Yang ga sabar boleh langsung ke karyakarsa krn cerita ini sudah tamat🥰
Akibat reuni blm aku update lg krn laptop mati udh seminggu 💔 kalau udh nyala lg, aku langsung update d karyakarsa full tamat yaaa.
....
“Darimana aja sih lo? Berabad-abad baru nongol!” ucap Hani begitu Ghendis masuk ke dalam rumah setelah bersalaman dengan Tante dan pamannya.
Ghendis duduk di sebelah Hani yang sedang melipat pakaian. “Tumben sabtu enggak ke mana-mana?”
“Tengah bulan Bu, duit menipis jadi malmingan di rumah deh! Mumpung ada lo gue nitip si Dede ya biar...” Hani berbisik di telinga Ghendis. “Gue bisa indehoy sama Mas Arya hehehe. Maklum lah udah punya anak, mau indehoy singkat mulu soalnya si Dede suka rewel gitu!”
Ghendis mendelik, matanya menatap keponakan yang sedang duduk di bouncer sambil memakan biskuit bayi. Silva, putri Hani yang baru berusia 6 bulan menatapnya berbinar, satu tangan terangkat mengulur kepadanya.
Ghendis dengan cekatan menggendong Silva.
“Udah cocok lo punya bayi sendiri! Cepatan cari jodoh atau mau gue kenalin sama temannya Mas Arya?”
“Enggak makasih!”
“Kenapa? Lo udah punya pacar kan? Bener kan apa dugaan gue! Pantasan lo kayak agak beda! Muka lo kinclong!! Akhirnya setelah 30 tahun lo ngejomblo, lo pecah telor juga hahaha”
“Punya pacar enggak ada hubungannya dengan muka kinclong.” Geram Ghendis. “Gue kerja makanya gue enggak kelihatan di rumah.”
“Gue tahu kok lo kerja, si Tante sempet ngomel-ngomel di sini karena lo tinggal sama Ike. Duh gue langsung kabur ke kamar, soalnya nyokap lo kalau marah semua kena imbas!” Hani bergidik mengingat bagaimana Tantenya yang paling dikenal galak. “Lo sih lagian keluar dari rumah, noh si Chitra jauh pun di tempur bolak-balik enggak sampai harus nge kos.”
Ah... lagi-lagi ia dibandingkan dengan Chitra. Padahal ia sengaja ke rumah sepupunya untuk menghindari Mamanya yang terus membandingkan ia dengan Chitra. Dan di sini pun ia harus mendengar sepupunya yang membandingkannya.
Melihat wajah Ghendis yang menunjukkan aura suram membuat Hani menyadari kesalahannya. Walaupun Ghendis dikenal pendiam, namun ia dan Ghendis cukup akrab sehingga Hani terkadang bisa merasakan aura sepupunya itu. “Eh ngomong-ngomong soal Chitra, pacar barunya gue dengar anak mentri. Nyokap lo heboh bangate ngomongin calon mantunya. Gue pernah sih lihat pacarnya si Chitra pas ke sana, hmmm ganteng sih tapi sombong gitu ya! Ke si Dede aja kagak nyapa apa gimana beda sama mantannya dulu.”
Ghendis mengingat-ingat kekasih Chitra yang kalau tidak salah namanya Kevin. Dia belum pernah mengobrol langsung dengan Kevin, entah mengapa Ghendis merasa tidak nyaman dengan pria itu.
“TANTE GHENDIS!!!”
Ghendis menoleh dan mendapati 7 keponakannya yang kini berlari menghampirinya. Adi, Ganjar, Hans, Juju, Kinan, Puput dan Elsa adalah anak dari sepupunya yang lain yang sudah ia asuh sejak mereka lahir sama seperti Silva. Keponakan tertua Adi dan Ganjar mereka kelas 4 SD, Hans kelas 3, Juju dan Kinan kelas 1, Puput dan Elsa baru saja masuk TK.
Mama Ghendis anak ke 3 dari 5 bersaudara. Dan semuanya tinggal bertetangga di komplek sehingga satu keluarga besar tampak akrab dan ramai. Ghendis adalah putri tertua sementara sepupu lainnya lebih muda darinya namun mereka menikah jauh lebih cepat. Apalagi Rita, Ibu dari Adi dan Juju menikah setelah lulus SMA.
Karena kondisi ia sebagai sepupu tertua dan belum menikah, tentu saja menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan bagi orangtuanya. Selain jadi omongan keluarga, kondisi Ghendis yang penyendiri seringkali menganggapnya aneh. Namun, gadis itu sejak dulu memiliki daya tarik yang membuat anak-anak menyukainya.
“Tante, dari mana aja? Kangen!!!” peluk Juju dan Kinan pada Ghendis.
Ghendis memberikan Shiva pada Hani dan memeluk lebar keponakannya. Wajahnya yang selalu dingin tampak lembut menatap keponakan-keponakannya. Mengingat ia yang sering memandikan dan menggantikan pampers mereka dan kini mereka sudah mulai dewasa, membuat Ghendis merasa terharu.
“Tante sekarang kerja, jadi enggak pulang ke rumah.” jawab Ghendis menepuk satu persatu kepala keponakannya dengan lembut.
:Kayak Om Abi ya Tante?” tanya Adi.
Ghendis mengangguk, matanya mengerut melihat Hans. “Hans, kamu kok iteman?”
Ganjar terkikik. “Hans mah tiap pulang sekolah main layangan terus Tante, makanya item gitu!”
“Kamu juga!” balas Hans.
“Oh iya sebentar.” Ghendis mengambil dompet di dalam saku celana dan mengeluarkan uang 20ribuan yang sudah ia siapkan dan membaginya kepada semua keponakan. “Enggak boleh jajan mainan ya, ini buat beli kue, pokoknya yang ngenyangin.”
“YEEE!! MAKASIH TANTE GHENDIS!!! AYO SEMUA KITA KE INMARET!!” Seru Adi lalu mengecup pipi Ghendis diikuti keponakannya yang lain.
Tersenyum melihat kelakuan heboh keponakannya, Ghendis kembali mengeluarkan uang merah 3 lembar dan memberikannya pada Hani. “Nih buat nambah pampers.”
Hani terkejut dan menatap sepupunya berbinar. “Duh beneran nih? Huhuhu baik banget si Tante Ghendis sayang!!!!”
Ghendis terkekeh, walaupun Hani sering menitip anak padanya tetapi Hani sapupu yang paling akrab dengannya. Dia kebal dengan kelakuan Ghendis yang pendiam, judes dan penyendiri. Bahkan sejak kecil Hani selalu membelanya, padahal Hani berusia lebih muda darinya.
Ia tahu suami Hani, Arya seorang buruh pabrik yang gajinya pas dengan UMK bandung. Sementara Hani full ibu rumah tangga yang terkadang berjualan online. Kadang Hani mengeluh dengan kondisi ekonominya, karena mereka memiliki cicilan motor.
Hampir semua sepupunya yang sudah menikah masih tinggal bersama orangtuanya, namun sepupu yang lain lebih memilih kerja dan menitipkan anak pada orangtuanya serta Ghendis. Hani sebelumnya pun bekerja, namun akhirnya memilih menjadi IRT karena Hani terakhir kali ia pernah masuk opname karena lambung dan kecapean sehingga keesokan harinya ia resign kerja.
Diantara sepupunya, yang paling sukses adalah Abi dan Chitra, kedua adiknya. Meskipun kerja jauh namun Abi masih sering berkumpul bersama sepupu ketika pulang, berbeda dengan Chitra yang jarang berkumpul dengan keluarga. Chitra lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-temannya sejak sekolah, dan melihat pergaulan serta seleranya yang cukup tinggi membuat para sepupu merasa minder dan canggung jika bersama Chitra
....
Sepulang dari rumah Hani dan bermain bersama keponakan kecilnya, Ghendis pulang ke rumah. beruntung Mamanya ada di kamar hingga ia cepat-cepat menuju kamar. Namun naas, ketika ia hendak berjalan ke kamarnya, kamar Chitra terbuka dan tersentak melihat laki-laki yang baru keluar dari kamar itu. Kekasih Chitra, Kevin.
Kevin juga terkejut melihat Kakak Chitra yang sudah cukup lama tidak dilihatnya. Pria itu menatap canggung karena penampilannya sedikit aca-acakan. Kevin menatap Ghendis dan matanya sedikit melebar melihat gadis itu tampak berbeda.
Ghendis mengangguk sekali sebagai sapa lalu dengan cepat berjalan menuju kamarnya. Sementara Kevin masih tertegun menatap Ghendis.
“Mas, kenapa?”
“Tadi papasan sama Kakak kamu.”
“Oh Kak Ghendis? dia pulang kok soalnya di suruh Papa juga biar sekalian besok datang ke acara kita."ucap Chitra manja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs 30
ChickLitGhendis, gadis berusia 30 tahun seorang pengangguran dan jomblo sejati. karena kondisinya ia selalu dikucilkan keluarganya dan juga diejek oleh teman-temannya yang sudah sukses di usia 30. pertemuan pertamanya dengan seorang CEO duda merubah hidupn...