GUARTICE 0.5

28 4 0
                                    

"Morning, putri tidur," ucap Mingrui yang baru saja memasuki kamar rawat Anne dengan buket bunga yang langsung ia tata dengan rapi di vas bunga yang sudah tersedia disana.

Setelah selesai menata bunganya, ia tersenyum manis dan langsung duduk di samping ranjang rumah sakit Anne. Sebelum bicara, ia menyapa seorang dokter yang duduk di sofa tak jauh dari mereka. "Hari ini gue absen lebih cepet," ucap Mingrui berbisik di telinga Anne.

Bib... bib... bib...

Dan tentu saja, seperti biasa hanya monitor Anne yang menjawabnya, membuat senyum di wajah Mingrui terukir cantik. "Gue dateng mau ngasih tau sesuatu sama lo nih,"

"Bentar lagi hari ulang tahun lo, Zeyu sama Younna mau nikah. Tapi lo jangan sedih ya? Sebenernya mereka gak mau nikah saat lo dalam keadaan kayak sekarang, tapi... kalau menurut gue apa yang mereka lakuin bener kok, lo gak akan seneng kalau mereka tunda pernikahan cuman karena lo 'kan?"

Mingrui menghela nafas. "Masalahnya sekarang, kapan lo bangun biar kita bisa debat lagi, hmm?"

"Ihhh! Gue udah bilang harusnya tadi tuh kita beli bunga dulu Zeyu!"

"Anne 'kan masih koma, buat apa coba kita bawain bunga?"

"Kan dia bisa nyium aromanya gimana sih lo!"

Mingrui langsung menoleh mendengar suara itu. "Baru dateng udah ribut aja lo berdua," ketus Mingrui. 

"Ngapain lo disini?" ketus Zeyu.

"Kalau gue gak disini, siapa yang bakal nemenin adek lo?" ucap Mingrui.

Younna menggeleng. "Perasaan kemarin-kemarin lo gak ada nemenin dia, sok sok-an nemenin setiap hari," sindir Younna.

Mingrui menunjukkan cengiran nya. "Ya... gimana ya, gue baru ada waktu, kemarin-kemarin 'kan gue banyak luangin waktu buat kasus terbengkalainya nih putri tidur, gue nemenin Theol,"

Ekspresi wajah Zeyu berubah datar. "Lo percaya sama tuh orang?" tanya Zeyu.

"Kenapa gue harus gak percaya? Dia "kan juniornya Octa," jawab Mingrui dengan polosnya.

Younna mendudukkan dirinya di kursi saat Mingrui beranjak. "Gue tau lo percaya dia karena Anne percaya dia, tapi tetep aja lo gak boleh main percaya aja sama orang lain, bagaimana pun kita baru kenal sama dia." ucap Younna membuat Mingrui termenung.

Zeyu merangkul Younna. "Lo harus cerdas menilai, inget gue udah percayain adek gue sama lo, itu artinya lo harus bisa jaga adek gue baik-baik."

"Gue janji."

Younna mengusap kepala Anne. "Hai cantik, Gougou pasti udah bilang sama lo soal pernikahan gue sama abang lo ya? Iya, gue mau nikah sama abang lo sesuai yang lo harap. Pas lo sadar nanti... lo udah jadi adik ipar gue, tapi... gue bakal lebih seneng kalau lo liat acara pernikahan gue sih..."

Zeyu mengangguk. "Tau tuh, padahal lo yang setiap hari nagih janji gue buat nikahin Younna melebihi keinginan gue sama Younna, masa lo mau lewatin momen bersejarah itu sih?"

"Pokoknya intinya... lo harus cepet bangun, kasian Mingrui takut keburu lumutan." Younna mengecup kening Anne.

Mingrui mendengus mendengar ucapan Younna. "Enak aja lumutan, emang gue apaan?" protes Mingrui.

"Gue pamit ya Gou," ucap Zeyu. Ia beralih kepada seorang dokter wanita yang duduk di sana setelah di tugaskan oleh Ji-eun untuk merawat Anne. "Dokter saya mohon bantuannya untuk adik saya,"

"Tentu,"

Mingrui menatap kepergian Zeyu dan Younna. "Kalau lo bangun, gue janji gak lama setelah itu gue bakal nikahin lo..." bisik Mingrui.

***

"Oke, biar gue mulai," ucap Junkyu yang mulai menempelkan beberapa foto kemudian menuliskan identitas dari si pemilik foto. "Ini Oh Dongho, wakil kepala di kejaksaan pusat, dia ini orang yang udah ngehasut Beomseo, padahal sebelum Anne pindah ke kejaksaan pusat dia hampir mau diangkat jadi jaksa agung republik Korea, tapi gak jadi karena ya ini, ada kejanggalan yang di temuin sama Mina." jelas Junkyu di balas dengan anggukan dari Mina.

Ia kembali menempelkan foto seorang wanita. "Ini nih, musuh terbesar Anne, orang yang udah bunuh penyidik di kejaksaan Jeju. Tapi sayangnya gak ada yang percaya, namanya Min Meily."

"Meski kelihatan normal kayak perempuan pada umumnya, dia agak istimewa. Lulusan terbaik dari wajib militer." tambah Junkyu.

Mina membuka berkas yang dia bawa dan berdiri di sebelah Junkyu. "Dari beberapa laporan yang kami dapat dari pasar gelap, ada pembeli setia, tapi dia menyamarkan namanya jadi Minmey. Sebenarnya itu mudah untuk kami simpulkan sebagai Min Meily tapi masalahnya tidak ada satupun bukti transaksi yang membuat kami tidak bisa sembarangan menuntut dia." jelas Mina.

"Dan itu jadi makin susah karena dia kaki tangannya Jihan," sahut Theol di balas anggukan oleh Mina.

"Sekarang kita harus bikin rencana," ucap Junkyu.

"Gue saranin kita ketemu sama temen-temen lo yang lain, karena kayaknya masalah ini bakal lebih gampang di selesaikan bareng-bareng."

Sementara itu, Mingrui yang mendengarkan mereka dari alat komunikasi yang ia dapat dari kepolisian beberapa tahun lalu agar bisa mendengar semua rencana teman-temannya sementara ia menjaga Anne itu hanya bisa terkekeh geli.

"Lo denger ‘kan? Mereka aja bisa sepinter itu dengan nanya pendapat orang lain Ta, masa lo yang harusnya lebih pinter dari mereka malah bertindak sendiri?"

"And... gue agak sedih karena lo malah ungkapin perasaan lo buat pertama kali di saat saat penentuan hidup mati lo, lo gak takut nyakitin perasaan gue?" ucap Mingrui.

Ia menghela nafas sementara tangannya menggenggam tangan  Anne.  "But... wo ai ni too... Annelise Octavia Yu..."

To be continue

𝑮𝒖𝒂𝒓𝒅𝒊𝒂𝒏 𝒐𝒇 𝒋𝒖𝒔𝒕𝒊𝒄𝒆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang