Ch. 17: Light at the end of the tunnel

5.2K 691 58
                                    

Siapa yang kangen Alex karena di chapter sebelumnya munculnya dikit banget? Di chapter ini muncul lagi nih hehe. Happy reading all!

*


"Seharusnya general ledger rent expense-nya kita scanning juga, Mas. Takutnya ada potential rent expense yang seharusnya masuk financial lease tapi nggak diakui sebagai lease. Nanti kita juga harus obtain semua agreement rental-nya buat memastikan kalau pengakuan mereka tepat. Waktu itu pas workshop sudah pernah diomongin. Kemarin waktu diskusi sama Pak Alex juga dia sempat mention ulang perihal hal ini," jelasku.

Akhir pekanku hancur berantakan ketika Mas Fauzi meneleponku untuk mengajak diskusi perihal pekerjaannya. Laptop pribadiku yang menayangkan series Gilmore Girls terbengkalai begitu saja sejak satu jam yang lalu.

"Kalau borrowing rate yang mereka pakai?" tanya Mas Fauzi.

"Harus ditanya ke kliennya mereka pakai rate apa karena setiap perusahaan beda-beda acuan rate-nya," ujarku. Aku mengetukkan jemariku di atas laptop seraya melihat lease calculation yang diberikan oleh klienku. "Seharusnya ini tinggal recalculate aja, Mas. Terus ensure kalau hasil recalculation kita sesuai dengan punya klien, klasifikasi current dan non current ROU asset-nya sudah sesuai dan angka lease liability sudah sesuai dengan TB. Oh ya, jangan lupa minta semua lease contract-nya supaya kita bisa cek lagi semuanya sudah sesuai dengan recording mereka."

Mas Fauzi mendengkus, "Ribet juga ini ternyata. Gue kira bisa cepat selesainya makanya gue kerjain hari ini. Kalau gini—" ucapannya terhenti ketika terdengar suara bayi menangis di seberang panggilan. "—kalau gini caranya, gue harus inquiry dulu sama klien dan obtain lease contract mereka baru bisa lanjut kerjain working paper-nya."

"Lanjut Senin aja, Mas," saranku. Ringisan pelan keluar dari bibirku ketika suara tangisan anak Mas Fauzi terdengar semakin lantang. "Kasihan anak lo nangis mulu daritadi. Kangen kali, mau main sama bapaknya."

"Mana bisa lanjut Senin kalau akhir bulan ini sudah jadwalnya lock angka?" gerutu Mas Fauzi sambil menenangkan anaknya. Perlahan, tangisan bayinya mereda. "Gue yakin seratus persen kalau minggu depan Mas Alex pasti sudah nagih working paper kita untuk dia review."

Kontan aku memijat pelipisku. Timeline audit yang tidak begitu ideal memang kerap kali membuat semua orang di timku menghabiskan akhir pekan dengan bekerja. Terkecuali Alex yang sedang berada di Bali, Brian, Tanya, dan Siska terlihat sedang online ketika aku membuka laptop kantor.

"Semua working paper sudah harus selesai hari Selasa, Nye? Nggak bisa mundur jadi Rabu?" tanya Mas Fauzi dengan nada memelas. "Assessment PSAK 73 belum tentu bisa selesai hari senin. Working paper CIT dan DTA juga belum kepegang sama sekali."

"Kalau diundur jadi Rabu, gue yang mati berdiri, Mas, kejar-kejaran waktu buat review semua kerjaan kalian sebelum Pak Alex review." Aku mengembuskan napas. Dilihat dari berbagai sisi, sebenarnya tidak memungkinkan jika semua working paper harus selesai minggu depan. Dokumen untuk vouching masih banyak yang belum diberikan klien dan ada pending signifikan di klien untuk akun-akun yang nominalnya cukup besar. "Kerjain dulu aja ya, Mas. Gue juga nggak bisa mundurin deadline tanpa diskusi sama Pak Alex. Tahu sendiri si Bapak strict banget kalau soal timeline."

"Paham." Mas Fauzi menyetujui singkat. "Gue usahakan ya, Nye. Untuk working paper yang lain paling lambat malam ini gue upload di portal supaya lo bisa cek dulu. Ntar gue bilangin juga ke anak-anak yang lain. Lo istirahat dulu deh. Sudah mendingan belum sakit kepalanya?"

Long Overdue [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang