Sebenernya, plan awalku tuh chapter ini mau di-posting weekend aja. Soalnya kalau dipaksa nulis hari ini semuanya, pasti nggak akan selesai. Ditambah besok harus kerja dan malamnya ada acara dinner kantor. Tapi, mendadak mau tidur kok jadi kepikiran buat lanjut nulis mulu, jadinya ya... chapter ini di-posting juga... hehe.
Happy reading!
*
This is the longest sleep I ever had since two months ago. Matahari sudah berada di atas kepala ketika aku bangun. Beberapa pesan dari Alex masuk ke ponselku. Persis seperti janjinya, dia mengabariku sepanjang hari sejak dia menunggu pesawat di bandara hingga sampai di rumah. Aku tersenyum kecil ketika membaca rentetan pesannya. Sambil menguap, aku membalas pesan itu dengan cepat.
Anye: I just woke up.
Anye: Call me if you need someone to talk to.
Aku berjalan keluar dari kamar seraya meregangkan tubuh yang terasa kaku. Tidak heran mendengar suara-suara obrolan yang samar ketika aku menuruni tangga. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Semua orang di rumah ini pasti sudah bangun, terutama Mama dan Jojo yang terkenal morning person.
"Baru bangun, Kak?"
Mataku membelalak begitu melihat teman-teman Aksa berkumpul di ruang keluarga. Wajah-wajah familiar itu menumpukan perhatian mereka padaku setelah pertanyaan sebelumnya keluar dari mulut Haris. Aku melempar senyum kikuk kepada mereka lalu melambaikan tangan. Berbeda dengan Haris yang menatapku iseng, Adam dan Kevin terlihat lebih tenang ketika membalas lambaian tanganku.
Ketika tatapan mataku bertemu dengan Aksa, mendadak kegugupan menghampiri. Memoriku secara otomatis memutar balik apa yang terjadi semalam. Berusaha menahan malu yang kembali menghampiri, aku memutar otak untuk mencari topik permbicaraan.
"Lembur semalam," jawabku. Masih berdiri di ujung tangga, aku melemparkan pertanyaan lain pada mereka. "Tumben banget ke sini? Abang juga nggak ada ngomong apa-apa kalau kalian mau datang."
"Gue sudah chat di grup keluarga semalam. Pasti lo nggak lihat chat-nya, Kak." Aksa menghela napas, paham dengan tabiatku setiap peak season—jarang mengecek ponsel dan membalas chat selain dari klien. Dia mengarahkan telunjuknya ke arah dapur. "Mama nggak masak. Beli soto mie buat sarapan karena mau check up sama Jojo. Tinggal dipanasin aja kuahnya."
Aku menganggukkan kepala, teringat dengan informasi yang Jojo berikan padaku saat kami berangkat kerja. Aku sudah mengatakan akan menemaninya pergi ke rumah sakit, tapi mungkin karena dia tahu aku jarang mendapatkan tidur yang cukup seperti hari ini, dia enggan membangunkanku.
"Lagi sibuk banget ya, Kak, di kantor? Semalam pulang dijemput Aksa nggak?" tanya Haris. Belum sempat aku menjawab, dia sudah kembali berbicara. "Kemarin Aksa nggak bisa diajak nongkrong karena harus lembur. Makanya digeser jadi hari ini. Kita nggak ganggu waktu istirahat Kakak, kan?"
Aku mengerjap. "Oh, nggak ganggu—"
"Iya, Kakak lagi sibuk banget. Akhir-akhir ini harus lembur terus sampai pagi dan semalam pulang diantar teman kantornya," sela Aksa. Dia memelototi Haris seraya melempar laki-laki itu dengan bantal sofa. "Nggak usah modus, Ris! Kakak gue itu!"
Sementara Aksa masih bersungut-sungut dan Haris mencoba membela diri, aku membungkukkan badan pada Adam dan Kevin untuk izin pergi ke dapur. Obrolan mereka masih terdengar jelas di telingaku karena ruang keluarga dan dapur yang tidak tersekat. Aku mencoba menahan tawa. Sejak mengenal mereka pertama kali saat zaman Aksa kuliah hingga hari ini, rupanya sifat mereka tidak berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Overdue [COMPLETED]
ChickLitSelama ini sebuah janji di masa lalu telah mengikat Anye hingga sulit baginya melangkah menuju jalan yang dia inginkan. Di tengah kebimbangan dan kegamangan yang mengisi hatinya, Alex hadir menawarkan sesuatu yang telah hilang di hidupnya. Setelah...