Om Harry 11

10.5K 688 83
                                    

Kalo garing maaf ya :)

*

Ruby Styles, kini telah lulus dari universitasnya.

Senyum mengembang dibibirnya. Ayolah, istri seorang CEO tampan itu sudah menjadi sarjana. Untuk merayakan kelulusan-nya, mereka makan malam di sebuah restoran yang tak jauh dari kampus Ruby. Mama Anne juga ada disitu.

"Ruby! Cepat pilih makanan yang ingin kau pesan!" sentak Harry kearah Ruby. Ruby mendongak-kan kepalanya, dia mendecak pelan.

"Tunggu Om, semua itu butuh proses. Ya kan, Ma?" tanya Ruby kepada Mertuanya yang tengah duduk didepan Ruby dan Harry. "Iya Harry. Bersabarlah, bagaimana kau menjadi seorang Ayah kalau menunggu saja kau tak bisa." sindir Mama Anne tertawa kecil.

Harry mendengus kesal. Setelah 15 menit menunggu barulah Ruby memantapkan pilihan nya. Sialan, gumam Harry. Harry bagaikan obat nyamuk disini. Ruby dan Mamanya terus berbicara tanpa menghiraukan dia sedikitpun.

"Oops! Ma--maaf Om--eh maaf Harr" Ucap Ruby pelan kearah Harry yang sudah marah. Minuman yang dia minum tumpah.

"Sudah aku katakan dari tadi, kalau sedang minum itu tak perlu cengengesan. Jadi seperti ini kan akibatnya!" runtuk Harry sebal. Dia melihat kearah bekas tumpahan minuman itu. "Ya udah deh jadi gimana?" tanya Ruby yang benar-benar bingung.

Mama Anne menggeleng-geleng, tingkah laku anak dan menantunya ini memang terkadang sangat konyol. Harry memijat dahinya. Dia menghentikan makannya lalu dia berkutat dengan fikirannya.

"Apa yang harus kulakukan agar kau tak marah?" tanya Ruby lagi. Harry sangat sebal mendengar omongan Ruby. Dengan asal Harry menjawab, "Bersihkan!"

Mata Ruby terbelalak kaget. Serius? Dia yang akan membersihkan? "Tapi, Om disini orang ramai. Ada Mama juga. Om enggak malu?" bisik Ruby ketelinga Harry.

"Do-it-Now!" gumam Harry dengan asal. Ruby melirik kekiri dan kekanan. Dia mengambil beberapa lembar tissue. Kemudian dia berjongkok.

Harry mendongak kan kepalanya. Dia heran mengapa Ruby duduk menjongkok sembari memegang beberapa lembar tissue.

"Apa yang kau lakukan, Ruby?!" tanya Harry. Ruby mendecak. Harry ini bagaimana sih? Tadi dia mengatakan untuk membersihkan tumpahan air minum Ruby.

"Aku mau bersihin 'itu'. Kan tadi Om yang nyuruh.."

Itu? Harry mengikuti arah pandangan Ruby. Tunggu, Minuman tadi tumpah kearah celana Harry. Lalu Ruby ingin membersihkan nya. Ups, ada yang salah.

"Minggir! Biar aku yang membersihkannya sendiri.." Aneh, gumam Ruby. Harry pergi dengan wajah yang merah padam.

Sialan hampir saja, dia menyentuh area terlarang itu.

"Shit!"

*

"Ih kok, ponselnya enggak bisa nelfon siapa-siapa sih? Sms juga enggak bisa." Ponselku memang sialan. Disaat aku butuh, pasti dia tak bisa dipakai.

"Ck, ayolah. Om Louis jarang mau sms aku loh. Ayolah ponsel bodoh!"

Aku mengirim pesan berkali-kali. Tetapi itu juga gagal. Lalu aku menekan nomor Om Louis, aku mau menelfon--nya. Tetapi itu juga gagal.

Klek.

Pintu terbuka. Itu ada Om Harry. Biarin aja, kan aku masih sebal dengannya. "Apa Om liat-liat aku? Suka? Sorry banget ya Om. Ruby udah tutup pendaftaran cari pacar." Gumamku cuek. Habisnya dia melihatku seperti melihat sebuah benda yang menjijik kan.

"Sialan. Aku lebih tertarik kepada Babi anggora dari pada dirimu! Cih!" dia melempar ejekan kearahku. Sekarang aja diejek, tapi nanti liat deh Om nanti yang ngejar-ngejar Ruby.

"Babi Anggora? Mana ada jenis babi yang seperti itu." Balasku. Dia terkekeh, lalu dia duduk disebelah ku. "Siapa bilang, tak ada Babi Anggora didunia ini. Babi Angagora itu ya mirip bahkan percis sepertimu, Ruby stupid."

Ih, masa aku disamain sama Babi. Om Harry gitu banget -_-. "Ya udah kalo gitu Om juga babi."

"Ck, Dasar kau babi teriak babi." I smacked his nose. "Ih, Om ya Babi Anggora juga. Kalau Om bilang aku itu babi. Otomatis suaminya juga babi. Wek!"

Selanjutnya aku kembali menekan-nekan ponselku. Sampai sekarang juga tak bisa dikirim. Mengapa?! "Kenapa ponselmu? Sini biar kulihat." Dia menarik ponselku. Huh, untung saja pesan Om Louis sudah kuhapus. Kalau tidak, pasti dia marah.

"Memangnya ponselmu ini kenapa?" tanyanya.

"Huh, ini setiap aku mengirim pesan pasti dia gagal. Begitu juga jika aku menelfon."

"Stupid! Itu tandanya pulsamu habis. Ya tuhan, Ruby! Bisa tidak, kau itu satu hari saja pintar? Bodohmu itu sudah keterlaluan."

Pulsaku habis ya? Hehe, aku tadi belum mengechecknya.

Maaf kan aku ya. hehe.

*

Hey! Udah desi lanjutin, nih? Gimana? weird ya? Maaf deh ya. Ide udah mentok sementek-mentoknya, fiuh.

ya udah deh, kasih vomments kalian deh hehe

OM HARRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang