"Al, kenapa kamu nunjukin diri kamu ke aku sama anggota OSIS aja, kenapa gak ke keluarga kamu?"
"Hard to explain, honey."
"Paan sih sok inggris!"
Alvaro tertawa kecil, sambil memerhatikan Tasya yang tengah memakan es krim vanilla kesukaannya. Mereka ada di belakang sekolah, hanya berduaan---ah, Tasya juga ingin berpacaran seperti orang lain di tempat terbuka, dia sudah tak peduli lagi selalu ada yang mengatakannya gila, halusinasi, dan selalu berbicara sendiri.
Ya, karena dia rasa dia tidak sedang berbicara sendiri dan juga dia tak halusinasi ataupun gila.
"Susah di jelasinnya Ca, ya singkatnya, itu akan mempersulit aku buat kembali."
"Menurut aku, bakal lebih susah kalau kamu temuin aku di banding keluarga kamu."
Alvaro terdiam, ia rasa yang di ucapkan kekasih nya itu benar, tapi dia tetap bersikukuh tak mau melakukannya karena kalau dia menampakkan diri di depan keluarganya pasti ibu nya tak akan mengizinkannya untuk pergi lagi atau... tidak percaya?
Karena dia merasa kalau Tasya pasti akan melepasnya dengan ikhlas karena dia sudah punya siapa yang akan menggantinya.
Alvaro tahu ibunya pun memiliki penggantinya, tapi 'kan saat pagi tadi mendengar obrolan kecil dari adik kembarnya dengan Sang ibu, ibunya itu ingin mereka berdua ada dalam hidupnya.
Sebenarnya Alvaro lebih sering datang ke rumahnya meski tak menunjukkan diri, kejadian Elandra menginjak mainan adiknya juga dia lihat, dan dia sempat menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat anak itu sedang menahan tangis karena melihat darah.
Dasar cengeng.
Dia mengunjungi rumahnya pun untuk sekedar melepas rindu dengan keluarganya terutama Aira, Sang ibu yang begitu kehilangan sosok dirinya, Aira selalu berbicara dengan fotonya, mengungkapkan rasa rindu yang begitu memilukan, bahkan Alvaro saja tak bisa untuk tak menangis kala itu, dia merasa tak tega.
Dia tak menunjukkan diri saja sudah tak tega sekali, bagaimana kalau dia menunjukkan diri kemudian ibunya meminta untuknya agar tak pergi lagi.
Sang ibu masih belum merelakan dirinya sepenuhnya untuk pergi dari hidupnya, selama-lamanya.
"Kamu abis nangis ya? Ada apa?" tanya Tasya tiba-tiba membuat Alvaro sedikit tersentak.
Alvaro mengulum bibirnya. "Nggak pa-pa, sedih aja liat keadaan keluarga aku pas aku gak ada."
Tasya termangu, dia bisa merasakan seberapa sedihnya orangtua dan adik-adiknya Alvaro saat kehilangan lelaki itu.
"Mama selalu nangis kalau keinget aku, Elandra apalagi, tadi pagi aja dia nangis sampe ketiduran depan lemari aku, pas bangun-bangun demam," cibir Alvaro berdecih pelan.
"Kasian banget.. Al kamu gak punya pilihan lagi," ucap gadis itu pelan, sementara Alvaro hanya bisa diam dengan kepala tertunduk.
Merasa tidak enak karena sudah membahas hal yang rasanya membuat mereka tiba-tiba menjadi canggung, Tasya mencoba untuk mengalihkan pembicaraan ke topik lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] OSIS Ghost : Endless Betrayal
Misterio / Suspenso[Friendship of Na-Cl] Terselimuti rasa gengsi yang begitu besar bisa membawa ke ujung penyesalan. Itu semua terbukti pada Alvaro yang selalu takut dan gengsi untuk mengungkapkan cintanya pada gadis yang ia cintai sejak pertama kali bertemu. Ia selal...