..
"Ngapain?" Setelah mengikuti Emilie hingga ia menutup pintu kamar mandi, terlihat seorang perempuan mengunci pintunya dari luar.
"Suka suka ku mau ngapain." Jawabnya datar."Buka!"
"Apaan sih, nggak ada urusannya lho sama kamu."
"Buka!"
Bahkan setelah aku menekankan nada bicaraku, perempuan ini tak bergeming.
"Heh Lacur sialan. Kubilang buka! Udah mati kagak usah sok-sokan cari muka. Muka ancur juga." Umpatku kesal. Hantu rendahan juga sok-sokan jadi si paling nyeremin se-dunia. Hobi amat biar dikata paling berkuasa. Paling males sama yang kayak gini. Meski kesal, akhirnya dia mau membukanya juga. Terlihat Emilie yang sepertinya tadi kesusahan ingin membuka pintu.Mau ngapain lagi ini anak. Bukannya pergi balik, keluar kamar mandi malah celingukan. Udah woy, sementara aman kok ada kakak Rossaline 😎 'ah, bangganya aku pada diriku sendiri.
Lhah, dia kebelet berak apa gimana. Malah mungut batu. Belum juga kelar berpikir, tiba-tiba dia melempar batu seukuran jempol kaki orang dewasa tepat mengenai kepala perempuan kurang ajar tadi. Lha kok? Tapi harusnya ga kenapa Napa sih, cuma batu palingan ya nembus. Ketika kulihat perempuan tadi justru berteriak kesakitan.
"Bocah sialan, awas saja kau. Aaaaarghh sial." Umpatnya beberapa kali.Lhoh heh... Seketika aku terpaku dengan pemandangan ini. Kok bisa? Kukerjapkan mataku beberapa kali, takut salah lihat. Tapi ini beneran, dia bisa nyerang? Dia gabisa lihat kan? Aku bisa pastikan dia ga bisa lihat, karena tatapannya kosong ke arah perempuan yang ia lempar batu. Beberapa saat setelah melempar batu, ia juga terdiam seolah memastikan sesuatu.
"Hmm... Yasudahlah." Gumamnya berlalu pergi meninggalkan seseorang yang masih meringis sakit.
"Akan kubalas kau nanti, dasar bocah kurang ajar." Padahal sudah kalah, masih aja ngedumel. Dia belum bisa lihat aja udah bisa nyerang, apalagi kalo bisa lihat. Jadi abu kita.
"Udah, jangan maksain diri buat ngebales. Kau luapkan saja amarahmu padaku SEKARANG!." aku menggertak dengan merubah wujudku, percayalah ini sangat efektif untuk menakut-nakuti. Entah manusia ataupun sebangsaku yang lebih lemah dariku.
Dan akhirnya dia lari.. Yasudah, asal Emilie aman aja deh. 'kenapa pula aku nyoba ngelindungin nih bocah. Ah, ga bapak ga anak sama aja.
"Emilie, kau lama." Gerutu Allen.
"Yah, aku gatau cara buka kunci tadi."
"Eh?"
"Anggap aja kekunci tanpa sengaja "
"Hah?"
"Apaan sih, aku udah balik nih. Case close." Jawab Emilie dengan gerakan menyilangkan tangannya menutup interaksi mereka kembali.
"Lagipula katamu, jangan lari kalau ada hantu."meski sangat lirih, perkataannya masih bisa terdengar. Olehku maupun Allen, di mana kita sama-sama saling menganga.
Belum sempat Allen berbicara, Emilie sudah lebih dulu membekap mulutnya. "Jangan buat aku ketinggalan pelajaran di awal sekolah." Tegas Emilie pada teman sebangkunya yang pasrah saja meski masih ada raut wajah kesal.Dia nggak bisa lihat kan yaa? Pasti ngga bisa. Ah, kutanya bapaknya aja kali ya.
Sampai beberapa lama, justru aku lupa untuk menanyakan perihal ini pada ayahnya. Mungkin karena terlalu asik mengamati tingkah polah bocah unik ini.
~~~
To be continued...
Jadi gimana? Mulai asik? Atau masih flat nih? Aku pengen buru-buru masukin konfliknya, tapi kesannya nanti malah serampangan dan gabisa ngefeel. Jadi ya, let it flow.. Kita bikin alur santai aja sih.
Happy reading semua...
Jangan lupa voment donk 😚#Author'Aiyy
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS CERITA
TerrorMengapa hanya kalian saja yang boleh bercerita tentang "Kami". Apa sejenak, tak ingin membaca sedikit tentang pandangan "kami" apa itu manusia? Kemarilah, dan simaklah cerita yang biasanya sering kalian batasi sendiri!!! Sebuah cerita Horror-Fiksi y...