Ckiit.
Pintu tua yang terlihat masih kokoh itu terbuka perlahan hingga decitan kecil terdengar ngilu pada indra pendengaran, Sang empu yang membuka pintu itu menghela napas panjang ketika melihat kondisi seseorang yang meringkuk di sudut ruangan dengan kondisi yang menyedihkan. Ia tak tega, tapi.. mau bagaimana lagi?
Wajahnya ia sembunyikan pada sela-sela lutut yang ia tekuk, meski sadar pintu dibukakan ia sama sekali tak menghiraukan itu.
"Ikut gue," suara itu mampu membuatnya perlahan mengangkat kepalanya, menatap dua orang berbeda gender yang nampak berdiri di ambang pintu dengan tatapan nanar.
"Kasih gue waktu buat sendiri dulu," ucapnya pelan namun masih mampu terdengar karena suaranya yang cukup berat dan dalam. Penolakan secara tak langsung itu membuat Reno memilih masuk ke dalam untuk menghampirinya.
Lantas lelaki itupun berdiri menjulang di hadapannya. "Ada banyak yang harus gue pertanyakan sama lo, Rick."
"Gak perlu!" Nada bicaranya naik beberapa oktaf, Ricky terlihat cukup muak dengan semua ini. Ia menatap Reno dengan tajam. "Semua pertanyaan yang kalian pertanyakan itu sama sekali gak pantas buat dijawab."
Kening Reno langsung terlihat kusut mendengar ucapan lelaki itu, namun Reno mencoba untuk tetap terlihat santai, dia tak boleh sampai kelepasan. "Gue cuman mau menanyakan hal-hal kecil yang belum kita tanyakan ke lo, setelah mendengar semua jawaban lo tentang pertanyaan-pertanyaan sebelumnya gue gak akan tanyakan itu lagi karena lo pasti akan kasih jawaban yang sama."
Lelaki itupun berdiri, kini tubuh bongsornya yang menjulang tinggi di hadapan Reno karena tinggi badan Reno bisa dikatakan pendek. "Lo memaksa gue untuk terus di bombardir pertanyaan gak penting itu?! Lo gak paham sama posisi gue? Gue butuh waktu sendiri dulu, gue juga butuh waktu untuk sembuhin mental gue yang bener-bener terguncang karena masalah ini."
"LALU, KENAPA LO LAKUIN ITU SEMUA?!" bentak Reno sudah tidak tahan lagi, apalagi lelaki ini tak bisa menahan emosinya agar tak meledak jika Sang lawan bicara selalu berkilah apalagi seolah-olah dia orang yang paling tersakiti, karena itu membuat emosinya memuncak.
Mentalnya juga sama terguncangnya karena masalah ini. Bukan dia saja, tapi semuanya.
Diam-diam tangan Ricky terkepal kuat, matanya kembali memerah dan basah, ia benar-benar hanya bisa membisu setelah dibentak Reno barusan dengan amarah yang tertahan di ubun-ubun. Percuma dia memberitahu yang sebenarnya terjadi, karena mereka telah dimanipulasi oleh kebenaran palsu, apalagi di sini posisinya adalah penjahat.
Ricky benar-benar tak memiliki harapan lagi.
Tak ada cara lain selain pasrah.
Bukan sepatutnya dia selalu membantah dari awal, karena itu hanya membuatnya semakin dipojokkan.
Perlahan Reno mencoba untuk meredam amarahnya, dia tak mau semakin memperkeruh suasana yang tengah genting seperti ini. "Gue juga waras, gue paham sama situasi, gue gak akan terus membuat lo merasa tertekan sama segala pertanyaan-pertanyaan itu, kita cuman bakal berbincang biasa soal masalah ini, gue yang lebih tua di sini dan gue paling paham cara menyelesaikan masalah dengan tindakan yang tepat."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔️] OSIS Ghost : Endless Betrayal
Misteri / Thriller[Friendship of Na-Cl] Terselimuti rasa gengsi yang begitu besar bisa membawa ke ujung penyesalan. Itu semua terbukti pada Alvaro yang selalu takut dan gengsi untuk mengungkapkan cintanya pada gadis yang ia cintai sejak pertama kali bertemu. Ia selal...