Author pov
Gelap..
Gelap..
Kegelapan yang awalnya hanya memenuhi dimensi ini, mulai memudar. Keadaan perlahan meremang, dengan tampilan langit malam berhiaskan rembulan sabit tertutup sedikit awan mendung.
Kini berdiri seorang gadis yang nampak nanar menatap langit. Menyebarkan pandangan ke sepenjuru arah. Mempertanyakan keberadaannya. Ketakutan memang tak terlalu menguasai, namun terlihat jelas di wajahnya bahwa ia sangat ingin pergi.Meski tak pasti, ia mulai melangkah tanpa arah. Dan setiap langkah, terdengar pula langkah kaki lain di belakang seolah sedang mengikutinya. Tersadar oleh itu, ia mempercepat langkahnya. Semakin cepat melangkah, semakin terdengar banyak langkah yang mengikuti.
Bayangan tangan-tangan yang bahkan ingin meraihnya pun tiba-tiba hadir tanpa diundang."BACA......."
lirih suara parau laki-laki yang berdenging di telinganya. Sangat lirih, semacam angin yang menghembuskan dedaunan yang menciptakan alunan nada di sore hari."EMILIE! BACA Asffbdfudnndkskskhwv........"
Suara lirih itu semakin jelas meski di akhir sangat sumbang."EMILIE!! AUDZUBIKALIMATILLAHI TAMMATI MIN SYARRI MAA KHALAQ!! BACA!"
Mata Emilie membulat ketika mendengar suara tadi sangat jelas hingga ia bisa menirukan dengan lugas. Tanpa bertanya, dia pun mengucapkan tepat sebelum sebuah tangan mencoba menggapainya. Teringat gambaran sekadar tangan saja sangat mengerikan. Bagaimana tidak, seorang anak kecil melihat tangan-tangan pucat dengan kulit setengah terkelupas memperlihatkan tulang yang mencuat, ditambah kuku-kuku yang tak lagi ada pada tempatnya. Sebuah barier tak kasat mata seolah mencegah tangan-tangan itu untuk menggapai Emilie kembali sesaat setelah ia merapalkan kalimat atau doa yang didengar dari sebuah suara tanpa asal.
"BACA!"
tak perlu lagi tuntunan seperti di awal, Emilie berhasil menghafal dengan cepat apa yang harusnya ia baca.
Barier tak kasat mata itu, terasa semakin menebal. Membuat jarak langkah-langkah tak bertuan bergerak melamban."BACA!"
ketiga kali Emilie melafazkan dengan lantang.
Seseorang tak dikenal muncul dan menggandengnya dengan lembut.
"DAN.. ayo pulang." Meski tak terlihat oleh siapapun, dari suara halusnya, sudah dipastikan orang ini sedang tersenyum membawa gadis kecil yang sempat diambang petaka."Kalau kamu takut, baca yang seperti tadi ya. Emilie." Ucap orang itu sembari menepuk pelan ujung kepala Emilie, dan mendorong perlahan ke sebuah lubang cahaya yang entah sejak kapan sudah ada. Rasa dingin mencekam sedari tadi atas kejadian yang menimpanya, seketika menghilang semenjak suara berat laki-laki menemaninya melewati waktu yang panjang.
~~~~~~
"Dia bangun"
"Emilie..."
Riuh terdengar di dekat Emilie, beberapa orang nampak menghambur memegang tangannya, wajahnya seolah ingin memastikan bahwa dia masih berada pada alam ini.
"PULANG!" tubuhnya kembali menegang, ketika sadar saat ini dia ada di mana. Kumpulan para zombie sedang merayap menggedor pintu berwarna abu muda ini. Di ruangan serba putih, dengan infus menggantung di sisi kiri. Emilie mulai meronta kembali. Tak peduli dengan siapapun yang tengah memegangnya, tak peduli semua kata yang mencoba menenangkannya. Sampai satu suara membuatnya berhenti.
"Apa begini sudah lebih baik, Emilie?" Suara dari perempuan anggun yang kini sedang mematung di depan pintu, seolah menjaga agar ruangan ini bersih dari gerombolan makhluk yang menakutkan bagi anak kecil kesayangannya. Menyadari gelagat Emilie yang mulai tenang dengan tatapan tak lepas dari sudut pintu, Panji segera memicingkan pandangannya ke arah yang sama.
![](https://img.wattpad.com/cover/365819439-288-k896865.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BATAS CERITA
HorrorMengapa hanya kalian saja yang boleh bercerita tentang "Kami". Apa sejenak, tak ingin membaca sedikit tentang pandangan "kami" apa itu manusia? Kemarilah, dan simaklah cerita yang biasanya sering kalian batasi sendiri!!! Sebuah cerita Horror-Fiksi y...