" Mr. Gay 13 "
.
Jadwal hari ini yang telah disusun oleh Mama Anne adalah hendak berkunjung kerumah besan -mertua dari Harry- sekaligus orang tua dari Ruby. Hari ini mendadak sifat Ruby berbeda, dia kembali cuek. Dan untuk hari ini kebiasaan Ruby menggoda Harry yang setiap pagi kini tidak ia lakukan.
"Ruby, kau ingat kata Mama, kan? Kau harus pakai Dress! Kenapa kepalamu itu keras sekali. Kau mengerti tidak?" Harry melontarkan kata yang baru saja dengan emosi yang memuncak.
1 pekan yang lalu Harry dan Ruby kembali ke-apartment mereka. Itu karena Mama Anne yang menyuruhnya.
"Aku-tak-mau! Aku sudah katakana dari tadi aku tak mau pakai itu dan ikut dengan Om! Om aja yang pakai itu tuh. Sibuk banget nyuruh orang." Tegas Ruby ia duduk diatas tempat tidur sambil menukar channel TV dengan remote yang ia pegang.
"Ruby! lekas turun dan ganti pakaianmu! Mama sudah menunggu dari tadi rumah. Kamu tega membuatnya terus menuggu karena tindakanmu yang konyol ini?"
Harry mengambil emote yang Ruby pegang. Sontak Ruby marah dan segera meminta remotenya kembali.
"Om minta dong! Jangan buat aku marah! Ayolah,"
Harry menggeleng dan dengan cepat dia menggendong Ruby dan mengurungnya sendirian dikamar mandi.
"Om! Jangan dikunci dong! Ini gak lucu Om! Bukain!"
Ruby mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi dengan kencang bahkan ia juga berteriak. Harry diam tak memperdulikan Ruby yang sudah berteriak kencang memanggil namanya.
"Ganti pakaianmu maka aku akan bukakan pintunya!"
Om menyebalkan.
.
Disinilah Harry, Mama Anne dan Ruby berdiri Tepat dirumah orang tua Ruby. Tepat dirumah orang tua Ruby. Harry menekan bell berulang kali tapi tak kunjung ada jawaban.
"Udah kita pulang aja. Ngapain disini," gumam Ruby dengan raut wajah tak bersalah.
Harry dan Mama Anne melihat Ruby dengan Heran. Harry yang tengah menggandeng lebih tepatnya -terpaksa menggandeng- Ruby langsung saja makin mengeratkan tangannya hingga membuat Ruby menjerit kesakitan.
"Pakai otakmu sebelum berbicara. Bersikaplah sopan didepan Mama dan orang tuamu!" Bisik Harry dengan nada yang mengancam ditelinganya.
Ruby mendengus kesal.
Cklek, pintu rumah orang tua Ruby terbuka dan tampaklah wajah Mama Ruby yang luka disana-sini. Ruby bahkan terkejut melihat kondiisi Mamanya yang sekarang.
"Ruby anakku!" tangis haru pecah sesaat Ellie-MamaRuby- datang dan langsung memeluk putri semata wayangnya itu.
"Mama... apa yang terjadi pada Mama semenjak aku pergi?" dengan kaku Ruby memeluk Mamanya dan langsung menangis.
Sebenarnya Ruby adalah pribadi yang manja dan cengeng tapi karena sifat orang tuanya yang sering bertengkar membuat Ruby jauh lebih kuat.
"Tidak apa-apa. Mama sangat cemas denganmu Ruby, Mama takut kau kenapa-kenapa." Gumam Mama Ellie menghapus air mata Ruby yang terus berlinang. Haarry bahkan juga heran. Perempuan konyol dan ceria seperti Ruby ternyata bisa menangis juga.
"Ini semua berkat Mama Anne. Dan Ma, aku dan Om--em Harry kami sudah menikah. Maafkan aku tak memberitahu Mama."
Ruby mendongakkan kepalanya dan menoleh kearah mertua dan suaminya. Secara bergantian Mama Ruby berjabat tangan dengan besan dan menantunya.
"Setidaknya kau menikah dengan orang yang tepat. Tak terasa aku dan Anne sekarang sudah menjadi besan."
Mereka memasuki rumah Ruby yang bisa dibilang sedikit berantakan dan telah renta dimakan usia.
"Ellie! Apa maksudmu membawa orang asing masuk!"
Prank.
Suara botol whisky yang pecah akibat dilempar oleh Ben, Papa Ruby membuat Ellie, Ruby, Harry dan Mama Anne terkejut. Ellie cepat-cepat berlari dan duduk bersimpuh didepan Ben, suaminya yang tengah mabuk.
"Kumohon sopanlah sedikit Ben. Anak dan menantu kita datang."
Mendengar perkataan Ellie, istrinya. Ben tertawa dengan kencang tepat didepan Ruby. Ruby bukannya takut tapi malah menantang Papanya.
"Apa mau mencaciku?!" ucap Ruby dengan lantang. Tapi Harry dengan cepat memarahinya.
"Kau sudah menikah? Dengan orang homo ini? Bodoh?"
Plak. Dengan kuat Ben menampar Ruby. Dan alhasil Ruby terjatuh dan sudut pelipis matanya mengularkan darah. "Ruby! Ben! Apa-apaan jangan lukai anakmu sendiri!" Amarah Mama Anne keluar kali ini.
"Dasar kau Papa brengsek!"Jerit Ruby mendorong Papanya dan tak mengindahkan perkataan Harry.
"Mama! Ayo kita pergi aja dari sini!"
Ruby membantu Mamanya untuk bangkit dan segera keluar. Tapi dari belakang tujuan Papa Ben ingin menonjok Harry. Bukannya Harry menghindar tapi dia diam saja. Dia bingung harus melakukan apa.
"Om, aw--"
Bugh!
Lagi-lagi Ruby yang kena tonjok. Dan ia jatuh pingsan.
.
Ruby belum siuman semenjak 3 jam yang lalu. Kami memutuskan untuk merawatnya dirumah saja. Pipi Ruby ikut membiru.
"Seharusnya aku yang kena. Tapi sunguh, kau sangat keras kepala dan akhirnya kau yang kena."
Harry mengambil sebuah ikat rambut lalu mengikatkan dengan rapi rambut Ruby. Soal mertuanya Harry dan Mama Anne sepakat untuk ikut tinggal dengan mereka. Jadi, Papa Ruby mereka tinggalkan begitu saja.
"Haha, Om lucu deh kalau lagi serius gini. Makin ganteng deh." Tanpa disadari Ruby sudah siuman sedari tadi. Sialan.
"Apa-apaan kau ini. Kalau sudah siuman itu bilang. Jadi kau tak perlu kukasihani." Gertak Harry. Ruby bergidik ngeri, tapi ia tak perduli. Dia bangkit dan segera memeluk Harry erat.
Harry tak bisa bernafas dia memeluknya terlalu kencang.
"Makasih ya Om ganteng udah iketin dan udah gendong aku tadi. Makin cinta deh." Gumam Ruby lalu melepaskan pelukan antara mereka kembali.
"Tadi saja cuek dan pura-pura marah. Sekarang penyakit gilamu kambuh lagi." ucap Harry dengan lantang kemudian merapikan pakaiannya yang sudah berantakan akibat dipeluk perempuan gila yang ada disebelahnya.
"Bilang aja Om kangen gak aku godain. Ya kan? Ngaku aja deh."
"Tidak."
"Ngaku aja deh. Om kalau berbohong ketahuan lho."
"Tidak Ruby. Jangan keras kepala!"
"Bohong ih, itu hidung Om kembang-kempis terus."
Benarkah? Ah sial. Harry beranjak meninggalkan Ruby dengan kondisi pipi yang masih membiru. Dan sesampainya dipintu Harry menoleh sedikit kemudian menggeleng dan lolos senyuman dibibirnya.
Oh suamiku, gumam Ruby dalam hati.
"Yah, Om mau kemana? Kan aku masih sakit. Om aku masih membutuhkan cinta dan kasih sayangmu untuk menyembuhkan luka memar ini." Ucap Ruby manja dan pura-pura berbaring kesakitan kembali.
"Ruby, aku ingin mencari angin sebentar. Aku takut kau mencuci otakku dengan kalimat menjijikanmu itu. Haha"
Ruby merengut ketika Harry menertawakannya. Dugh. Ruby melemparkan bantal yang ia pakai kearah Harry.
"Ih, Om jahat! Nanti aku bilang sama Mama Anne!"
Mulai lagi kau.
.
to be continued.
Gimmme ur vomments. Maaf kalo Desi udah lama banget gak pernah lanjutin ini lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
OM HARRY
FanfictionI'm Ruby. Fall in love with a gay? Its ok. Thank you ! x @Desmarmen