40

158 18 3
                                    

Yechan akhirnya menarik tangan Jaehan untuk keluar dari tempat itu, ia sudah tidak tahan dengan keras kepala Jaehan yang tidak mau pergi. Jaehan mengikuti Yechan dengan sempoyongan, hingga ia menarik tangannya untuk lepas dari genggaman Yechan.

"Ya! Sakit" teriak Jaehan.

"Jaehan ah, kau terlalu keras kepala" ucap Yechan.

Namun pria itu tidak menjawabnya dan tumbang, Yechan menangkap tubuh itu dan mengangkatnya menuju mobil.

Jaehan tidak sadarkan diri hingga sampai di depan rumahnya, namun saat Yechan membuka pintu untuk mengangkat nya masuk, Jaehan kembali membuka matanya dan menolak untuk di bantu oleh Yechan.

"Aku bisa sendiri" ucapnya yang tidak bisa berdiri dengan tegak saat akan membuka kunci pintu nya.

"Ya shibal" gerutu nya yang selalu salah menekan pin.

"Biar aku bantu" ucap Yechan memegang tangan Jaehan.

"Ya, orang asing jangan memberitahu siapapun kunci rumah ku" ucapnya menunjuk Yechan meskipun tidak sadar dengan apa yang ia katakan.

"Nee, jadi apa pin nya?" Yechan terkekeh melihat wajah Jaehan yang sudah sangat mabuk.

"Oo. .ulang tahun Yechan" jawabnya.

Yechan diam lalu tersenyum, bagaimana bisa Jaehan mengganti pin rumahnya hanya dengan tanggal kelahiran nya.

"Oo kau tau ulang tahun Yechan?" Jaehan menoleh saat pintu di buka.

"Tapi kau mirip dengan orang itu" senyumnya.

"Benarkah? Apa aku setampan dia?" Ucap Yechan membantu Jaehan masuk ke dalam rumah.

"Oo ani, dia lebih tampan" jawab nya lalu kembali tumbang ke tubuh Yechan.

Yechan kembali mengangkat Jaehan dengan enteng nya menaiki anak tangga menuju kamar Jaehan, pria itu kembali tidak sadarkan diri dengan wajah merah karena pengaruh alkohol.

Setelah meletakkan tubuh Jaehan di kasur, Yechan membantunya membuka sepatu dan kaos kaki yang ia kenakan lalu menyelimuti pria itu.

"Apa dia memang sekurus ini?"

Yechan menatap Jaehan yang terlihat kurus baginya sekarang, ia mengelus wajah yang sedang berteman dengan mimpi tersebut hingga bibir bawah Jaehan.

Pria bernama Yechan itu hampir saja akan mencium Jaehan namun otak kecilnya berhasil menghentikan perbuatan tersebut. Saat akan meninggalkan kamar itu, fokus Yechan teralihkan oleh nampan berisikan beberapa botol kecil berisikan obat, ia melihat obat tersebut merupakan dari psikiater.

Sekarang Yechan tau jika Jaehan kembali tergantung dengan obat, karena selama bersamanya Jaehan tidak lagi minum obat tersebut.

"Yechan ah, bogosipheo" cacau Jaehan yang masih belum sadar.

Yechan mendengar hal tersebut kembali mendekati nya, ia menggengam tangan Jaehan sambil menepikan poni yang menutupi mata Jaehan.

"Aku juga merindukan mu" ucap Yechan.

Jaehan bangun ia melihat sekeliling dan sadar jika berada di kamar, ia berusaha mengingat apa yang terjadi namun kepalanya terasa sangat pusing.

Saat mencoba untuk meninggalkan tempat tidur ia melihat sebuah botol di atas meja kamar dan selembar kecil note yang bertuliskan "Minumlah, ini akan meredakan mabukmu".

Jaehan bertulang kali membaca note tersebut sambil bertanya-tanya siapa yang mengantarkan dirinya pulang hingga masuk ke kamar.

Setelah meneguk obat pengar tersebut, Jaehan membersihkan dirinya dan saat air sudah membasahi tubuh, ingatan tentang tadi malam mulai muncul di pikiran nya, ia mulai mengingat jika ia melihat sosok yang mirip dengan Yechan datang saat ia minum.

"Ani, ini tidak mungkin, dia tidak akan bisa masuk ke rumah ini" gumam nya.

"Tapi kenapa wajah pria itu berputar dalam ingatan ku" Jaehan menggelengkan kepalanya.

"Tidak Jaehan ah, kau pulang bersama sopir dan masuk kedalam rumah sendirian" angguknya meyakinkan diri.

Namun Jaehan tidak bisa lagi mengelak saat ia memastikan semuanya dengan melihat CCTV rumah, di sana terlihat jelas jika ia malam tadi bersama dengan Yechan.

Jaehan memukul-mukul kepalanya bagaimana bisa ia pulang bersama pria itu, bahkan ia juga bertingkah bodoh di hadapan Yechan. Setelah mengganti pakaian, Jaehan mengambil kunci mobil lalu pergi untuk bekerja.

Selesai dengan kelas nya, Jaehan memilih duduk di depan sebuah piano besar yang berada di sudut lobby, sudah lama ia tidak mencoba memainkan piano lagi karena sibuk melatih vokal anak-anak trainee.

Di dalam lagu tersebut Yechan tak pernah hilang dari ingatan nya, aroma tubuh pria itu masih saja tertinggal di sana. Saat fokus dengan piano nya di belakang Jaehan ada Hyuk yang dari tadi mendengarkan permainan nya.

"Mwoya, tadi itu indah sekali" ucap Hyuk mendekati Jaehan yang selesai memainkan piano nya.

"Oo Hyuk ah, sejak kapan kau ada disana"

"Sejak lagu pertama di mulai" senyum Hyuk.

"Jaehan ah, mau minum kopi kebetulan aku akan membelinya" tawar Hyuk.

"Nee" angguk Jaehan mengikuti jalan Hyuk.

Mereka duduk di sebuah cafe menunggu sambil meneguk minuman yang mereka pesan, di luar tampak hujan turun sedikit deras.

"Jaehan ah, kalau boleh aku ikut campur sedikit tentang kalian aku ingin mengatakan jika Yechan tidak sepenuhnya salah tentang kejadian itu" ujar Hyuk membuat Jaehan menatapnya.

"Kau juga tau bukan kebiasaan buruk nya saat mabuk, pria bodoh itu tidak akan sadar dengan apa yang ia lakukan dan Hangyeom mengambil kesempatan itu" timpalnya.

"Dia sangat menyukaimu aku tau itu, Yechan belum pernah terlihat begitu peduli dengan seseorang selain dengan dirimu" Hyuk mengatakan hal tersebut karena sudah tidak tahan melihat Jaehan terus menerus murung meskipun hati nya akan sakit jika melihat kedua orang itu bersama lagi.

"Kenapa tiba-tiba kau membicarakan ini dengan ku?" Tanya Jaehan.

"Karena aku menyukaimu, aku tidak tahan melihatmu terus menerus murung seperti ini, dan lagi pula yang aku katakan semua adalah kenyataan nya"

Jaehan hanya terdiam mendengar hal tersebut, ia tidak tau harus menjawab apa, mereka akhirnya berpisah ketika hujan sudah reda.

Next=>

Meet Me in The AfterGlowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang