Emilie pov..
Senyum tipis tersungging dengan spontan, ketika mendengarnya berteriak. Setelah ini bagaimana? Apakah ayah akan marah? Sepertinya begitu. Marah padanya sih yang jelas. Tak mungkin padaku yang baru beberapa saat bisa melihatnya dengan jelas. 'jadi selama ini dia berusaha menjagaku.' batinku.
GELAP
kakiku tiba-tiba gontai tapi kucoba paksakan untuk kembali berdiri. Aneh. Perasaan takut kembali menggerayangi setiap inchi tubuhku. Jantungku berdegup tak karuan. Pandangan nyata dan tak nyata menjadi satu saling tumpang tindih. Suara teman-teman berbaur dengan suara riuh lainnya. Semua indraku memekak.
tes
Setetes cairan merah meluncur dari hidungku. Aku mencoba mengusap namun menetes lagi dan susah berhenti. Lama aku terdiam di tepian lapangan sebelum memulai latihan badminton kegemaranku. Ketika kurasa darah di hidungku tak lagi keluar, aku berlari ke tengah lapangan. Bermain seperti biasa, mencoba untuk menghilangkan semua prasangka yang muncul dari ketakutan tak jelas. Semakin aku menghindar, semakin pudar pandanganku, semakin aku tak bisa mendengar apapun, untuk berdiri pun sangat susah. Jantungku lagi-lagi seperti diremat.
GELAP
lagi dan lagi.. kini bahkan tak lagi kurasakan tubuhku. Semuanya gelap.
Seolah aku terduduk di ruang hampa yang tak menyisakan apapun untuk dirasakan. Beberapa kali berteriak, namun pita suaraku seolah menghilang ditelan kegelapan. Hening..Aku benar-benar takut. Lalu kegelapan itu sedikit menerang dan terlihat beberapa orang dengan beraneka ragam bentuk, mencoba meraihku. Sampai satu suara membangunkanku."Emilie...."Suara lembut dari perempuan anggun yang biasa mengikutiku seolah menarikku untuk kembali. Entah bagaimana bisa, suaranya yang justru terdengar olehku. Kukerjapkan mata beberapa kali, dan benar saja perempuan itu di sampingku. Ada rasa aman ketika melihatnya. Ada rasa takut ketika ia meninggalkanku. Aku bahkan tak melihat sedikitpun ke arah guruku yang pasti khawatir terhadapku. Hanya saja..Kali ini saja..Aku benar-benar hanya ingin dia di sampingku. Tak ada orang lain. "Kak Rossaline... A--ku Ta--kut, ja-ngan per--gi. Me-re-ka..." Meski sudah berusaha untuk berbicara selirih mungkin.. tetap saja tubuhku tak kuasa untuk meneruskan. Untuk membuka mataku saja rasanya sangat berat. Semua berat. Ayah, kenapa aku harus melalui semua ini? Aku benar-benar takut. Mereka semua ingin meraihku. Mereka menatapku seperti mangsa yang sangat lezat. Kenapa aku? Salahku apa?Aku sadar apa saja yang terjadi ketika aku menutup mata kedua kalinya. Aku hanya tak bisa membuka mataku, bukan tak sadarkan diri. Beberapa orang terdengar sibuk mondar-mandir ruangan ini. Hingga salah satu dari mereka kembali membopongku, sedikit berlari memasuki sebuah mobil dan dilajukan dengan cukup cepat. Saat sampai di suatu tempat, tubuhku di geladak dengan ranjang beroda menuju ke satu ruang. Yang aromanya sangat tidak kusukai. Sebisa mungkin aku membuka mata dan melihat beberapa orang berpakaian putih."Aku tak apa! Biarkan aku pergi!" Dengan gemetar aku mencoba menampik semuanya. Siapa juga yang mau tidur di tempat dengan rombongan zombie yang terlihat di setiap sudut. "Emilie, tenangkan dirimu ya. Dokter hanya ingin memeriksa. Bukan berbuat jahat" cecar guruku. Masa bodo juga orang-orang mau ngapain. Aku cuma ingin pergi dari sini. Cukup, kumohon mengertilah. "Periksa semaumu. Asal jangan di sini! Kumohon." Dengan nada memelas namun sedikit kunaikkan 1 oktav, membuat guruku akhirnya meminta dokter untuk menepi terlebih dahulu."Kalo gitu, kita ke tempat lain." Senyuman guruku membuatku sedikit mengendur. Dengan sabar, ia menggendongku. Dan merasakan suhu tubuhku yang kian memanas.
"Emilie takut rumah sakit ya?" Ia mulai berbicara seolah ingin membuatku tenang.
"Hmm" hanya anggukan kecil yang bisa kujawab."Pulang saja. Aku lelah." Ucapku lirih, kurasakan pelukan guruku mengerat. Mungkin ia semakin khawatir pada kondisiku.
"Iya, kita pulang." Dengan gontai ia kembali berjalan menuju mobilnya. Mendudukanku di kursi depan agar ia bisa mengawasi perkembangan tubuhku. Sepanjang jalan, ia terus berbicara atau bercerita banyak hal. Namun aku benar-benar gamang. Pikiran guru ini, berbeda dengan apa yang ia ucapkan. Jelas... Lagi-lagi aku mendengar semuanya saling tumpang tindih.
"Arrrrgghhhh..." Aku berteriak memekik, ketika kurasakan telingaku berdenging sangat kencang."Emilie.. kena.." guruku menepikan mobilnya, dan melihatku dengan nanar. Ya, sepertinya aku tahu kenapa. Setelah tanganku reflek menutup telinga, beberapa tetes darah merembes keluar dari lubang telingaku. Mungkin gendangku sekarang pecah. Terlihat ia semakin panik, dan memajukan mobilnya dengan tambahan kecepatan. Sebenarnya ini guru mau ngajak mati bareng apa gimana? Orang sekarat makin sekarat woy. "Emilie.. jangan protes. Ini bukan rumah sakit!" Dia menggendongku kembali memasuki sebuah klinik atau apa ya, dokter praktek yang buka mandiri. Semacam itu. Tidak buruk juga. Tidak ada zombie, aku aman.Namun.."Kenapa tak dibawa ke rumah sakit? Kondisinya sudah sebegini parah. Tak ada alat medis lengkap jika dibawa di dokter praktek.""Sudah kubawa, ketika di sana justru dia meronta-ronta.""Lalu sekarang gimana? Kemungkinan ada infeksi atau luka pada beberapa organ tubuhnya. Apa dia kecelakaan?""Tidak.""Dia terjatuh?""Tidak. Dia tidak kenapa-napa sampai siang tadi. Tiba-tiba pingsan.""Aku akan lakukan sebisaku. Setelah itu, temui orang tuanya.""Baik."Percakapan dokter dan guruku yang samar terdengar membuatku merasa masih hidup. Setidaknya saat ini."Emilie.. aku akan segera kembali." Tidak, ini yang justru paling aku takutkan. Dia akan pergi, kemana? "Nggak.. nggak boleh." Lirihku sepelan mungkin agar tak di dengar orang lain. "Sebentar.. aku berjanji hanya sebentar." Jawabnya seperti juga enggan meninggalkanku. Dengan terpaksa aku mengangguk menyetujui, toh sebenarnya tak ada alasan untuk menahannya tetap di sini. Hanya saja, kehadirannya membuatku merasa aman. Just it!
To be continued.....Nah, update lagi nih. Maaf ya, untuk jam nya sering gonta ganti ketika update. Setelah lebaran nanti, bakal ku pastikan hari dan jam update. Biar kalian tidak merasa ku gantungkan.
Happy reading.. ^_^
#Author'Aiyy
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS CERITA
HorrorMengapa hanya kalian saja yang boleh bercerita tentang "Kami". Apa sejenak, tak ingin membaca sedikit tentang pandangan "kami" apa itu manusia? Kemarilah, dan simaklah cerita yang biasanya sering kalian batasi sendiri!!! Sebuah cerita Horror-Fiksi y...