"Untuk rapat kali ini, teman-teman sudah banyak mengumpulkan kontribusi ide yang luar biasa. Tetapi perlu kita catat bersama-sama, Photo Fair KHS tahun ini dibuka untuk umum dengan sasaran SMA yang ada di Tokyo yang ingin ikut kompetisi. Sponsor yang berasal dari alumni dan perusahaan perlahan mulai melirik dan tertarik dengan acara kita."
Jeda Kai berbicara di hadapan semua anggotanya. Pandangan mata Kai tidak luput mengamati satu per satu anggota timnya. Hembusan nafas terdengar sebelum Kai melanjutkan akhir dari pertemuan rapat hari ini.
"Kepercayaan yang diberikan kepada kita semua sebagai tim tidak boleh disia-siakan. Buat acara ini menjadi acara terbaik di masa-masa akhir perjalanan SMA kita. Jangan ada yang merasa bisa melakukannya sendiri, tetapi di tengah jalan malah kesulitan. Hilangkan keegoisan. Susah dan senang, kita semua sedang berproses. Bentuk hubungan komunikasi terbuka. Teman-teman adalah orang pilihan untuk acara ini."
Tepuk tangan menggema di ruang rapat setelah Kai selesai berpidato singkat sebagai ketua panitia Photo Fair KHS. Semua anggota tim menyetujui dengan semangat yang Kai berikan. Mereka akan mengerahkan seluruh pikiran, tenaga, dan mental untuk membentuk acara ini sempurna dan membanggakan bagi yang terlibat.
Kai kembali duduk di kursi. Dia menoleh ke seseorang yang berjarak tiga orang dari sebelah kirinya. Dia menatap Sakura yang kebetulan sedang menatapnya.
Otomatis, Kai tersenyum sampai lesung pipinya tercetak. Perempuan berambut merah muda itu mengambil atensinya. Adanya Sakura di kepanitiaan membuat Kai ingin lebih berwibawa sebagai ketua. Ketertarikan Kai terhadap Sakura makin membuncah. Jantungnya berdebar hanya melihat emerald Sakura.
***
Sakura sedang fokus menarik busur panah. Memfokuskan mata untuk melesatkan anak panah kelima ke papan target yang berada tujuh puluh meter di depan. Hembusan angin perlahan berhembus. Sakura masih menantikan momen yang tepat.
Yakin untuk melepas anak panah, Sakura melepas tarikan di tangan kanannya. Anak panah melesat cepat dan menancap di salah satu warna diameter lingkaran papan target. Butir keringat mengalir di pelipis Sakura karena memanah membutuhkan konsentrasi tinggi.
Matsuri berjalan menuju papan target milik Sakura. Di sana dia mencatat poin anak panah yang tertancap untuk dilaporkan ke Sakura dan pelatih.
"Dua anak panah tertancap di lingkaran merah score 8, satu di lingkar kuning score 9, dan dua anak panah di lingkar kuning score 10," kata Matsuri melaporkan perolehan nilai Sakura. "Good job, Sakura !"
Sakura dan Matsuri melakukan toss sebagai bentuk saling menyemangati. Matsuri tidak kalah jago memanah seperti Sakura. Poin yang didapatkan Matsuri semuanya melesat di score 10.
"Kurotsuchi-sensei, aku boleh ijin untuk membeli minuman ?"
"Silahkan, Haruno-san."
"Aku juga ikut membeli minum, Kurotsuchi-sensei," ucap Matsuri ikut-ikutan.
"Yasudah, kalian berdua silahkan membeli minum. Belikan untukku juga ya. Seperti biasa."
Sudah mendapatkan ijin, Sakura dan Matsuri menuju kantin. Kalau Sakura memang ingin membeli minuman dingin karena tenggorokannya terasa dehidrasi. Tetapi, Matsuri memiliki maksud lain ikut menemani Sakura membeli minum di kantin.
Sesampainya di kantin, Sakura membeli ramune dingin. Matsuri tidak membeli apa-apa kecuali minuman titipan Kurotsuchi-sensei, yaitu sebotol ocha dingin. Sebelum kembali ke lapangan, Sakura ingin minum sejenak. Matsuri tertawa kecil melihat Sakura benar-benar kehausan.
Sehabis rapat besar bersama panitia Photo Fair KHS, Sakura dan Matsuri langsung hadir untuk ekskul panahan. Cukup lelah menjalani kegiatan hari ini.
"Aku penasaran dengan satu hal."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVING HIM WAS RED
Fiksi PenggemarKetika aku menyadari ada perasaan yang mulai masuk dan menjalar ke seluruh tubuh, aku merasakan semua hormon ini berkerja berlebihan. Pipiku bersemu merah, jantungku berdegup lebih cepat, perutku serasa dipenuhi kupu-kupu, dan di kepalaku berputar-p...