58 : Flashback | 02 : We are the Evil Ones.

62 8 123
                                    

Suasana malam yang senyap ditemani rintik air hujan yang begitu deras, mobil sedan berwarna hitam itu terlihat parkir di depan gudang kosong nan gelap, dua orang yang ada di dalam mobil itu menggotong tubuh Alvaro dan Bastian yang tak sadarkan dir...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana malam yang senyap ditemani rintik air hujan yang begitu deras, mobil sedan berwarna hitam itu terlihat parkir di depan gudang kosong nan gelap, dua orang yang ada di dalam mobil itu menggotong tubuh Alvaro dan Bastian yang tak sadarkan diri ke dalam gudang tersebut.

Gudang itu penerangannya sangat temaram sehingga kelihatannya tak terlalu terang dan tak terlalu gelap. Alvaro dan Bastian di tidurkan di lantai yang begitu dingin itu dengan posisi terlentang, salah satu diantara dua orang itu terlihat melepas name tag yang terpasang pada almamater berwarna hitam yang di pakai oleh Alvaro dan Bastian. Lalu, mengantonginya pada saku celana.

Tepat setelah dua menit punggung Alvaro menyentuh lantai gudang itu, Alvaro perlahan sadar dan merintih. Ia perlahan membuka matanya, penglihatannya yang remang-remang itu berusaha menangkap bayangan dua orang yang tengah berdiri di samping kiri dan kanannya.

"Biar saya jaga mereka di sini, takut mereka tiba-tiba terbangun."

"Sisanya itu dua orang lagi, kamu kira saya bisa mengangkat dua orang sekaligus?"

"Sorry, sir. Saya cuman takut mereka sadarkan diri dan mencoba kabur."

"Gak akan, ayo bantu saya. Mengangkat dua orang yang tersisa gak akan memakan waktu sampai satu jam."

Indra pendengaran yang awalnya terasa berdengung perlahan-lahan bisa menangkap dengan jelas apa yang ia dengar barusan, penglihatannya pun mulai bisa melihat dengan jelas bahwa dua orang yang berdiri di samping kanan dan kirinya mulai melangkah menuju keluar dari gudang ini.

Meski yang seharusnya tubuh yang tak berdaya itu tak mampu untuk terangkat, ia berusaha semaksimal mungkin untuk mendudukkan diri seraya menggigit bibir bawahnya untuk menahan sakit. Alvaro menyeret tubuhnya menghampiri Bastian yang terbaring tak jauh di sebelahnya, ia tak bisa melihat apakah kelopak mata sahabatnya itu sudah terbuka atau belum, karena ia mengetahui keberadaannya hanya melalui kulit putihnya yang bisa membantu semua orang untuk mencarinya di tengah kegelapan.

"Al ..."

Alvaro sontak membeku ketika sohibnya itu bersuara dengan parau, dengan susah payah ia mencoba untuk cepat-cepat mendekat kearahnya lalu membantunya bangun. Tubuh Bastian sangat tak berdaya, Alvaro sampai kesusahan untuk membantunya bangun karena energinya pun sangat sedikit.

"Kita harus cari jalan keluar sebelum mereka kembali," bisik Alvaro seraya merangkul 'kan tangan Bastian pada pundaknya untuk membantunya berjalan.

"Al, gue bisa jalan sendiri ..."

"Tapi, badan lo lemes banget, Bas."

"Sedikit aja ..." Bastian menurunkan lengannya yang di rangkul 'kan pada pundak Alvaro itu. Alvaro pun tak memaksa setelah melihat Bastian yang sepertinya memang baik-baik saja.

Keduanya pun terus berjalan masuk ke dalam gudang untuk mencari pintu belakang, karena tak mungkin jika harus melewati pintu depan. Yang ada mereka akan ketahuan ketahuan juga dan tak bisa melarikan diri.

[✔️] OSIS Ghost : Endless Betrayal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang