sorry typos
.
Kehamilan Ruby yang kedua ini sangat-sangat menguras emosi dan tenaga. Setiap hari ada saja yang dia minta. Jika tidak dituruti dia menangis. Dan sifatnya yang suka mengambek membuat semua orang bisa ia musuhi termasuk suami dan anaknya sendiri.
"Pa, ini kenapa telur mata sapinya setengah matang? Mama maunya matang total." Ucap Ruby menjauhkan piring yang berisi telur mata sapi setengah matang dengan roti panggang dengan bacon.
"Tapi biasanya Mama suka setengah matang." Jawab Harry mengambil kembali piring yang tak mau Ruby sentuh.
"Itu kan yang kemarin-kemarin sih Pa. Mama udah capek loh cintai Papa yang dulu yang setengah matang, sekarang Mama mau yang matang. Kalo enggak bisa buatin Mama minta Algernon ganteng buat masakin." Ketus Ruby membuang wajahnya dari Harry. Dia masih sedang mengambek. Memang Ibu-ibu hamil ini sulit untuk dikendalikan.
"Iya-iya Papa masakin. Jangan ngambek gitu dong. Sebentar Papa masak lagi."
Algernon adalah tetangga mereka umurnya masih terbilang muda. 20 tahun, ganteng, dan membuat Ruby gemas.
Dave dan Max tertawa-tawa melihat wajah sebal Papanya ketika memasak. Mereka berdua pun menemui Harry dengan masih memakai baju superhero favorit mereka masing-masing.
"Papa! Papa! Ayo main pelang-pelangannya!" Pekik Dave dan Max bersamaan.
"Sebentar lagi ya. Papa sedang sibuk."
"Papa ngapain sih? Masak telus enggak selesai-selesai." Tanya Max menarik-narik apron yang Harry pakai.
"Ini masak buat Mama kalian yang cerewet."
Dave dan Max saling memandang dan tertawa pelan. Harry yang baru sadar akan perkataannya segera berbalik memandang anaknya bergantian.
"Mama! Mama! Papa bilang Mama celewet!" Jerit Dave dan Max bersama-sama berlari sekencang mungkin. Harry mengejar kedua putranya yang kabur dari jangkauannya. Bahaya jika istrinya marah dan mengambek bisa-bisa dia menangis setiap hari.
Begitu sampai mengejar Dave dan Max ia melihat apa yang sudah dia pikirkan sebelumnya. Kedua putranya itu memeluk Ruby bersamaan. Seolah-seolah hanya Harrylah pelaku tunggalnya.
"Ma, Papa enggak maksud gitu--"
"Papa jahat ih hikshiks--" tangis Ruby semakin menjadi-jadi.
"Iya Ma, Papa suka ejek Mama kok. Dave cama Max celing dengal kok."
Ruby menangis terisak-isak dan tidak mau melirik Ruby sedikitpun.
Harry mendekati Ruby mencoba menenangkannya.
Dave dan Max kembali kabur takut Harry pasti memarahi mereka.
"Mama udah dong jangan nangis gini. Maafin Papa ya, aduh tadi itu keceplosan." Gumam Harry memeluk Ruby sembari menciumi pipinya.
"Keceplosan-keceplosan. Bilang aja kamu gak sayang lagi sama aku, kamu jahat hiksshikss." Ruby terus menangis dan mencoba melepaskan tangan Harry yang memeluknya.
"Aku sayang kamu. Kalau aku enggak sayang kamu mana mungkin kita punya Dave, Max, dan baby yang diperut kamu.. Maafin Papa dong Ma."
"Itu kan karena kamu minta kelonin tiap malam. Okay, seminggu ini enggak ada acara kelonin ya. Baru Mama mau maafin." Harry menganggukkan kepalanya tak yakin. Bertahan 1 minggu tanpa kelonin itu tidaklah bisa.
Setelah Harry mengangguk barulah Ruby tersenyum dan membalas memeluk Harry kembali.
"Pa, telur mata sapinya udah matang?" tanya Ruby disela-sela berpelukan.
Harry mendongakkan kepalanya. Dan baru ingat masakannya. Apinya belum dimatikan. Sialan.
"Papa! Papa! Masakannya gosong telus ada api-apinya besal banget !" Pekik si kembar memberitahu. Ruby memandang Harry kesal.
"Papaaa! Mama tambah 2 minggu tanpa kelonin! Cepat padamin apinya Papa! Kenapa diem?!"
.
Tbc
Kenapa ya beberapa yg setengah mateng itu ganteng-ganteng?
KAMU SEDANG MEMBACA
OM HARRY
FanfictionI'm Ruby. Fall in love with a gay? Its ok. Thank you ! x @Desmarmen