44 : Wounds That Become A Beginning

129 21 102
                                    

Suara derap langkah kaki terdengar dari arah pintu utama IGD, membuat seorang lelaki yang tengah duduk di kursi tunggu dengan pelipis yang di balut oleh perban itu menoleh ke arah sumber suara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara derap langkah kaki terdengar dari arah pintu utama IGD, membuat seorang lelaki yang tengah duduk di kursi tunggu dengan pelipis yang di balut oleh perban itu menoleh ke arah sumber suara. Ia terlihat memperhatikan tiga orang berbeda gender yang berlari ke arahnya itu dengan ekspresi datar.

Ia pun berdiri begitu ketiganya telah mengikis jarak, napas ketiganya memburu seperti habis di kejar-kejar hantu, sementara Haikal hanya menatap kekasih dan dua temannya dengan tenang. Meski tatapan itu nampak tenang, percayalah kalau perasaannya sedang tidak karuan sekarang.

"Ren-ge gimana?" tanya Lia dengan wajah paniknya, membuat Haikal sontak menghela napas. Tidak, dia sama sekali tak merasa cemburu karena kekasihnya itu malah menanyakan keadaan orang lain, dia begitu karena dia sedang khawatir setengah mati pada sohibnya itu.

"Masih di tangani dokter," jawabnya pelan, terdengar begitu lesu.

Lia menatap iba ke arah Haikal, apalagi saat melihat pelipis lelaki itu nampak di balut perban karena terbentur setir mobil, lantas gadis itupun menyuruh Haikal untuk duduk dan menyandarkan kepalanya pada pundak kecil miliknya. "Kalau kepalanya sakit bilang sama aku, ya?"

Haikal hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.

Sementara Sherina dan Ikbal hanya bisa diam dengan rasa gelisah yang menggerogoti hatinya, lantas keduanya pun memilih duduk dan menunggu dokter keluar dan menyatakan kondisi Reno setelah kecelakaan.

"Kamu udah kasih tau Tasya?" tanya Haikal.

Sejurus kemudian Lia menggeleng. "Aku gak tau gimana caranya buat kasih tau dia, kata Alvaro dia lagi terbang ke sini, dan HP-nya pasti gak aktif, dia baru mau pulang juga dan pasti dia capek, gak enak aku."

Haikal mafhum, apa yang dikatakan kekasihnya itu benar adanya, kalau dia memberitahu Tasya sekarang itu bukan hal yang tepat.

Tiba-tiba saja di luar sana terdengar suara sirine ambulans, membuat atensi empat orang yang tengah duduk di kursi tunggu ruang IGD teralihkan, mereka menatap jauh ke arah pintu utama IGD dimana ada seseorang yang di turunkan dari mobil dengan bangsalnya. Meski dari kejauhan, mereka nampak familiar.

Beberapa petugas medis berlari untuk membukakan pintu ruang IGD, diikuti tiga petugas medis yang mendorong bangsal pasien darurat yang baru saja diturunkan dari mobil ambulans tersebut.

Kening Haikal mengerut ketika melihat seseorang yang tengah di dorong itu, meski masih berada di kejauhan dia sepertinya mengenal siapa itu.

Sampai pada akhirnya saat bangsal itu melaluinya, dia berdiri. Membuat ketiga orang di sampingnya ikut berdiri dengan raut wajah bingung namun tak lama kemudian ekspresi mereka berubah terkejut saat melihat siapa yang tengah di dorong oleh beberapa petugas medis itu.

Haikal pengecualian, dia sudah menduganya dari awal.

Ketiga orang itu menutup mulut mereka yang menganga begitu melihat seorang lelaki terbaring tak berdaya di atas bangsal dengan wajah penuh luka nampak dibawa masuk oleh petugas medis ke dalam ruang IGD.

[✔️] OSIS Ghost : Endless Betrayal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang