24

182 16 4
                                    


Pagi ini Jaehan sudah kembali bekerja begitu juga Yechan, hari ini Yechan mengatakan bahwa ia akan sedikit terlambat untuk menjemput dan Jaehan memilih untuk duduk di sebuah cafe kopi sebelum pria itu datang.

"Annyeonghaseyo" sebuah suara membuat Jaehan menoleh.

"Anyeong, nugu?"

"Song Hangyeom, mungkin kau lupa kita pernah bertemu di bar malam itu".

Jaehan mencoba kembali mengingat dan ia sekarang tau jika pria ini yang membuat Yechan begitu marah waktu itu.

"Kau sendirian?" Tanya Hangyeom.

"Nee" angguknya.

Yechan yang tadinya di kabari oleh Jaehan sudah berada di depan cafe ia melihat mobil yang tidak asing baginya karena di malam yang sangat ia sesali tersebut Yechan menaiki mobil itu. Yechan bergegas masuk kedalam cafe itu karena Jaehan berada di dalamnya.

"Oo Yechan-ie" senyum Hangyeom.

"Shibal. ." Gumamnya mendekati Jaehan.

"Kajja" Yechan menarik tangan Jaehan.

"Ya! Sakit" keluh Jaehan karena tangannya menggengam keras pergelangan tangan Jaehan.

"Kau menyakiti nya" ujar Hangyeom membuat Yechan membalikkan badannya melepaskan tangan Jaehan lalu mencengkram leher baju Hangyeom.

"Ya! Kuperingat kan kau, jangan pernah mendekatinya" ucap Yechan dingin.

"Mwoya, kami hanya mengobrol bukan kah begitu Jaehan ah" senyum Hangyeom ke arah Jaehan.

"Sudah lah kita pulang saja" Jaehan memegang tangan Yechan dan pria itu akhirnya melunak lalu melepaskan baju Hangyeom.

Yechan mengemudikan mobilnya tanpa sepatah kata pun hingga sampai di rumah ia terlihat sangat kesal, Jaehan pun ikut diam dia hanya memegang pergelangan tangannya yang memerah karena cengkraman Yechan.

"Bukan kah sudah ku bilang untuk menjauhi nya" ucap Yechan sedikit menaikkan nada suaranya menoleh ke arah Jaehan yang mengikutinya dari belakang saat memasuki rumah.

"Tapi aku tidak tau jika dia ada disana" jawab Jaehan menunduk.

Yechan melihat wajah polos yang tidak mengetahui apa permasalahan di antara ia dan Hangyeom tersebut menjadi merasa iba karena telah membentak nya.

"Mianhe" Yechan memegang tangan Jaehan yang sakit karena ulah nya.

"Duduk lah aku akan mengambil air es untuk mengompres tangan mu" senyum Yechan lalu beranjak menuju lemari pendingin.

Yechan duduk di depan Jaehan dan meletakkan kain untuk mengurangi merah di pergelangan tangan Jaehan. Ia tidak sadar tadinya jika sudah menyakiti pria yang bertubuh kecil darinya tersebut.

"Bajingan itu mengatakan sesuatu dengan mu?"

"Ani, dia belum sempat berbicara dan kau sudah datang"

"Dia lebih berbahaya dari pada Hyuk jadi kau harus berhati-hati, hubungi aku segera jika dia melakukan sesuatu" ucap Yechan lalu meniup pergelangan tangan Jaehan. Pria itu hanya mengangguk tanda ia mengerti dengan perkataan Yechan.

Hari-hari berlalu seperti biasanya Jaehan melihat Yechan perlahan berubah, meskipun pria itu masih dengan kebiasaan mabuk nya namun ia tidak pernah lagi terlihat dengan wanita mana pun, ia juga lebih memperhatikan Jaehan lebih dari pada sebelumnya membuat pria itu merasa jika Yechan benar-benar sudah mulai mencintainya.

Dan memang benar perasaan yang Yechan pertanyakan di lubuk hati nya memang sudah jelas itu untuk pria yang kini bersamanya, ia sekarang mencoba meninggalkan kebiasaan buruk yang sering ia lakukan setiap malam meskipun belum sepenuhnya.

Namun beberapa kali Hangyeom terlihat mendekati Jaehan membuat Yechan sangat terganggu terlebih jika seperti ini memang keinginan Hangyeom, ia selalu ingin mengusik ketenangan Yechan yang sering kali menolaknya.

Malam ini seperti biasa Yechan sudah duduk di depan meja bartender meneguk minumannya, ia sudah mulai merasakan mabuk namun saat akan meminta Jaehyun untuk memanggil kan nya seorang supir karena Jaehan tadi terlihat sangat lelah setelah bekerja, seorang pria duduk disampingnya.

"Aisshh shibal" ucap Yechan dengan tatapan dingin namun wajahnya sudah merah dengan kepala sangat sulit untuk di tegakkan

"Mau bertaruh dengan ku?"

"Ya! Bahkan di dalam mimpi mu pun tidak" tolaknya mentah mentah.

"Aku tidak akan mengganggu mu lagi jika kau menang" ucap Hangyeom menahan Yechan yang beranjak dari kursinya.

Yechan terdiam sebentar, ini kesempatan bagus untuk nya agar bajingan ini tidak lagi mengganggu dirinya maupun Jaehan. Ia menoleh melihat pria tersebut meskipun ia tidak bisa melihat dengan jelas.

"Lalu apa yang kau inginkan"

"Jaehan" jawabnya singkat padat dengan tatapan tajam kepada Yechan.

"Ya! Saekki" Yechan mulai mengepalkan tangannya.

"Mwoya? Kau sudah yakin akan kalah lagi" tawa Hangyeom.

Yechan yang sudah di bawah pengaruh alkohol mulai tidak sadar dengan apa yang terjadi, ia menyetujui perjanjian tersebut, Jaehyun sudah mencoba untuk berbicara dengan nya namun pria itu tidak mau mendengarkan, ia menandatangani taruhan tersebut tanpa sadar jika yang ia pertaruhkan adalah Jaehan.

Hangyeom tersenyum licik sepertinya rencananya mulai berjalan mulus, ia tau jika Yechan tidak akan sadar dengan apa yang ia lakukan saat seperti ini, pria itu hanya akan mementingkan keegoisannya jika dalam keadaan mabuk.

Yechan bangun dengan kepala yang sangat pusing, ia melihat jika sekarang sudah berada di kamar Jaehan, dengan pria itu tidur membelakanginya. Yechan mencoba memeriksa ponsel, hari ini adalah hari liburnya karena itu ia tidak memasang alarm.

Ada beberapa pesan dari Jaehyun memintanya bertemu di Showroom dan beberapa pemberitahuan lainnya yang ia rasa tidak penting. Yechan meletakkan ponsel nya kembali lalu mencium pipi pria yang masih berteman dengan mimpinya tanpa ia ketahui janji apa yang sudah ia buat.

Next=>

Meet Me in The AfterGlowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang