22

193 27 9
                                    

Jaehan menatap wajah pria yang berteman dengan mimpinya tersebut saat setelah sampai di kamar, ia menepikan rambut Yechan yang menutupi matanya, Jaehan juga mengelus noda merah di leher Yechan lalu pergi menuju kamar lainnya.

Jaehan menutup matanya dengan lengan agar bisa tertidur namun sia-sia,  mengingat Yechan yang ia temukan dengan keadaan seperti itu membuat airmata nya mengalir, ternyata dengan mata baru ini ia lebih banyak menangis dari pada melihat hal-hal yang membuat bahagia.

Pria itu akhirnya tertidur dengan mata sembab karena ia baru berhenti menangis saat tertidur. Pagi ini Jaehan sudah bangun lebih dahulu ia memanaskan roti di panggangan, Jaehan tidak ada jadwal kuliah hari ini ia sekarang hanya menunggu jadwal untuk di wisuda, namun Jaehan akan pergi bekerja di perusahaan Hyuk.

Saat sibuk menuangkan susu ke dalam gelasnya tiba-tiba saja sebuah tangan melingkar di pinggangnya, ia tidak terkejut karena hal ini sangat sering di lakukan oleh Yechan kepadanya namun Jaehan melepaskan tangan pria itu.

"Mwoyaa" rengek Yechan kembali memeluk Jaehan dari belakang, ia tahu pasti jika sekarang Jaehan marah kepada.

"Duduk lah kita sarapan" ucap Jaehan dingin.

"Mianhe" Yechan membulatkan matanya memohon kepada Jaehan namun tak di hiraukan pria itu.

"Jaehan ah mianhe" ucapnya sambil berlutut memegang tangan Jaehan yang duduk di kursi meja makan.

"Yechan ah, sepertinya aku tidak sanggup lagi jadi kita hentikan semua ini" ucapnya.

"Aniyoo" Yechan sedikit meninggikan suaranya.

"Aa. .mian maksud ku, aku tidak akan melepaskan dirimu, aku mengerti kau marah tapi bagaimana pun aku hanya menyukaimu, mereka yang ada di bar tidak pernah mendapatkan cintaku seperti dirimu, aku melakukan semua hal dengan mu tapi tidak dengan mereka" jelasnya yang pasti selalu mencoba meluluh kan Jaehan lagi.

"Ya! Bagiku orang yang aku cintai hanya melakukan hal yang seperti itu hanya dengan ku bukan bersama orang lain" ucap Jaehan.

"Baiklah, aku berjanji kali ini tidak kau tidak akan menemukan ku seperti itu lagi, aku berjanji"

"Bagiku kau satu-satunya, mereka tidak sebanding dengan dirimu" ucap Yechan yang membuat Jaehan luluh untuk kesekian kalinya.

Yechan mengantar Jaehan ke perusahaan sebelum ia pergi ke rumah sakit, sampai nya didepan perusahaan Yechan mencium bibir Jaehan sebelum pria itu keluar dari mobil.

"Aku akan menjemput mu nanti"  Yechan mengacak rambut Jaehan.

Jaehan langsung menemui trainee yang akan berlatih vokal dan musik dengan nya, setelah selesai ia beristirahat di taman perusahaan sebelum jam nya melatih lagi. Jaehan meneguk kaleng minuman nya sambil menatap rerumputan.

"Sedang istirahat? Bolehkah aku bergabung" suara Hyuk membuat Jaehan menoleh.

"Nee" angguk Jaehan.

"Wae?" Celetuk Hyuk melihat Jaehan kembali menunduk.

"Mwo?"

"Apa yang membuat mu bertahan dengan bajingan itu" ujar Hyuk.

"Oo. . .

"Tidak perlu menyembunyikan perasaan mu aku tau kalian memiliki hubungan"

"Aku yakin kau bisa mendapatkan yang lebih baik" timpal Hyuk.

Jaehan terdiam sebentar lalu ia mengadahkan kepalanya melihat langit, Jaehan menjelaskan jika dirinya tidak memiliki keluarga selain ibu yang sangat sibuk, ia tidak memiliki seorang teman karena tidak bisa bersosialisasi, ia belum pernah di perhatikan, ia tidak pernah di cintai seseorang dan ia merasakan semua itu saat bersama dengan Yechan.

"Aku hanya memiliki dia, sangat sulit bagiku untuk memulai hal baru dengan seseorang karena itu aku harap dia bisa mencintai ku seperti yang aku lakukan"

"Baiklah, tapi ingat kau tak sendirian, jika sudah menyerah dengan nya aku masih bisa menjadi teman mu" senyum Hyuk.

Jaehan kembali melatih vokal anak trainee hingga sore,  saat keluar dari perusahaan Yechan sudah terlihat menunggu nya di dekat mobil, Jaehan menghampiri pria tersebut.

"Jaehanie" senyum Yechan memberikan satu buket bunga.

"Mwoya?" Jaehan menatap bunga tersebut.

"Aku tidak sengaja melewati toko bunga ini lalu teringat dirimu" jawabnya.

"Gomawo" senyum Jaehan.

Mereka memutuskan untuk makan malam bersama di luar, Yechan memanggang daging dengan cekatan, ia memberikan Jaehan daging yang sudah matang dan menaruhnya di atas mangkuk milik Jaehan.

Setelah perut mereka kenyang, Yechan mengajak Jaehan untuk menghirup udara segar di sebuah taman, mereka juga makan ice cream disana.

"Suhunya sudah semakin dingin" ucap Yechan.

"Nee, tapi aku masih ingin disini"

"Kajja, kau akan terkena flu nanti" Yechan menggengam tangan Jaehan.

"Sebentar lagi" Jaehan menahan Yechan yang akan membawanya pergi.

Setelah puas melihat pemandangan Jaehan akhirnya mau di ajak untuk pulang oleh Yechan, sampainya dirumah perkataan Yechan tadi menjadi nyata, pria bernama Jaehan tersebut mulai bersin bersin ia sepertinya sudah mulai terkena flu.

"Gwenchana?" Yechan mendekati Jaehan.

"Ya! Bukan kah sudah aku katakan kau akan terkena flu" timpal Yechan memegang wajah Jaehan yang terasa mulai panas.

"Kepala ku sedikit pusing" keluhnya.

"Istirahat lah, aku akan ambilkan obat flu" Yechan menyelimuti Jaehan yang berbaring di kasur lalu mengambil obat flu dan sebuah kompres.

Jaehan meneguk obat penurun panas yang di berikan Yechan tersebut lalu kembali menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, Yechan menempelkan sebuah kompres di kening Jaehan. Melihat Jaehan memejamkan mata nya Yechan beranjak ia tak ingin mengganggu pria itu namun tangannya di tahan oleh Jaehan.

"Kau belum tidur?" Ujar Yechan.

"Bisakah jangan pergi malam ini?" Jaehan memohon.

"Aku tidak akan kemana mana, setelah mengganti pakaian aku akan tidur di samping mu" Yechan mengelus pipi Jaehan.

Seperti yang ia katakan, Yechan kembali setelah mengganti piyama nya, ia menaiki kasur di samping Jaehan yang sepertinya sudah mulai tertidur. Yechan mencium kening pria itu lalu membawa kepelukannya.

Next=>

Meet Me in The AfterGlowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang