59 : Hate is the Impact

75 8 62
                                    

"Jia, kau bercanda!" Zheng Lian tertawa sumar di seberang sana, mati-matian lelaki itu berusaha tak mempercayai apa yang telah dikatakan oleh Tasya beberapa detik yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jia, kau bercanda!" Zheng Lian tertawa sumar di seberang sana, mati-matian lelaki itu berusaha tak mempercayai apa yang telah dikatakan oleh Tasya beberapa detik yang lalu.

"Dia ada di hadapan ku sekarang, Lian. Aku sama sekali tidak bercanda!" Tasya menekan kalimatnya ketika mendengar Lian menertawakannya, menganggap bahwa dirinya baru saja ber-omong kosong.

Lian mencoba untuk tenang, tapi pernyataan yang baru ia terima dari Yu Jia benar-benar membuat dirinya shock bukan main. Bahkan ia serasa kehilangan tulang-tulang kakinya setelah mendengar itu, membuat tubuhnya hampir saja terjatuh karena kehilangan keseimbangan.

Air mata lelaki itu perlahan jatuh, bukan karena ia sedih, tapi karena bahagia dan juga tak menyangka jika adiknya itu ternyata masih hidup setelah bertahun-tahun ia merasa kehilangan. Lian tak bisa untuk berpikir jernih jika seperti ini, bahkan berkata-kata saja rasanya kelu, ia tak tahu harus bereaksi seperti apa dan juga harus berbuat apa karena shock bukan kepalang.

"Dia ... benar-benar masih bernapas? Dia ditemukan dengan keadaan sehat? Tidak terluka sama sekali, iya?!" suara Lian terdengar bergetar, membuat Tasya bisa menebak jika sekarang Lian tengah menangis sama seperti dirinya.

Namun, arti dari tangisan keduanya sangat berbanding terbalik.

"Dia baik-baik saja," jawab Tasya dengan suara berat. Tasya sedikit tak habis pikir dengan Zheng Lian yang sepertinya sangat mengkhawatirkan adiknya yang tersayang ini. Apakah lelaki itu lupa akan apa yang Tasya ceritakan satu tahun lalu saat latihan Kung Fu bersama?

Sepertinya, saking shock-nya mendengar kabar kalau Zheng Yaoshan alias Bastian ini masih hidup, Lian tak kepikiran untuk bertanya: kenapa dulu kau bilang dia sudah tiada?

Tasya mengharapkan sekali jika Lian akan bertanya begitu, dan ia akan mengutarakan semuanya hingga amarah Lian memuncak dan tak jadi terharu atas kenyataan bahwa Yaoshan masih hidup. Tasya benar-benar kesal melihat mereka berdua yang ternyata masih bernapas setelah satu tahun dikabarkan meninggal karena penculikan yang dilakukan Ricky dan juga Pak Gerald.

Tapi, tak apa, Tasya paham bagaimana perasaan lelaki itu, bagaimana terlukanya dia saat mendengar kabar buruk yang ia bawa satu tahun yang lalu yang secara tak langsung membuat lelaki itu hampir putus asa dan mengakhiri hidupnya.

"Beritahu dia, aku akan segera menemuinya di sana ... aku sudah terlalu merindukannya."

Mendengar suara Lian yang sepertinya sangat bahagia akan kabar ini membuat Tasya tak tega untuk membongkar apa yang sebenarnya telah terjadi. Lantas, gadis itu hanya bisa menghela napas berat, dan mau tak mau mengiakan ucapan lelaki itu.

Telepon pun ditutup sepihak oleh Tasya.

Gadis itu menatap dua orang yang berdiri kaku dengan kepala tertunduk di hadapannya itu, sejujurnya mereka ingin berlari sekencang-kencangnya jika saja memang bisa. Tapi, rasanya tidak waras jika mereka terus-terusan menghindar di saat sudah waktunya mereka ketahuan, yang ada semuanya semakin rumit. Dan sudah dipastikan teman-temannya akan kembali mencari mereka yang kabur setelah ketahuan bersembunyi selama ini.

[✔️] OSIS Ghost : Endless Betrayal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang