"Waktu kalian sepuluh menit lagi," ucap Kakashi di depan kelas.
Sakura, Sasuke, Naruto, dan Sai fokus dengan tes tertulis yang diberikan untuk persiapan seleksi tingkat perfektur lokakarya UNICEF. Mereka tekun mengerjakan tes tersebut tanpa menimbulkan suara. Sudah banyak latihan yang mereka jalani selama libur musim panas dan hari ini mereka mengikuti tes tertulis seleksi tahap kedua untuk lolos tingkat perfektur. Tes kali ini membahas tema tentang 'Seberapa Pentingkah Peran Seorang Anak di Keluarga'.
Rasa kagum dan bangga tidak lepas dari wajah Kakashi. Anak didik yang tidak disangka-sangka ini memiliki kekuatan yang luar biasa. Keempatnya saling mengisi, saling merangkul, dan saling mendukung. Jauh dari bayangan Kakashi kalau Naruto yang dulunya dikenal suka memberontak, pemalas, dan menganggap remeh pelajaran sekarang berubah drastis. Perubahan itu yang ingin Kakashi bangun supaya tetap solid.
Waktu mengerjakan tes tertulis sudah selesai. Keempat anak didik Kakashi mengumpulkan lembar tes tersebut ke depan kelas di hadapan Kakashi. Kelegaan menguar setelah dua jam mengisi tes.
"Kerja yang bagus, kids," puji Kakashi untuk siswanya. "Lembar tes ini segera dikirimkan ke gedung UNICEF di pusat kota Tokyo. Apapun yang sudah kalian pelajari sampai saat ini adalah membentuk dan menciptakan pengalaman belajar. Kalian jangan fokus karena hadiah. Fokuslah dengan tujuan lain karena belajar itu untuk proses kalian bertahan hidup. Kerja sama kalian membentuk pertemanan menuju persaudaraan. Sama seperti tagline lokakarya UNICEF tahun ini, 'Challenge Your Limits'."
Sasuke tersenyum tipis. Ketika Kakashi memberikan semangat dan motivasi, Sasuke mendapat suntikan energi untuk menjalani kehidupan lebih berarti. Ketiga temannya juga menyetujui ucapan Kakashi.
"Kalian boleh istirahat dan masuk kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran selanjutnya. Kalian mendapatkan dispensasi untuk menyusul pelajaran sebelumnya serta penugasannya di rumah supaya kalian tidak pulang terlambat. Oke, aku pamit dulu."
Keempat siswa di bawah bimbingan Kakashi membungkuk hormat setelah Kakashi meninggalkan ruang multimedia. Rasa lemas dan lelah dirasakan oleh Sakura dan Naruto yang langsung meletakkan kepalanya di atas meja.
"Tanganku pegal sekali-ttebayo," gumam Naruto.
"Sama," sahut Sakura lemas. "Aku malas bergerak jalan ke kelas."
"Benar. Ada yang mau gendong aku ke kelas ngga ? Ala bridal style ?"
"Mending aku menyeret peti mati terus kau yang ada di dalamnya, Naruto," jawab Sai menjawab pertanyaan Naruto.
"Bocah edan," Naruto tertawa dengan ucapan Sai yang memang susah untuk disaring.
Sakura berdiri dari kursinya dan melakukan peregangan singkat. Bunyi sendi terdengar ketika Sakura meregangkan pegal di pinggul dan pinggangnya.
"Jompo sekali badanmu, Sakura," lagi-lagi Sai yang berkata seenaknya.
"Shannaroo !! Awas saja nanti kuremukkan tulangmu !" ancam Sakura sebal.
Dengan sisa tenaga dan kewarasan yang ada, mereka akhirnya bangkit dari kursi keluar meninggalkan ruang multimedia. Tujuannya tidak langsung ke kelas tetapi menuju ke kantin. Setidaknya dahaga dan rasa lapar bisa hilang setelah tes tertulis.
Ketika berjalan menuju kantin, Sakura melihat Kai dari arah bersebrangan bersama teman sekelasnya. Naruto dan Sai menyapa Kai seperti biasa. Sasuke tidak berkata apa-apa. Semakin dekat, Sakura dan Kai beradu pandang. Semenjak kejadian di ruang pameran empat hari yang lalu jika berpapasan, Sakura dan Kai hanya melempar senyum. Perbedaan itu nampak jelas di mata Sasuke. Ekspresi Sakura seperti tidak bersahabat.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVING HIM WAS RED
FanficKetika aku menyadari ada perasaan yang mulai masuk dan menjalar ke seluruh tubuh, aku merasakan semua hormon ini berkerja berlebihan. Pipiku bersemu merah, jantungku berdegup lebih cepat, perutku serasa dipenuhi kupu-kupu, dan di kepalaku berputar-p...