Jaehan hampir mengeluarkan seluruh baju dari lemari, tidak satupun pakaian tersebut terasa cocok bagi nya untuk bertemu kedua orang tua Yechan.
"Mwoya? Kenapa berantakan sekali" Yechan yang baru saja masuk tercengang melihat begitu banyak pakaian yang menumpuk.
"Aniii, aku tidak tau harus memakai apa" rengek Jaehan.
Yechan tertawa melihat ekspresi wajah Jaehan yang terlihat sangat menggemaskan, ia mendekati pria tersebut dan memandangngi satu persatu pakaian tersebut.
"Jangan khawatir kau terlihat tampan mengenakan apa pun" senyum Yechan mengambil sebuah kemeja bewarna biru cerah dan mendekatkan nya ke tubuh Jaehan.
Setelah drama memilih baju selesai, mereka berangkat menuju rumah tuan Shin untuk makan malam seperti yang di janjikan.
Jaehan terlihat sangat gugup ia beberapa kali menggigit bibir bawahnya dan meremas-remas jari nya sendiri.
"Kau gugup, tenang lah kau bersama ku" ucap Yechan yang fokus menyetir namun masih bisa menggengam tangan Jaehan yang tidak berhenti bergerak dari tadi.
"Harus kah kita kembali, aku benar-benar belum siap" Jaehan menoleh ke arah Yechan.
"Tidak mungkin, kita sudah hampir sampai mereka sudah pasti sedang menunggu" senyum Yechan.
Sekarang mereka berada di depan sebuah pagar besar kediaman Tuan Shin yang juga tempat tinggal Yechan sejak kecil.
Rumah yang terbilang sangat besar menambah perasaan gugup Jaehan, ia takut jika keluarga Yechan tidak menyukainya atau ia akan membuat masalah nantinya.
Yechan mematikan mesin mobilnya setelah memarkirkan mobil tersebut, namun saat menoleh ke arah kekasihnya ia melihat wajah tersebut sangat khawatir, Yechan mengurungkan niat nya yang akan membuka pintu mobil.
"Kau masih gugup?" Senyum Yechan menggengam tangan Jaehan.
"Aku takut sekali" jawab nya.
"Percayalah mereka akan sangat menyukaimu" Yechan mencoba meyakinkan Jaehan meskipun ia juga baru pertama kali mengenalkan seseorang kepada keluarganya.
Yechan mengelus wajah kekasihnya itu dari pipi hingga bibir bawah Jaehan yang masih saja ia gigit, pria itu mendekatkan wajahnya dan mencium lembut bibir tersebut agar pemiliknya berhenti menggigitinya.
"Bibir mu akan terluka jika kau terus saja menggigitnya" bisik Yechan setelah melepaskan ciuman nya.
Mereka keluar dari mobil setelah Yechan meyakinkan Jaehan, mereka di sambut oleh beberapa penjaga dan pegawai rumah Tuan Shin.
Kedua orang itu langsung di sambut oleh Tuan Shin dan Nyonya Shin di ruang tamu tersebut, senyuman hangat dari kedua orang tua Yechan membuat perasaan gugup Jaehan mulai sedikit memudar.
Ia tak menyangka jika ayah dan ibu Yechan akan menyambut nya dengan begitu baik tidak seperti ibu nya yang sering menganggap nya tidak ada.
"Annyeonghaseyo, perkenalkan nama saya Kim Jaehan tuan dan nyonya" Jaehan memberi salam meskipun jantung nya berdebar sangat kencang.
"Annyeonghaseyo, aku ibu Yechan dan ini ayah nya" senyum nyonya Shin.
"Jangan memanggil kami seperti itu, jika Yechan sangat menyukaimu kau harus memanggil kami dengan appa dan juga eomma" ucap Tuan Shin
"Nee appa" meskipun masih terasa canggung Jaehan mencoba mengikuti permintaan kedua orang tua Yechan.
Mereka mulai menyantap makanan yang sudah di hidangkan, Jaehan merasa sangat senang ia bahkan sudah lupa kapan terakhir ia merasakan sebuah keluarga, tidak hanya itu ia bahkan tidak pernah satu meja dengan ibunya.
"Jaehanie, jika suatu saat kau kesulitan karena Yechan beritahu aku, eomma akan memberikan nya hukuman"
"Eomma, eomma baru saja mengenalnya dan sekarang eomma sudah mencampakkan ku?" Protes Yechan.
"Ya! Jangan sampai kau menyakiti nya, atau kau benar-benar aku campakkan" ucap Tuan Shin menunjuk wajah Yechan dengan sumpitnya.
Jaehan hanya tertawa melihat tingkah laku keluarga ini, beberapa kali Nyonya Shin meletakkan lauk di atas piring Jaehan membuat Jaehan berulang kali mengucap syukur di pertemukan dengan keluarga ini.
Setelah berbincang sesudah makan, Yechan dan Jaehan pamit untuk pulang, mula nya Tuan Shin dan Nyonya Shin tidak mengizinkan Jaehan untuk pergi mereka ingin Jaehan tinggal lebih lama namun pria itu berhasil membujuk mereka untuk mengizinkan nya pulang.
"Anakku, ini aku memiliki sesuatu untukmu" ibu Yechan memberikan sebuah kotak kepada Jaehan.
"Aniyo eomma, aku tidak bisa menerima nya" tolak Jaehan.
"Wae? Aku akan sangat sedih jika kau menolaknya"
"Tapi eomma. .
"Kau harus menerima pemberian dari ibu mu" senyum Nyonya Shin mengeluarkan sebuah jam tangan dari kotak tersebut dan memasangkan nya di pergelangan tangan Jaehan yang kebetulan kosong.
"Terlihat sangat cocok sekali, aku tidak tau seperti apa kesukaan mu, tapi aku harap kau menyukainya" ibu Yechan menggengam tangan Jaehan.
"Terimakasih banyak eomma" senyum Jaehan yang sangat senang.
Kedua pria itu memasuki mobil setelah berpamitan, Jaehan tak henti-hentinya menatap jam tangan pemberian ibu Yechan tersebut.
"Kau terlihat sangat senang" celetuk Yechan.
"Tentu saja" senyum Jaehan.
"Jika begitu sangat menyukai jam tangan, kau harus nya bilang saja dengan ku, aku akan memberikan nya untuk mu"
"Ani, ini berbeda karena di belikan oleh ibu ku"
"Ya! Itu ibuku" protes Yechan.
"Mwoyaa, aku tau" cemberut Jaehan.
"Aniyo, tentu saja dia juga ibu mu, bukan kah eomma lebih menyukai mu dari pada aku anak nya" senyum Yechan.
Mereka sampai di rumah dan membersihkan diri masing-masing sebelum beristirahat, sebelumnya ibu Yechan juga sempat menghubungi Jaehan memastikan mereka sudah sampai dengan selamat.
Jaehan sangat lega karena semua yang ia takut kan tidak terjadi, kedua orang tua Yechan menerimanya dengan sangat baik, ia juga sangat senang karena seperti memiliki orang tua yang utuh kembali.
Next=>
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Me in The AfterGlow
FanfictionYechan seorang Dokter Mata yang kini sedang mencari cara untuk mendapatkan kembali fasilitas dari orang tuanya karena tidak mau bekerja di rumah sakit. Jaehan seorang Mahasiswa seni tingkat akhir mengalami kebutaan setelah kecelakaan. Pertemuan mere...