Bab 36

9.8K 650 3
                                    


              "Hiro,"

Hiro yang baru saja melepas kacamatanya, mendongakkan kepala dan melihat Okaasan yang berdiri di depannya. Hiro berdiri dan menghampiri Okaasan, merangkul bahu rapuh wanita yang dihormatinya, menuntunnya untuk duduk di sofa.

"Ini sudah dini hari, kenapa kamu belum tidur?"

"Aku baru saja mengecek laporan yang dikirim."

Okaasan tersenyum dan memperhatikan wajah putranya yang nampak letih. Wanita yang masih nampak cantik di usia 58 tahun itu mengelus tangan Hiro. "Kamu nampak letih. Bagaimana kabarmu di Indonesia? Apa di sana kamu bisa makan dengan baik?"

Hiro mengangguk.

Okaasan menghela nafas, jujur saja ia merasa berat hati karena putra tunggalnya dan cucu satu-satunya harus tinggal berjauhan dengannya. Namun ia paham, jika perusahan milik mereka tengah fokus untuk berkembang di Indonesia sehingga sulit bagi Hiro untuk bolak-balik antara Jepan dan Indonesia.

Namun, Hiro seorang duda dan cucunya tidak memiliki Ibu. Tentu saja setiap hari Okaasan selalu mengkhawatirkan mereka meskipun sang asisten, Tyo selalu dengan setia memberi informasi kepadanya.

"Apa kamu tidak berniat untuk menikah?"

"Aku akan menikah, Okaasan." Jawab Hiro tegas.

"Dengan Nona Naoko? Okaasan lihat kalian mengobrol cukup lama seharian ini. Apa dia cocok denganmu? Jika iya, Okaasan akan berbicara dengan keluarga Suzuki."

"Okaasan, tidak. Aku akan menikah tetapi wanita itu akan menjadi pilihanku. Sebelumnya aku tidak mempermasalahkan kalian menjodohkanku dengan Sakura, tetapi untuk kali ini...aku yang akan memilihnya."

Okaasan terkejut dengan ucapan putranya yang biasanya tidak banyak bicara. Mata Okaasan menatap Hiro dengan menyelidik. Ia teringat dengan seseorang yang ditelepon Hiro dan Akira yang membuat kedua orang kesayangannya tersenyum.

"Hiro, anakku, katakan jujur pada Okaasan, apa kamu sudah mempunyai kekasih?"

Hiro mengangguk.

"Apa ia orang Indonesia?"

Hiro mengangguk kembali sambil menatap ekspresi Okaasan.

Okaasan terdiam sesaat seakan berpikir, lalu kembali menatap Hiro. "Apa wanita itu yang di ceritakan Akira? Ghendis?"

Mata Hiro melebar mendengar nama kesayangannya di ucapkan dengan lantang oleh suara lembuh Okaasan.

Okaasan yang melihat respon putranya menghela nafas, ia tidak menyangka jika putranya jatuh cinta dengan wanita Indonesia.

"Hiro, kamu sudah paham bukan jika siapapun yang akan menjadi istrimu, maka wanita itu memiliki tanggung jawab yang cukup besar sebagai Nyonya Ryuzaki. Sebagai pendamping pewaris Ryuzaki, keluarga kita sudah turun temurun melakukan perjodohan yang bertujuan untuk memperkuat aliansi keluarga dan perusahaan, para wanita dididik agar siap menjadi partner pewaris Ryuzaki. Sama seperti Obachan, Okaasan dan juga Sakura di mana kami sejak kecil sudah memikul tanggung jawab sebagai istri dari pewaris Ryuzaki."

"Okaasan, aku sangat menyukai gadis ini. Bahkan aku sangat merindukannya," bisik Hiro lemah.

Okaasan tertegun. Putranya sama seperti suaminya, sosok yang tangguh, dingin, pendiam dan selalu menyendiri. Bahkan ketika menikah, Hiro nampak tanpa ekspresi dan datar. Tetapi sekarang... anak itu nampak frustasi, sorot matanya nampak penuh kerinduan oleh seseorang yang tidak ia kenal. Okaasan rasanya ingin menangis melihat bagaimana putranya nampak manusiawi.

"Ceritakan pada Okaasan tentang gadis ini."

"Okaasan ingin tahu?"

Okaasan mengangguk.

Hiro berdeham, di pikirannya wajah Ghendis muncul membuat pria itu sedikit tersenyum dan hal itu tidak luput dari penglihatan tajam Okaasan. "Ghendis, dia gadis berusia 30 tahun, dia gadis yang... aneh."

"Aneh?"

Hiro mengambil Hpnya dan menunjukkan foto dirinya, Akira dan Ghendis yang sedang berpose ketika mereka tengah bermain di taman. Okaasan kembali dibuat terkejut melihat putra dan cucunya yang nampak riang di foto. Akira tersenyum lebar memeluk leher seorang gadis berambut panjang dan di sebelahnya Hiro merangkul akrab sambil tersenyum.

Mata Okaasan mengamati gadis kaku yang diapit oleh Hiro dan Akira. Gadis ini tidak secantik dan selembut menantunya, bahkan nampak tanpa ekspresi namun entah mengapa ia juga nampak hangat.

"Ghendis sulit tersenyum, ia selalu cemberut dan mengomel. Tapi, Ghendis akan sangat cantik ketika tersenyum. Seperti matahari..." ucap Hiro lembut.

"Semenjak ada Ghendis, rumah kami semakin hidup. Ghendis selalu memasak masakan yang unik untuk kami, mengajak Akira bermain, mengomeliku. Ada Ghendis, hidupku terasa cerah, terang, hangat."

"Apa kalian sudah tinggal bersama?"

Hiro menggelengkan kepala. "Tinggal bersama bukanlah budaya orang Indonesia, dan aku sangat menghormati Ghendis meskipun berkali-kali aku membujuk Ghendis untuk tinggal bersama kami namun Ghendis gadis yang memiliki prinsip. Ia tinggal di salah satu rumahku yang tak jauh dari tempat tinggal kami.

Okaasan apa Okaasan tahu bahwa Ghendis selalu menolak jika aku membayar sesuatu untuknya? Bahkan ia tidak segan memintaku untuk memberi gaji sesuai UMR kota kami tinggal?"

"Benarkah?" putranya adalah salah satu milyarder dan banyak sekali wanita tertarik padanya karena itu. Sungguh aneh sekali mendengar jika ada perempuan yang tidak menyukai uang.

"Setiap kami makan bersama, ia akan terlebih dahulu membayar makakanannya ke penjual. Aku sudah sering menolaknya, bagaimana bisa hanya semangkok bubur seharga 10ribu, Ghendis membayar sendiri? Tetapi Ghendis selalu keras kepala, ia tidak ingin hubungan kami didasari dengan uang.bahkan ketika kami pergi, ia selalu menginginkanku memakai mobil paling sederhana.

Okaasan, Ghendis gadis yang menarik, cantik, dia juga kuat mampu bela diri dan bisa membuat Akira sangat menyayanginya."

"Dia juga bisa membuatmu jatuh cinta padanya." Tambah Okaasan.

Hiro terdiam.

"Ada apa?" tanya Okaasan bingung dengan putranya yang nampak bingung.

"Apa ini cinta?"

"Kamu tidak menyadarinya? Lalu, bagaimana kamu mencintai Sakura?"

"Okaasan, Sakura sudah kuanggap sebagai keluargaku, aku menyayanginya. Tapi dengan Ghendis... terkadang aku ingin mengurung Ghendis untuk diriku sendiri."

Okaasan menggenggam tangan Hiro dengan lembut dan tersenyum. "Ingin memiliki untuk diri sendiri adalah salah satu bentuk cinta. Anakku, aku bahagia karena kamu menemukan cintamu meskipun kelak kalian akan menghadapi jalan berliku."

"Okaasan, apa kau merestuiku?"

"Aku bahagia melihatmu sekarang dan bagaimana Akira menyayanginya, aku yakin gadis itu adalah gadis yang baik."

Hiro mengangguk setuju.

"Berjanjilan pada Okaasan, kamu akan mempertemukan aku dengan Ghendis. aku ingin mengenalnya,"

"Pasti Okaasan."

Mrs 30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang