"Rencana lo hari ini mau ngapain aja, Kak?" tanya Aksa ketika mobil yang aku tumpangi sedang melaju menuju villa di daerah Canggu yang telah Aksa pesan. Sesampainya di bandara tadi, aku langsung menghubungi nomor yang Aksa berikan—katanya, dari pihak villa akan menjemputku di bandara sebagai salah satu service yang diberikan untuk pengunjung.
"Masih belum tahu, Bang," sahutku seraya memperhatikan jalanan yang terlihat lebih menarik di mataku. Mungkin ini karena efek sudah lama tidak berlibur sehingga hal-hal seperti melihat jalanan, bangunan atau kafe yang terlewati, atau desain tata kota membuatku kerap terpukau. "Mungkin setelah check in mau cari makan siang di luar. Habis itu mungkin ke pantai? Beach club, maybe, sambil nunggu sunset?"
"Acting like a tourist banget, ya?" ledek Aksa, mengundang tawaku.
"Sudah lama banget gue nggak liburan jadi nggak ada salahnya kalau itinerary gue beneran kayak turis-turis," tuturku ketika mobil sudah berhenti di depan sebuah bangunan rumah 2 lantai berpagar hitam. "Bang, sudahan dulu, ya. Ini sudah sampai di villa. I'll call you later."
"Oke. Have fun, Kak!"
Dengan bantuan driver yang mengambil alih koper yang berada di bagasi, aku memasuki villa. Di halaman depan ada taman kecil yang ditumbuhi oleh pohon rindang dan beberapa pot bunga. Private villa dengan dua lantai, tiga kamar tidur, dan private pool di halaman belakang telah Aksa pesan dari dua minggu yang lalu untuk liburan ini.
Setelah serah terima kunci dilakukan dan koper ditaruh di halaman villa, driver itu melangkah pergi sementara aku masih berdiam diri, menghirup udara segar yang jauh dari polusi ibu kota, dan tersenyum membayangkan tiga hari yang akan kuhabiskan sendiri sebelum Mama, Aksa, dan Jojo menyusul di hari Sabtu.
Aku bahkan tidak tidur semalaman karena tingginya antisipasi akan liburan ini. Sampai jam tiga pagi, aku masih berselancar di internet untuk mencari rekomendasi restoran, cafe, dan beach club. Catatan di ponselku sudah dipenuhi oleh kumpulan tempat yang ingin aku kunjungi—salah satunya restoran yang menjadi bisnis keluarga Alex. Sayangnya, bakery milik sepupu Alex yang sangat ingin kucoba itu berada di daerah Ubud dan membutuhkan waktu satu jam lebih ke sana. Mungkin nanti setelah menjelajahi Canggu dan kehabisan pilihan, baru aku akan pergi ke sana.
Aku memotret beberapa foto villa mulai dari dapur, ruang tengah, kamar tidur, kamar mandi, dan private pool kemudian mengirimkannya di grup keluarga dan Alex. Keningku berkerut begitu menyadari Alex tidak membalas pesanku sejak semalam. Aku tahu dia sedang sibuk mengecek report klien-kliennya yang akan rilis di akhir bulan ini dan kemungkinan semalam pun dia harus lembur di kantor. Namun, pagi atau siang keesokannya, Alex pasti akan selalu mengabariku.
Sambil berusaha mengusir segala kekhawatiran yang sifatnya terlalu berlebihan, aku mengirim pesan pada Alex, memintanya untuk mengabariku jika ada waktu luang. Aku menaruh koper di sudut salah satu kamar yang memiliki floor to ceiling window menghadap kolam renang di belakang. Setelah membuka tirai dan mataku dimanjakan oleh halaman belakang yang asri, aku duduk di salah satu kursi dan menggulir layar ponselku, mencari tempat mana yang akan menjadi destinasi pertamaku.
*
Matahari sudah sepenuhnya terbenam ketika aku kembali ke villa dan mendapati ada sebuah mobil terparkir di depan pagar. Memilih untuk menghiraukan mobil itu yang sebenarnya menghalangi jalan masuk, aku menunduk untuk mengecek ponsel. Tidak ada pesan sama sekali dari Alex. Teleponku pun tidak dia angkat meski aku sudah menghubunginya berkali-kali.
Aku sudah berniat ingin menghubungi Mas Fauzi, memastikan hari ini Alex masuk ke kantor dengan keadaan yang optimal. Tidak peduli dia akan meledekku habis-habisan. Tetapi, suara pintu mobil yang tertutup dengan kencang membuatku mengalihkan pandangan sesaat dari ponsel. Aku terkesiap ketika melihat siapa yang melangkah tenang mendekatiku. Dengan sebuah tas dan paper bag di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Overdue [COMPLETED]
ChickLitSelama ini sebuah janji di masa lalu telah mengikat Anye hingga sulit baginya melangkah menuju jalan yang dia inginkan. Di tengah kebimbangan dan kegamangan yang mengisi hatinya, Alex hadir menawarkan sesuatu yang telah hilang di hidupnya. Setelah...