Sebelas

17.2K 792 7
                                    


   Ghendis sedang asyik membereskan pakaiannya untuk di masukkan ke koper. Kesedihannya dengan cepat terlupakan dengan kesibukannya. Ia bersenandung sesekali sambil berjelajah menatap kamarnya, berpikir apa lagi yang harus dibawanya.

Kegiataannya terhenti ketika Hpnya berbunyi. Ghendis melirik nama sahabatnya yang menelpon dan mengangkatnya.

"Hmm?"

"Dis, jam 7 lo ke cafe zona ya." Ucap Ike tanpa basa-basi.

"Ngapain?"

"Lo inget enggak Agnes temen sekelas kita pas kelas XI?"

Ghendis mencoba mengingat-ingat. "Yang mana?"

"Itu lho yang suka pake bando kayak si anjeli kuch-kuch hotahai! Yang pake tas karung merah, rambut pendek, pake anting panjang."

"Oh, terus?"

"Tadi gue ketemu sama dia pas dia lagi buka tabungan di tempat kerja gue. Kita ngobrol sebentar dan dia ajak makan malam bareng sekarang."

"Yaudah lo doang kan, gue enggak diajak.

" "Gue udah bilang kok mau ajak lo dan dia ngiyain. Lo temenin ya! Gue traktir kok! Please! Please!"

Ghendis terdiam. Ini bukan pertama kalinya Ike mengajaknya jika ada kumpul dengan teman. Sejak SMA ia hanya berteman dengan Ike dan jarang berinteraksi dengan teman lain. Sehingga Ghendis lebih dikenal sebagain 'paketan Ike'. Bukan salah Ike sih, ia sendiri menyadari hubungan sosialnya yang sangat buruk dan sibuk mengejar nilai untuk membanggakan orangtuanya.

"Oke." Jawab Ghendis akhirnya.

"Sampai ketemu lagi sayangkuu!! Jangan ngaret ya lo." Tutup Ike.

...

Ghendis baru saja memanaskan motornya dan hendak membuka pintu pagar rumah ketika sebuah mobil avanza berhenti di depan rumahnya.

Seorang laki-laki kurus turun dari dalam membawa koper. Rambutnya sedikit panjang memakai kaos bertuliskan 'i love my self' menatap Ghendis dengan senyum lebar.

"Kakak," ucap pria itu yang ternyata Abimana dan memeluk Ghendis dengan hangat.

Ghendis menepuk punggung adik bungsunya pelan dan tersenyum. "Kamu pulang Dek, kok dadakan?"

Abi mengerutkan alis. "Udah bilang dari kemarin sama Mama kok."

"ABI!!!"

Ghendis berbalik dan melihat Chitra serta Mama keluar dari rumah memeluk Abi. Ghendis mematung di sebelahnya dan sedetik kemudian menghela nafas pelan. Gadis itu mengambil helm dan memakainya.

"Mau ke mana Kak?" tanya Abi pada Ghendis yang sudah menaiki motor.

"Ada acara."

Mama mendecih. "Paling nongkrong di warnet. Jangan pulang malam-malam!"

Ghendis hanya mengangguk acuh dan menjalankan mesin motornya.

Mama menatap kosong ke arah Ghendis, menghela nafas dan tersenyum menatap kedua anak yang selalu ia banggakan. "Ayo masuk! Mama udah pesan pizza, ada juga soto ayam kesukaan kamu. Bentar lagi Papa pulang bawa martabak."

....

Sesampainya di cafe zona, Ghendis memarkirkan motornya di parkiran dan masuk ke dalam cafe. Suasana cafe cukup ramai hingga beberapa orang waiting list di luar. Untung saja Ike sudah sampai duluan sehingga mereka kebagian tempat.

Mrs 30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang