Bab 24

14.6K 861 35
                                    

Cuss ke karyakarsa buat baca sampai tamat ><


...

                Hiro menatap rumah yang hanya beberapa jarak dari mobilnya yang di parkir. Ghendis mengambil tasnya di kursi belakang dan memakainya di bahu. Gadis itu baru menyadari jika Hiro memakai kemeja biru dan celana kain hitam.

"Enggak langsung pulang?"

"Ada rapat setelah makan siang,"

"Tetap ya bos pun sibuk padahal lagi weekend."

Hiro hanya tersenyum, tangannya mengelus rambut panjang Ghendis.

"Pokoknya besok benar-benar harus meluangkan waktu full buat Akira, please.. jangan sampai dia kehilangan haknya untuk bermain bersama orangtuanya. Itu akan menjadi luka kelak di masa depannya."

"Aku sudah menyuruh Tyo untuk mengosongkan waktu besok."

Ghendis menghela nafas lega. "Kalau gitu aku masuk ya,"

Sebelum Ghendis membuka pintu, Hiro meraihnya dan memeluknya beberapa detik, mengecup dahinya. "Samapai ketemu besok, sayang."

Ghendis mengangguk dan memberikan senyum lalu keluar dari mobil. Setelah Ghendis masuk ke dalam rumah, mobil Hiro barulah pergi.

"Masih inget rumah?" tanya Mama ketika Ghendis masuk ke dalam mendapati Ibunya tengah duduk di ruang tamu sambil merangkat bunga di vas.

"Ma," sapa Ghendis pada Ibunya lalu ke dapur memberikan kue yang ia beli tadi ke Bi Ema untuk disajikan.

Tadinya Ghendis ingin mengajak ngobrol Mamanya, namun melihat Mama yang masih marah kepadanya. Ghendis akhirnya memilih untuk masuk ke kamar.

Membuka pintu kamar, Ghendis menemukan rasa aneh dari dirinya. Duduk di tengah ranjang mungilnya, entah mengapa membuatnya terasa sendu. 2 minggu tidak tinggal di sini, 2 minggu menghabiskan waktu di kamar luas dengan ranjang yang besar, AC, kamar mandi mewah masih membuatnya tidak percaya dengan perubahan mendadak dalam dirinya.

Apalagi dengan hadirnya Akira dan Hiro dalam hidupnya, mewarnai harinya membuat hatinya menghangat.

... "Ghendis sudah pulang?" tanya Papa begitu masuk ke dalam rumah dan menemukan istrinya sedang merangkai bunga dengan wajah cemberut.

"Udah,"

"Di mana? Papa baru aja beli es campur buat Ghendis."

"Cuma buat Ghendis aja? Cih! Anak itu baru datang langsung masuk kamar, enggak ada nanya kabar orangtua."

"Mungkin Mamanya nyambut sambil cemberut ya?" goda Papa. "Papa udah beliin es kelapa kesukaan Mama kok. Papa ke atas dulu ya, anterin es campur buat Kakak."

Menyimpan es kelapa di atas meja punya istrinya, Papa berjalan ke atas dan menuju kamar Ghendis, mengentuk pintu.

"Pa, darimana?" tanya Ghendis senang melihat Papanya dan memeluk pinggang gemuk Papa.

"Papa beliin es campur kesukaan Kakak. Ayo makan bareng di bawah!"

Ghendis mengikuti Papanya ke bawah, sementara Papa langsung mengambil mangkok. "Gimana kerjaannya? Lancar?"

Ghendis mengangguk. "Menyenangkan Pa,"

"Syukurlah! Papa itu khawatir sama kamu, bisa makan? Jangan beli makanan di luar ya kalau bisa masak bareng Ike walaupun Papa tahu Ike enggak bisa masak."

Mrs 30Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang