GUARTICE 0.7

22 3 0
                                    

"Gara-gara lo kita nyasar 'kan!"

Kericuhan kini terjadi di kantor kejaksaan pusat Seoul yang menyebabkan para jaksa berkumpul untuk melerai lima orang pria yang kini sedang bertengkar. "Kalian bisa diem gak sih? Kita ini di kejaksaan!" Kini Jaehyuk yang berbicara berakting seolah sedang melerai mereka.

Haruto menarik kerah pakaian Jaehyuk dan melayangkan pukulan di wajah pria itu. Jaehyuk yang mendapat pukulan nyata di wajahnya menatap Haruto garang. "Kok lo mukul beneran sih!" ucap Jaehyuk mengambil ancang-ancang hendak membalas pukulan Haruto namun berhasil di cegah lebih dulu oleh seorang jaksa yang terlihat telah berumur. 

"Diam! Sedang apa kalian disini? Ini bukan tempat untuk membuat keributan!" Dia adalah Gil Beomseo, si kepala jaksa polos yang terjerumus rencana jahat orang lain.

"Dia nonjok gue duluan!" kesal Jaehyuk.

"Lo berdua!" teriak Jihoon. "Kalian semua salah jadi gak usah saling menyalahkan bisa?!"

"Masa kita doang! Lo juga salah kali!" sahut Yoshi. Ia menaikkan lengan pakaiannya dan memukul perut Jihoon sesuai rencana.

Namun, sepertinya ada kesalahan disini, kenapa Yoshi memukul Jihoon keras sekali sehingga membuat sang empu terbatuk.

"Yang bener aja bang Yoshi! Ada dendam kesumat nih pasti!" batin Shuyang ikut merasa ngilu.

"Berhenti!" teriak Dongho. "Kalian ini siapa sih? Berani-beraninya membuat keributan di depan kepala jaksa kami!"

Haruto menatap tajam pria di hadapannya. Tiba-tiba, tanpa aba-aba sedikit pun dan tentu saja di luar dari rencana mereka ia melayangkan pukulan keras pada wajah Dongho.

"Ini sebagai balasan karena lo udah milih kekuasaan dari pada keadilan!"

Bugh!

Sekali lagi sebuah pukulan mendarat di pipi Dongho yang membuat suara nafas Haruto terdengar kasar saat ia merasa puas. "Ini karena lo udah mau jadi kaki tangannya Jihan!"

"Hei! Hentikan dia! Bawa mereka ke ruang interogasi cepat!" titah Beomseo.

"Haruto sialan! Nggak usah pakek masuk ruang interogasi juga kali!" umpat Jihoon dalam hati.

"Gila banget nih manusia satu!" batin Yoshi memijat kepalanya pening.

"Sekarang giliran gue ya..." gumam Theol yang kini sedang mengintip mereka.

***

"Saya tanya, apa yang kalian lakukan di kejaksaan?!" geram Beomseo.

"Dia yang salah pak, bukan saya!" sangkal Haruto.

"Kamu yang sudah memukul wakil kepala Oh, bagaimana bisa kamu tidak bersalah?" tanya Beomseo.

"Astaga! Gue tau ini sebuah kehormatan di undang buat ngumpul sama petinggi di kejaksaan pusat, tapi ini terlalu berlebihan gak sih? Gue yakin pembunuh berantai aja gak mungkin di interogasi langsung sama kepala dan wakil kepala jaksa begini!" batin Jihoon.

"Sea kali ini lo salah udah masukin pacar lo ke rencana ini! Stress gue lama-lama!" batin Shuyang.

"Pokoknya balik dari sini habis lo di tangan gue To!" batin Jaehyuk masih berapi-api perihal Haruto yang memukulnya tadi.

Yoshi tiba-tiba menggebrak meja. "Aduh pak... maaf banget nih, kita ini sebenernya tahu jaksa agung Han! Tapi kayaknya taxi kita salah lokasi ini..." alibi Yoshi.

"Kamu yakin?" tanya Beomseo. "Untuk apa seorang jaksa agung menemui kalian?" tambah Beomseo.

"Sarkas banget tuh mulut!" refleks Haruto.

"Ya kalau memang anda tidak percaya, anda bisa hubungi dan tanya langsung pada jaksa Han Mina," tantang Jihoon.

Beomseo menoleh pada Dongho. "Hubungi jaksa agung Han," titahnya.

"Baik."

Tut... tut... tut...

"Halo, ini jaksa Han Mina dari kejaksaan agung, ada yang bisa saya bantu?" ucap Mina begitu mengangkat telpon.

"Ya, jaksa agung Han, saya dari kejaksaan pusat Seoul, apakah anda mengundang tamu? Sepertinya mereka tersesat." ucap Dongho.

"Tamu siapa? Oh iya! Saya lupa, saya mengundang mereka karena saya menyukai mereka. Bisa tolong minta jaksa Jung Theol mengantarkan mereka kemari?" jelas Mina.

Dongho menghela nafas. "Baiklah," balas Dongho lalu menutup telponnya. "Benar pak, ternyata mereka adalah tamu jaksa Han. Panggil Theol untuk mengantar mereka." ujar Dongho.

"Eitsss! Gak usah, ayo tamu terhormat!" seru Theol dengan senyum sumringah. Ia mengedipkan sebelah matanya memberi kode tentang keberhasilan misi mereka.

"Tunggu," cegah Dongho, Theol langsung menghentikan langkahnya dan menoleh pada Dongho. "Bagaimana kamu bisa mengenal jaksa agung Han?"

Theol tersenyum tipis. "Itu salah satu keuntungan saya ada di sisi jaksa Yu selama dia di Belanda. Jika anda ingin tau, dia memiliki banyak orang-orang penting sebagai temannya. Tentu saya yang pernah lama bersamanya bisa mengenal mereka," ucap Theol.

"Pergilah."

Ke-enam pria itu pun berkumpul di dalam mobil. "Heh! Kalian ngapain sampe masuk ruang interogasi kayak begitu bro?" tanya Theol saat mobil tersebut mulai ia kemudikan dan mulai meninggalkan lingkungan kantor kejaksaan itu.

"Salahin nih si Ruto!" tuduh Jaehyuk.

"Emang lo ngapain To?"

"Gak ngapa-ngapain, toh gue cuman nonjok wakil kepala jaksa doang." enteng Haruto, membuat Theol secara spontan menginjak rem.

Cittttt!

"Aaaaaaaa!"

Kini mobil itu di penuhi teriakan mereka. "Lo bisa nyetir gak sih! Gue belum mau mati!" teriak Shuyang.

Theol menghela nafas dan kembali mengemudi dengan normal. "Lagian lo gila banget! Berani-beraninya!"

"Dia 'kan cuman manusia biasa kayak kita. Kenapa gue harus takut?" ucap Haruto.

Theol menghela nafas. "Serah lo!" ketus Theol. "Oke, guys, welcome to kejaksaan agung!" seru Theol.

Theol sudah berada di luar mobil, ia memutar bola matanya malas melihat manusia yang ia bawa ternyata masih berada di dalam mobil.

"Guys, guys! Jangan lupa pakek topi, masker sama kacamata! Takutnya nanti ada fans liat bisa berabe!" ucap Jihoon.

"Woy buruan!"

Akhirnya mereka berlima keluar dari mobil. "Gue jalan sama idol apa sama napi nih?" ledek Theol.

"Jangan banyak omong!" sembur Shuyang.

"Ayo masuk," Yoshi memimpin jalan.

Mereka pun berjalan beriringan memasuki kantor kejaksaan. "Ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang wanita yang bekerja di bagian resepsionis.

Theol tersenyum manis. "Saya jaksa Jung Theol dari kejaksaan pusat. Kami sudah membuat janji temu dengan jaksa agung Han Mina, boleh kami menemuinya?" jelas Theol.

"Tentu, perlu saya antar?"

"Tidak perlu, terimakasih."

"Jangan sampai gagal."

"Tunggu."

"Jangan bilang ketauan lagi..."

To be continue

𝑮𝒖𝒂𝒓𝒅𝒊𝒂𝒏 𝒐𝒇 𝒋𝒖𝒔𝒕𝒊𝒄𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang