Om Harry 15

12.5K 618 119
                                    

Sorry for da typos :)

.

Indah memang melihat sepasang suami istri tengah mencumbu. Tapi setidaknya pria yang memulai pertama. Tapi mengapa ini Ruby yang asyik menggerayangi tubuh suaminya. Oh sialan.

"Makanya kamu itu percaya sama aku. Aku yang cantik ini enggak mungkin selingkuh sama Om ganteng Louis." Ucap Ruby yang masih asik menciumi suaminya yang tampan ini. Harry menggeleng tapi tetap menikmati apa yang dilakukan istrinya.

"Kan aku sudah katakan. Kamu itu gak usah dekat-dekat dengan dia. Dia itu suka padamu. Dan hal itu ilegall untukku." Jawab Harry cuek dengan masih fokus kelaptopnya. Ruby merengut kemudian ia dengan tidak sopan menutup laptop Harry dan dia menyenderkan kepalanya dipundak Harry.

"Kita tidur yuk, aku udah ngantuk. Kamu jangan sibuk terus dong, kan aku juga mau disayang sama kamu. Aku cemburu sama Laptop yang selalu kamu butuhin." Ucap Ruby memajukan bibirnya dan mengelayut dilengan Harry dengan manjanya.

Dalam hati Harry berbisik, ternyata ini rasanya menjadi normal kembali.

"Istriku ini kok ngambek. Nanti jelek lho!" ucap Harry sambil mencubit pelan hidung Ruby. Ruby mendecak marah dan berlari menghentakkan kakinya menuju kamar. Spontan Harry mengejarnya.

"Kan kamu! Tadi kamu bilang aku selingkuh, sekarang kamu bilang aku jelek!" Omongan Ruby mulai meninggi diikuti dengan suara pintu yang ia tutup dengan kencang. Harry bergedik ngeri, ternyata istrinya menyeramkan juga.

Harry menggaruk tengkuknya tak gatal. Dia mencoba membuka pintu kamar dan berhasil.

"Sayang, bukan begitu." Harry gelagapan.

"Besok pokoknya aku mau operasi! Aku mau pasang implan! Biar aku gak jelek lagi hueeeeeeeeeee!!!!" Ruby merengek dengan keras dan menutupi wajahnya dengan selimut.

"Duh udah besar juga. Tapi masih gini aja. Huh!" Harry mengucapkan kata-kata tersebut dengan sepelan mungkin. Tapi jangan salah, Ruby mendengar itu. Dia semakin menjerit dan melempari Harry dengan bantal.

"Kan! Kamu tidur diluar aja! Gak boleh grepe-grepe malam ini!"

Ow! Bad News!

Harry diam menengang. Sialan, kegiatan mereka yang disebut olahraga itu sudah menjadi kebiasaan mereka. Dan sekarang tidak boleh melakukan itu? Oh tuhan.

"Ruby sayang, teganya kau menyuruhku keluar. Bagimana jika aku sakit? Oh tuhan!" Jawab Harry melangkah pergi dengan sangat pelan. Mata Ruby mendelik kaget, dia segera bangkit dan berlari memeluk Harry dengan erat.

"Jangan dong. Iya deh, kamu tidur disini."

"Ini baru istriku." Cup. Harry menciumnya sebentar.

"Hormonku suka naik lho kalau suamiku ini menggodaku."

.

Keadaan pagi kali ini berbeda dikantor Harry. Sosok sang istri kini ikut dengannya kekantor. Dia kira ini akan menyenangkan namun justru masalah yang datang. Ruby memecat seketaris Harry dan menggantinya dengan Mrs.Benson. Nenek berusia 58 tahun.

"Sayang, dia sudah tua dan kau ingin mempekerjakannya? Yang benar saja?"

"Iya. Kalau aku pilih yang muda nanti kamu tergoda. Soalnya semenjak sama aku, kamu itu matanya mulai jelalatan."

Harry menghela nafas pasrah. Kemudian interkom Harry berbunyi, staffnya memberitahukan bahwa akan ada tamu. Katanya ada yang ingin melamar sebuah pekerjaan.

"Permisi," Suara kecil terdengar dari balik pintu disertai ketukan.

"Masuk..." balas Harry dengan ramah.

Mata Ruby menyelidik kearah perempuan yang memasuki ruangan suaminya. Kenapa orang yang akan melamar kerja diperusahaan suaminya itu selalu cantik?

Perempuan itu menyerahkan CVnya. Betapa terkejutnya Harry ketika melihat kartu identitas wanita itu sebagai singleparent. Dan memiliki seorang bayi berusia 3 bulan.

"Eleanor Calder, mulai hari ini kau resmi menjadi seketarisku. Silahkan temui bawahanku yanga da dilantai 3, agar CV mu cepat diproses."

"Terima kasih banyak, sir."

Senyum terukir dibibirnya ketika berjabat tangan dengan Harry. Ruby kembali panas, dia duduk dengan selalu mengerucutkan bibirnya dan menatap sinis Harry.

Harry yang mengetahui itu hanya senyum-senyum saja melihat tingkah istrinya itu.

"Senyum aja terus, sekalian aja tadi kamu minta nomor ponselnya. Terus texting bareng, ketemuan, terus lupakan istrimu ini."

"Ruby, aku kasihan dengannya. Dia mempunyai tanggungan baru. Dan dia cocok menjadi seketarisku."

"Jadi kamu gak kasihan sama aku yang udah punya tanggungan baru ini? Biar aja nanti kalau aku udah ngambek, jangan harap akan ada malam indah lagi."

Dahi Harry mengkerut. Apa yang Ruby maksud dengan tanggungan baru? Mata Harry menyelidik kearahnya. Dia mendekati Ruby kemudian meraih dagunya untuk membalas tatapannya.

"Apa yang kamu maksud dengan tanggungan baru sayangku?" tanya Harry dengan mendekatkan wajahnya beberapa centi. Ruby mendorong Harry peelan lalu dia membalikkan badannya pergi.

"Aku hamil. Aku yakin kau tak bahagia. Huh!"

Harry memperlihatkan wajah tak percayanya. Dia tersenyum bahagia, dia dengan cepat memeluk istrinya dengan mesra dari belakang dan mengelus perut Ruby yang masih rata.

Diam-diam Ruby tersenyum. Suamiku akhirnya bisa romantis juga, ucapnya dalam hati.

"Jadi sebentar lagi aku akan menjadi seorang Papa. Dan kamu akan menjadi Mamanya. Terima kasih Ruby, my love." Goda Harry tepat ditelinganya.

"My love? Hiks, kamu romantis banget. Aku jadi terharu. Mama sayang Papa deh. Sini-sini Mama cium."

Ruby berbalik kemudian mencium pipi Harry dengan senang.

"Yang ini Ma, belum dikasih jatah."

Harry mendecakkan bibirnya menggoda. Sialan. Dia memang hot.

"Papa mulai genit ya. Mama suka deh."

Weird.

.

Hi! Desi balik lagi! Ini aku lanjutin ya :) hehe kalian pada ketipu dichap kemarin kan? hehe.. Maaf ya :)

Gimme ur vomments baba :)

OM HARRYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang