Cerita ini sudah sampai Bab 90 di Karya karsa
dan ada voucher diskon pembelian paket 10.000 (terbatas) dengan akses baca seumur hidup
langsung ke karyakarsa yuk buat jadi kisah hidup Ghendis
https://karyakarsa.com/nyonyahcullen
"Ghendis," panggil Mama ketika Ghendis hendak menuju kamarnya.
Ghendis membalikkan badannya menatap Mama. "Kamu tuh kebanyakan di kamar, lama-lama orang bakalan lupa sama kamu!"
"Ada apa Ma?" tanya Ghendis malas meladeni Mamanya yang akan mulai menceramahinya.
"Kamu ke supermarket beli tisu toilet, kaldu ayam, semprotan nyamuk oh iya tadi adik kamu titp beli kapas sama handsinitizer." Mama memberikan kartu pada Ghendis. "Pakai kartu adik kamu, oh iya kamu kalau mau beli ciki beli aja tapi jangan kebanyakan micin enggak baik." \
Ghendis mengangguk. Mengambil jaketnya, ia berjalan kaki menuju supermarket yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah.
Setelah mengambil semua pesanan Mamanya, Ghendis asyik memilik cemilan untuk stock di kamarnya yang sudah menipis. Kapan lagi adiknya mentraktirnya, jadi ia akan memanfaatkan sebaik mungkin yang amat teramat baik hingga sebagian besar keranjang dipenuhi cemilannya. Lagipula adiknya kaya, mengeluarkan uang yang tidak sampai setengah juta pasti hal kecil baginya.
Asyik memilih, tiba-tiba HP Ghendis berbunyi. Ghendis mengambilnya dan sedikit menyipitkan mata melihat pesan dari Chitra yang sangat amat teramat jarang. Ghendis membukanya dengan enggan, membacanya perlahan dan membelalakkan matanya.
GILA??!!
Chitra memintanya untuk membelikan dia kondom? Apa dia gila? Dia yang berbuat kenapa dirinya yang harus membeli persediaan tempur itu? Apalagi ini supermarket dekat rumah, jika ada yang melihatnya membeli itu apa kata tetangga? Bisa-bisa Mamanya akan membunuhnya di tempat!
Mengabaikan pesan adiknya, Chitra hendak berjalan menuju kasir namun Hpnya kembali berbunyi dan pesan adiknya masuk kembali memohon untuk dibelikan alat tempur itu dan berjanji sepulang kerja ia akan membelikan steak di salah satu restoran terkenal yang sedang hits.
Terbuai rayuan akhirnya Ghendis mengiyakan. Dengan cepat gadis itu mengambil sekotak kondom dengan sembarang dan berlari menuju kasir ketika sepi. Tidak ada reaksi aneh dari kasir melihatnya membeli sarung itu, mungkin karena penampilannya yang terlihat tua kah? Dikirnya ia sudah menikah?
Terserahlah, Ghendis tidak peduli! Ia hanya ingin cepat-cepat ke rumahnya dan kembali membuat sketsa komiknya.
Setelah transaksi pembayaran, Ghendis berjalan menuju rumahnya sambil memakan es krim dengan langkah ringan sambil sesekali berhenti jika sekiranya ada pemandangan yang menarik untuk referensi gambarnya.
Ia berencana mengikuti kompetisi webtoon yang diadakan setahun sekali di platform green. Platform baca nomor satu yang digemari banyak orang. Jika terpilih, karyanya akan dikontrak bahkan diadaptasi sebagai film maupun game, mendapatkan uang tunai ratusan juta dan hadiah menggiurkan lainnya.
Lupakan mengenai hadiah meskipun itu menggiurkan namun Ghendis cukup tahu diri. Karya ia saja sudah ditolak berkali-kali bagaimana ia bisa mengharapkan untuk menjadi yang terpilih?
Yang membuatnya ingin mengikuti yaitu setiap chapter akan direview langsung oleh pembaca dan itu membuat Ghendis bersemangat.
Ghendis melirik sebuah mobil range rover berwarna biru yang terparkir di depan rumahnya. Apakah ada tamu yang datang ke rumahnya atau tetangga yang numpang parkir? Semoga saja itu mobil tetangga, jika itu mobil saudaranya, di jamin Ghendis pasti akan ditahan Mamanya untuk menemani berbicang hal yang tidak jauh dari bergosip atau membanggakan Chitra dan sepupu lain yang sudah sukses. Membicarakan dirinya? Hah! Yang ada mereka akan menceramahi terus hingga kepalanya pening.
Langkah Ghendis semakin dekat dan tiba-tiba pintu mobil terbuka. Seorang pria tegap dengan kepala pelontos berpakaian sangat rapi berjalan ke arahnya yang berhenti penasaran.
"Nona Ghendis, selamat pagi."
Ghendis mengerutkan kening mencoba mengingat siapa pria yang berdiri di depannya. Tetapi ia yakin jika ia baru mengenal pria itu. "Siapa?"
"Saya Radityo, Asisten dari Pak Hiro."
Ghendis menelengkan kepalanya menatap tidak mengerti. Siapa pula Hiro itu?
"Nona, jika anda tidak keberatan, apakah bisa ikut dengan saya?"
Ghendis memasang wajah waspada. "Siapa kamu? Jika kamu mau menculik saya, itu tidak ada gunanya karena saya miskin dan kamu tidak akan mendapatkan jaminan apapun untuk saya."
Tyo maju selangkah dan Ghendis mengayunkan tendangannya ke arahnya, bersyukur Tyo memiliki gerakan refleks sehingga ia bisa menghindar. "Nona! Tolong..."
"Kamu mau menculik saya? Siapa bos kamu?" tanya Ghendis galak.
Tyo menyeka keringat yang mengucur di pelipisnya. Lelaki itu cepat-cepa mengambil Hpnya, menekan sesuatu lalu menunjukkan kepada Ghendis. "Apa Nona kenal dengan tuan muda kami?" tanya Tyo gemetar.
Ghendis menatap foto di layar HP Tyo dan terkesiap. "Ini... sebentar rasanya saya pernah lihat."
Tyo melongo, benarkah gadis di depan ini lupa dengan wajah imut tuan kecil? Bagaimana bisa? Tuan mudanya adalah anak lelaki yang selalu memberi kesan mendalam oleh siapapun yang bertemu denganna. Tetapi dengan gadis di dengan mudah melupakannya.
Apakah ia tidak tahu jika hidup tuannya sedikit terganggu karena gadis ini yang mempengaruhi tuan muda?
"Ah! Ini yang di acara nikahan itu ya?" tanya Ghendis mulai mengingat anak laki-laki gembul itu. "Terus kamu siapa? Omnya?"
"Saya asisten Tuan Hiro, Ayah tuan muda. Nona Ghendis jika tidak keberatan bisa ikut saya? Tuan muda mogok makan karena ingin bertemu Nona Ghendis."
Ghendis mengangkat sebelah alisnya. "Karena saya?"
Tyo mulai menatap tidak sabar. "Nona Ghendis, saya berjanji ini tidak akan lama dan saya akan mengantar anda kembali pulang dengan selamat."
Ghendis menatap Tyo sebentar dan mengangguk setuju membuat Tyo menghela nafas lega. Ia memimpin Ghendis untuk masuk ke dalam mobil.
Satu jam kemudian mobil masuk ke dalam perumahan elit dengan sistem one get dan hanya bisa di akses oleh penghuni, terlihat dari Tyo yang mengeluarkan kartu untuk membuka palang pintu. Ghendis terpesona dengan bangunan rumah bernuansa eropa di sepanjang jalan bahkan matanya berbinar menatap kolam renang di dalam perumahan.
Astaga ia baru tahu ada perumahan seelit ini di kotanya! Saking elitnya ia tidak melihat ada warung atau pedagang asongan di sekitar mereka. Memang bagus sih tapi tetap saja sangat sepi. Jika di rumahnya ada kolam dan arena bermain seperti ini, pasti keponakannya setiap hari akan main anteng.
Mobil sempat terhenti di depan gerbang besar nan kokoh. Dua pria kekar dari pos menyambut dan Tyo membuka pintu jendela membuat dua pria itu membungkuk hormat lalu pintu gerbang terbuka otomatis. Mesin mobil kembali menyala dan masuk ke dalam rumah, ternyata jarak antara gerbang ke dalam masih berlanjut sekitar 10 menit hingga mobil berhenti di sebuah rumah.
Ghendis menurunkan jendela untuk melihat lebih jelas, mulutnya menganga lebar dan matanya membelalak lebar. "Apa-apaan ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mrs 30
ChickLitGhendis, gadis berusia 30 tahun seorang pengangguran dan jomblo sejati. karena kondisinya ia selalu dikucilkan keluarganya dan juga diejek oleh teman-temannya yang sudah sukses di usia 30. pertemuan pertamanya dengan seorang CEO duda merubah hidupn...