cerita ini akan berlanjut di karyakarsa
silahkan search di karyakarsa "NyonyahCullen" di sana sudah update sampai BAB 14 yaaa atau tinggal klik link yang ada di bio profil aku
sampai jumpa di sana pembaca tersayang
...........
"Maaf ya berantakan." Ucap Chitra membuka pintu kamarnya.
Kevin masuk ke dalam kamar dengan nuansa pink itu dan mengamati dengan antusias. Sudah ia duga jika gadis ini sangat feminim. Semua yang ada di kamar benar-benar bernuansa pink. Dari sprei, bantal, karpet, cover TV dan kulkas mini, kursi belajar bahkan banyak manik-manik berwarna pink.
Kevin tersenyum, tanpa malu pria tampan itu duduk di ujung kasur, matanya menatap pigura foto di atas meja. "Ini adik kamu?" tunjuknya pada laki-laki yang ada di foto keluarga.
"Ya, itu Abimana. Abi beres kuliah langsung merantau ke Kalimantan."
"Lalu Kakak kamu?"
"Oh Kak Ghendis, dia...hmm.. pengangguran. Kakak dulunya guru, tapi tiba-tiba aja dia resign dan sampai sekarang enggak kerja. Kakak juga belum nikah,"
"Oh. Memangnya dia enggak keberatan kalau adiknya ngelangkahin duluan?"
Chitra mengulum senyum, gadis itu membalikkan badannya membelakangi Kevin. "Memangnya siapa adiknya yang mau ngelangkahin duluan?"
Kevin terkekeh. Pria itu berdiri dari ranjang dan memeluk Chitra dari belakang. Ia memberi ciuman di bawah telinga sehingga membuat Chitra mengerang nikmat. "Kamu yang ngelangkahin Kakak kamu."
Chitra mengangkat wajahnya, memberi akses untuk Kevin agar lebih leluasa menciumnya. "Kamu! Aku akan menikahimu, bahkan kalau kamu mau, kita bisa menikah besok."
Chitra tertawa, ia membalikkan tubuhnya menghadap Kevin. Kevin memeluk pinggangnya erat, satu tangan meluncur ke bawah, meremas pantat gadis itu. "Aku mau kamu." Bisik pria itu.
Chitra membelai dada Kevin, ia bisa merasakan milik Kevin yang keras menyentuhnya. "Ada orangtua aku di bawah."
Kevin menggeram. "Kita lakukan singkat aja." Bujuknya mencium bibir Chitra dan mulai membuka pakaian wanita itu.
Chitra sedikit menjauhkan tubuhnya untuk mengunci pintu kamarnya karena ia membutuhkan lelaki itu untuk memuaskannya.
Sementara Ghendis baru saja keluar dari kamar, gadis itu ingin ke kamar mandi dan posisi kamar mandi harus melewati kamar adiknya.
Ketika ia tepat di depan kamar Chitra, dengan pendengarannya yang cukup tajam, Ghendis mendengar suara erangan adiknya yang bercampur dengan suara rendah pria. Ghendis menghentikan langkahnya, menatap pintu kamar Chitra yang tertutup rapat.
Suara derit kasur terdengar. Orang lain tidak akan bisa mendengar, namun Ghendis dengan pendengaran sensitifnya bisa mendengar dengan jelas.
Ghendis menghela nafas pelan.
Ini bukan pertamakalinya ia mengetahui bagaimana adiknya memiliki hubungan dengan kekasihnya. Bahkan dulu, bersama mantan kekasihnya ia pernah tidak sengaja memergoki adiknya keluar dari kamar mandi bersama mantanya.
Ia tahu jika Chitra sudah tidak perawan. Ia juga tidak ada niatan untuk ikut campur hubungan pribadi adiknya, hanya saja... ia terkadang muak dengan tingkah laku adiknya yang malu-malu terhadap laki-laki jika di depan keluarganya.
Mengacuhkan apa yang sedang terjadi dengan adiknya, Ghendis berjalan kembali menuju kamar mandi. Ia berharap di kamarnya memiliki kamar mandi seperti kamar Chitra dan orangtuanya sehingga ia tidak perlu repot-repot keluar kamar.
.....
Hiro menatap putranya yang duduk merajuk di tengah tempat tidur. Sejak pulang dari acara pernikahan, Akira cemberut dan tidak mau makan. Dan yang membuat Hiro frustasi, itu terjadi karena...
Gadis bernama Ghendis itu.
Mengapa Akira begitu berlebihan dengan gadis yang baru ia temui pertama kali?
"Makan." Perintah Hiro.
Hiro menggelengkan kepala, tubuhnya berguling-guling lucu di atas tempat tidur. Hiro memijat pelipisnya, sementara asistennya Tio di belakang merasa kasihan melihat bosnya yang selalu berperang dengan putranya.
"Tio," panggil
"Ya, Pak?"
"Cari tahu soal Ghendis." Jawab Hiro. Akira yang mendengar nama itu di sebut, berhenti berguling-guling dan menatap Ayahnya dengan penuh harap.
"Baik Pak." Ucap Tio lalu meninggalkan kamar Akira.
"Mau Tante Ghendis itu ke sini?"
Akira mengangguk, merangkak ke arahnya lalu memegang ujung kemejanya.
"Makan, percuma dia datang kalau kamu sakit."
"Mau makan!!" seru Akira.
Hiro menatap pengasuh yang sudah siap dan segera membawa Akira menuju ruang makan.
Hiro duduk di kasur dengan lelah. Jika Akira bukanlah anak kandungnya, mungkin ia sudah membuangnya. Namun kenyataannya Akira adalah anak kandungnya, calon pewarisnya yang berharga.
Ia mengurus Akira sendirian sejak Akira berusia 6 bulan. Ibunya Akira yang juga mantan istrinya meninggal dunia, sehingga ia yang selalu sibuk dengan pekerjaan, akhirnya harus berperan sebagai Ayah maupun Ibu untuk putra satu-satunya. Memang ada pengasuh yang dikerjakan, namun untuk urusan tidur dan mandi, Akira hanya ingin olehnya.
Ia sendiri harus beradaptasi cukup lama untuk menghadapi bayi rewel yang setiap malam menangis, pampers yang penuh, membuat susu formula atau menggendong agar anaknya bisa tertidur pulas.
Dengan kondisinya sebagai orangtua tunggal tentu saja keluarganya berulang kali mengatur perjodohan untuknya agar mengisi posisi sebagai Ibu sambung Akira dan Nyonya Ryu. Namun, Hiro menolaknya dengan tegas.
Hanya untuk pernikahan keduanya,ia tidak ingin keluarganya ikut campur. Ia ingin memiliki istri pilihannya sendiri.
Hubungannya dengan mantan istrinya bukan atas dasar cinta melainkan perjodohan yang diatur keluarganya. Sakura, teman kecilnya sejak dulu sudah di pilih untuk menjadi istrinya. Sakura sendiri jatuh cinta kepadanya, sementara Hiro, menikahinya karena merasa itu tanggung jawabnya sebagai pewaris Ryu Corporation. Ia bahkan tidak peduli harus meniduri siapa asalkan benihnya bisa memuaskan keinginan keluarganya.
Namun, untuk saat ini, ia ingin hidup sesuai dengan pilihannya. Ia bahkan tidak berpikir untuk menikah lagi. Sebagai orangtua tunggal, ia sudah puas dengan fondasi seperti ini. Ia juga tidak ada ketertarikan seksual terhadap wanita maupun pria. Itu bukan prioritasnya. Baginya memajukan Ryu Corporation sebagai perusahaan nomor satu di dunia adalah ambisi yang ingin di capainya.
Namun hari ini, kepalanya pusing dengan tingkah laku putranya yang terlihat baru saja menemukan cinta sejati. Jika tidak mengingat usia putranya yang masih tiga tahun, mungkin Hiro sudah mencurigai jika Akira baru saja mengalami puber.
Tetapi, kenapa Akira memiliki ketertarikan dengan Ghendis? Hiro kembali mengingat wajah gadis itu melalui ingatannya yang kuat. Gadis itu tidak cantik, maksudnya tidak secantik Sakura. Dia memiliki wajah Indonesia, badan mungil, rambut hitam, kulit sawo matang dan yaah biasa saja. Namun Hiro tertarik dengan sikap tenang serta tenaga besar gadis itu yang mampu melawan anak buahnya yang terlatih.
Ghendis... Ghendis... ah, mengingat nama itu Hiro merasa tidak ada yang spesial. Lalu mengapa putranya begitu tertarik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs 30
ChickLitGhendis, gadis berusia 30 tahun seorang pengangguran dan jomblo sejati. karena kondisinya ia selalu dikucilkan keluarganya dan juga diejek oleh teman-temannya yang sudah sukses di usia 30. pertemuan pertamanya dengan seorang CEO duda merubah hidupn...