SEKOLAH (1)

19 6 0
                                    

"Lhah, aku berangkat sendiri berarti buk?"


"Iya, ayahmu pergi sebelum shubuh tadi. Ada undangan seminar di luar kota. Paling besok lusa baru pulang"

"Terus ibuk?"


"Ibuk kan repot Emilie"

"Yasudah, Emilie berangkat.".......Aku melihatnya menaiki sepeda mini berwarna merah jambu dengan perlahan. Memperhatikan raut wajahnya yang seolah-olah kesal dengan semua orang. Ini kali pertama ia mengenakan seragam atasan putih dengan rok merah selutut. Lengkap dengan dasi dan topi yang diberi jepit agar tak terbang di jalan. Rambutnya di kuncir satu, poni depan dibiarkan menjuntai. Tanpa sadar aku tersenyum kecil. Seperti melihat Panji versi perempuan mini. Yaa, aku mulai mengikutinya. Sekadar penasaran tentang apa saja yang ia lakukan hari ini. Mumpung si pemarah itu tak di rumah juga.


~~~~~~~~

Pantas saja bocah ini kesal. Semua anak-anak yang baru masuk, di antar orang tua mereka. Setelah memarkir sepedanya, dia berjalan sendiri menembus keramaian. Andai orang-orang bisa melihatku, aku tak masalah jika mewakili Panji untuk moment seperti ini. Sedikit teriris melihatnya. Ah, itu ibuknya kenapa sih tadi. Kan cuma nganter, kok ya ga disempetin sih. 'eh, kenapa pula aku marah

"Halo.." sapa pemuda yang mengenakan baju berwarna coklat muda mendekati Emilie. Mungkin karena melihatnya sendirian di antara teman sebayanya. ....Hening.Kurasa bukan cuma mukanya yang mirip. Sikap dinginnya pun menurun. Ah, woy anakmu ini kenapa sih nji panji. Orang nyapa kagak disahutin, gimana ceritanya. Buat masalah di awal sekolah. Aaargh. 'Nah, emosi lagi saya"Hai" nah gitu anak pinter. Setidaknya jawab meski lagi muak juga. Jangan bikin masalah yaa, please. "Namamu siapa cantik?" Lanjut pemuda itu duduk di depan Emilie dengan senyum ramah. "Emilie. Kapan upacaranya mulai? Emm.. pak guru?" Yah, aduh gimana bilangnya. Gabisa basa basi sok manis dulu ya ini anak. Cari muka dulu kek minimal. "5 menit lagi, nunggu pemimpin upacara datang." Jawab pemuda itu sambil kembali berdiri dan menepuk ujung kepala Emilie. "Pemimpin upacara kok telat. Contoh yang sangat baik." Tunggu tunggu tunggu, dia beneran cari perkara di hari pertama ini. "Iya nih, maaf yaa.. Nanti ditegur, Minggu depan biar diperbaiki lagi ya. Biar Emilie nggak nunggu lama" sahut pemuda itu merendah. Ah, mungkin sudah biasa menghadapi anak-anak jadi ucapannya sangat lembut. Emilie tak menjawab apapun selain anggukan dan raut wajah malas. 


Dikatakan bosan sih enggak, dikatakan asik juga tidak. Cuma melihat kegiatan upacara ini sampai selesai rasanya ya biasa aja. Ditambah si bocah itu terus menerus menekuk muka bahkan sampai masuk ke kelas masing-masing. Ah, kusetrika juga lama-lama. "Hai, aku allen.""Aku Safa.""Aku Rika."Beberapa anak mulai saling berkenalan. Kata saling sepertinya tidak cocok disandingkan untuk ini bocah. Kebanyakan justru dia dihampiri untuk menanyakan namanya. Sekalipun ia tak berniat berkenalan lebih jauh. Apa sekesal itu hari ini. Atau memang perangainya memang begini? "Aku duduk di sebelahmu ya Emilie." Ucap bocah perempuan yang tadi mengenalkan namanya di awal tadi. Siapa sih, lupa aku. Allen kayaknya. Emilie cuma mengangguk pelan tanpa menatap teman barunya itu.Diam. Ketika banyak yang saling bertanya untuk sekadar perkenalan awal.Padahal kulihat si Allen ini tipikal banyak omong. Tapi ga ada sahutan. Cuma 'emm, oh, ya, mungkin. Woy, lu lagi cosplay tembok? Aelah."Allen." Wow, terjadi keajaiban di sini. Setelah beberapa jam berlalu tidak memanggil nama siapapun. Sekarang dia memanggil teman sebangkunya. Ah, kau beruntung sekali nak Allen.

 "Kamar mandi di mana?" Kyaknya nggak seberuntung pikiranku. Mungkin Emilie tipe orang yang datang saat butuh aja. Sabar ya Allen.

"Mau ku antar? Ada di ujung lorong. Aku baru dari sana sebelum upacara pagi tadi."

"Nggak. Nggak usah. Makasih ya, aku ijin Bu guru dulu."


"Hmm.. tapi biasanya yang lain minta antar lhoh. Yakin mau sendiri? Atau mau minta tolong Bu guru aja?"

"Enggak, aku bisa sendiri."


"Kalo ada hantu jangan lari yaa tapi." Teriak Allen seolah menggoda Emilie yang melengang pergi dengan senyum tipis.

Ah, hantu katanya. Ada juga dia gabisa liat kan. Apa yang mau dilakukan hantu dengan menggoda anak kecil.


Wait..


"Ngapain?" Setelah mengikuti Emilie hingga ia menutup pintu kamar mandi, terlihat seorang perempuan mengunci pintunya dari luar. 


~~~~~~~~

Oh hai-hai.. Lebih panjang dari bab sebelumnya kan ya? Karena ngerjain di PC kantor sih, jadi lebih enak ngetiknya. Gapapa kan update di siang hari? Effort lho ini.. 😌 

Happy reading yaa.. aku selalu menunggu kritik dan saran dari kalian.

#Author'aiyy

BATAS CERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang