Ch. 13: SaladStop! or Krispy Kreme?

5.1K 682 61
                                    

Hi! Work has been crazy last week, even I need to worked on weekend hence the late update. Actually this week is no different though. I had to worked 'til midnight but since I promise to myself to complete this works, I manage to keep writing in my little free time.

Enjoy your reading!

*


"File progress ini kalian update secara berkala kan? Kenapa gue melihat nggak ada perubahan ya di file ini?" Aku menggulir laman file progress working paper yang biasa digunakan timku untuk update progress dan pending pada pekerjaan mereka. Berbeda dengan timku yang dibawahi oleh Alex—yang selalu bekerja di area yang sama meskipun memiliki banyak opsi untuk duduk di area working space yang lain, timku yang satu ini jarang bekerja dalam satu tempat yang sama kecuali di jadwal fieldwork yang telah ditentukan. "Jumat ini kita mau progress meeting sama Bu Mita. Mau laporan apa kalian kalau semua working paper pending begini? Nggak jelas pula pending-nya karena apa. Ini pending di klien atau pending di kalian?"

Tidak ada sahutan apapun dari seberang panggilan. Semua orang mematikan suara sejak meeting online ini berlangsung lima menit yang lalu. Walaupun sudah menunggu beberapa detik, masih tidak ada yang bersuara.

"Ini update process dan walkthrough kenapa masih pending?" tanyaku. "Seharusnya sudah selesai pas interiman, kan?"

Hening.

Aku membuang napas, berharap hal itu dapat membuang segala energi negatif yang memenuhi diriku karena permasalahan ini. Karena masih tidak ada yang berbicara, aku memanggil nama salah satu associate yang berada di timku.

"Ini pending apa, Gung?" tanyaku, berusaha untuk bertanya tanpa nada tinggi meskipun kepalaku sudah pening membayangkan omelan yang dilayangkan Bu Mita ketika dia tahu progress kami jalan di tempat. Alias tidak ada progress sama sekali. Aku membuka email dan mengetikkan nama klienku di kolom pencarian. "Minggu lalu klien ada kirim data. Sudah dicek? Isinya listing kan?"

"Iya, Kak," sahut Agung pelan. "Sudah gue cek tapi belum sempat pick sample."

"Kenapa belum?"

"Masih gue cek soalnya."

Aku berdecak kesal. "Tadi bilangnya sudah dicek, sekarang bilangnya masih dicek. Yang bener yang mana, Gung? Do you really check the data? Or do you only say you already checked it to avoid my rage?"

Tidak ada jawaban dari Agung membuatku nyaris kehilangan kesabaran. Hal ini tidak bisa ditolerir lebih lanjut. "Gue nggak pernah menyuruh kalian untuk lembur kan? Gue selalu bilang kalau kalian punya kebebasan untuk atur jadwal kerja masing-masing selama kerjaan bisa selesai sesuai deadline." Aku memejamkan mata sambil memijat pelipisku. Sejak pertama kali diberikan tanggung jawab untuk menjadi incharge, aku selalu meminimalisir hal-hal yang dapat membuat timku tertekan dan tidak kerasan. Namun, kali ini aku tidak bisa untuk tidak angkat suara. "Apa gue terlalu kasih kalian banyak kebebasan?"

Aku kembali mendecakkan lidah ketika tidak mendengar satu pun suara dari tiga anggota timku yang lain. "Coba lihat working paper punya lo, Gung. Ini vouching sales banyak loh, Gung? Kalau lo nggak kejar buat pick sample hari ini, mau vouching kapan? Belum lagi klien harus cari datanya dulu."

"Iya, Kak. Masih gue cek listing sales-nya," sahut Agung.

"Share screen. Gue mau lihat lo ceknya gimana sampai seminggu lebih begini sample masih belum keluar," pintaku tanpa basa-basi. Aku meraih gelas kopi yang kubeli tadi pagi dan meneguknya hingga tandas sambil menunggu Agung membagikan layar laptopnya. "Sambil nunggu Agung, kalian update progress working paper kalian di file yang gue share sejelas-jelasnya."

Long Overdue [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang