tahun 2015 lalu seperti yang kalian tahu, bukankah itu artinya dia juga ikut berpartisipasi dalam semua pembunuhan saya?"

"Sialan! Udah gue duga dia bakal gunain kesempatan ini buat jatuhin gue juga!"

"Jaksa Jung Theol, apakah anda mengakui semua itu?"

"Ya, yang mulia,"

"Jadi, apa anda mengakui bahwa anda terah ikut andil dalam kasus-kasus pembunuhan ini? Apakah anda juga mengakui menjadi jaksa agar bisa menutupi kejahatan anda dan terdakwa?" tanya hakim.

"Lo gak mungkin lakuin hal itu 'kan Theol?" batin Min-soo menatap nanar Theol.

Theol diam sejenak. "Apakah mengawasi gerak-gerik seseorang termasuk ke dalam pembunuhan?" tanya Theol membuat suasana yang awalnya ricuh riuh mulai hening. Theol menatap Min-soo seraya tersenyum. "Saya mengakui kesalahan saya yang sudah bersekongkol dengan terdakwa. Saya mengakui atas semua tuduhan yang mengatakan bahwa saya telah melindungi atau menutupi kejahatannya. Tapi saya tidak mengaku bahwa saya yang telah membunuh orang-orang itu."

Theol menghela nafas. "Awalnya saya enggan untuk sekedar melaporkan mengenai kasus ini, tapi seorang teman telah mengingatkan saya betapa berharganya kepercayaan dari orang-orang yang menyayangi saya. Seseorang telah mengingatkan betapa berharganya sebuah keadilan."

"Jadi, lo lakuin ini gara-gara gue? Ini maksud dari pertanyaan lo?"

Senyum Theol semakin merekah, ia menatap Mina kemudian beralih menatap hakim. "Sebagai seorang jaksa saya tau apa yang saya lakukan salah. Saya mengetahui rencana pembunuhan itu dan tidak langsung melaporkannya, saya tau di mata kalian semua saat ini saya adalah kaki tangan seorang membunuh, saya mengerti hal itu. Maka dari itu yang mulia, hukumlah saya sebagaimana semestinya."

"Jika tugas anda untuk mengawasi orang-orang terdakwa, kenapa anda harus memata-matai jaksa Yu?"

Theol melirik Jihan. "Sejak nama jaksa Yu muncul di kejaksaan Mokpo dan langsung mengusik terdakwa, terdakwa langsung memberi perintah untuk mengawasi jaksa Yu."

Hakim mengangguk mengerti. "Dan apakah tujuan anda menjadi jaksa agar anda lebih leluasa dalam mengawasi mereka?"

Theol terdiam. "Itu..."

"Dengar ya Theol, apapun dan bagaimana pun cara kamu bekerja, jangan pernah menyepelekan hukuman yang kamu berikan untuk seorang terdakwa. Karena 'kan setiap orang pasti punya keluarga, makanya ada yang namanya keadilan yang bodoh. Kamu tau maksudnya apa? Ini adalah keadilan yang merujuk pada seorang istri yang melaporkan suaminya akan kejahatannya. Tapi memang benar kata orang semua orang berhak mendapat keadilan. Baik dia masih hidup atau sudah tiada, bahkan kamu pasti tau banyak orang yang mengalami kecelakaan, dirinya koma tapi kasusnya masih berjalan dengan keluarga yang mengurusnya. Bahkan yang sudah meninggal juga begitu."

"Sekecil apapun keputusan kamu akan ada konsekuensinya, karena... dalam setiap keadilan pasti ada sedikit titik cacatnya. Didunia ini tidak ada yang mulus dan sempurna, maka dari itu kita ada untuk memujudkan keadilan yang sempurna tanpa cacat itu."

"Kamu menjadi jaksa untuk keadilan itu 'kan? Kalau kamu menjadi jaksa karena hal lain...berhenti jadi jaksa. Karena, negara ini butuh sosok yang adil, bukan sosok yang kaya. Kamu tau 'kan? Sudah banyak orang kaya di negara ini, tapi yang puas dengan hukum dan keadilannya cuman sedikit."

"Maksud senior?"

"Banyaknya korupsi dan kolusi yang di lakukan membuat banyak orang yang tidak berkecukupan berpikir keadilan hanya untuk orang yang berkecukupan, padahal seharusnya di mata hukum semua orang sama. Di mata hukum tidak ada ibu, ayah, guru, adik, kakak, saudara, presiden, menteri atau apapun itu, dimata hukum semuanya sama, yang berbeda adalah hakim, jaksa dan pengacara yang bertugas dalam menjaga keseimbangan itu. Jadi kamu jaksa yang seperti apa? Yang adil atau... tidak?"

"Awalnya memang begitu yang mulia, tapi seorang jaksa telah menyadarkan saya tentang satu hal. Jaksa harus selalu berlaku adil, saya sampai berpikir mungkin lebih baik saya mati dari pada terus menjadi jaksa seperti sekarang. Saya ingin orang-orang yang dulu mempercayai saya akan mempercayai saya lagi, karena dengan begitu saya bisa mati di tengah-tengah orang yang menyayangi saya..."

***

Bip... bip... bip... bip... bip---------------------------------------------------------------------

Junkyu langsung panik, ia refleks berlari keluar ruangan untuk mencari Ji-eun karena dokter khusus yang menjaga Anne sudah di berhentikan. "Lo kenapa?!" tanya Ji-eun panik melihat Junkyu yang juga terlihat panik.

"Anne! Bunyi monitornya aneh!"

"Lagi?"


╭──────༺♡༻──────╮
𝐽𝑖𝑘𝑎 𝑘𝑖𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑖𝑙𝑎𝑛, 𝑘𝑒𝑎𝑑𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑖𝑡𝑎." - 𝐹𝑟𝑎𝑛𝑐𝑖𝑠 𝐵𝑎𝑐𝑜𝑛
╰──────༺♡༻──────╯

-𝑇𝑜 𝑏𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑖𝑛𝑢𝑒

-03 𝐽𝑢𝑛𝑖 2024

-𝑇ℎ𝑎𝑛𝑘𝑠 𝑓𝑜𝑟 𝑤𝑎𝑡𝑐ℎ𝑖𝑛𝑔-

𝑮𝒖𝒂𝒓𝒅𝒊𝒂𝒏 𝒐𝒇 𝒋𝒖𝒔𝒕𝒊𝒄𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang