Maaf ya baru sempat update lagi. Happy reading! ˚₊‧꒰ა ☆ ໒꒱ ‧₊˚
*
Seharusnya aku tahu Mama tidak akan main-main dengan ucapannya tempo hari. Mataku terpaku pada ponsel, berusaha membaca ulang apa yang tertera di layar, berharap aku salah melihat dan ini semua tidak benar terjadi. Namun, setelah terdiam satu menit sambil membaca berkali-kali pesan yang masuk, tulisan di layar ponselku tidak berubah. Mama serius ingin mengenalkan anak temannya padaku. Dan laki-laki itu-entah karena paksaan dari ibunya juga-mengirim pesan padaku. Memperkenalkan dirinya dengan sopan-terlampau sopan untuk teman sebaya-dan mengatakan bahwa dia mendapatkan nomor ponselku dari ibunya-yang didapatkan dari Mama tentu saja.
Sempat terlintas di pikiranku untuk mengabaikan pesan itu, tetapi aku teringat dengan kesepakatan Mama beberapa hari yang lalu. Hanya kenalan sebagai teman-walaupun aku tahu Mama mengharapkan lebih dari itu. Setelah menggaruk kening dan memikirkan balasan yang tepat, akhirnya aku menggerakkan ibu jariku di atas layar ponsel.
Anye: Hai, Farhan. Mamaku sudah sempat singgung tentang kamu. Nice to e-meet you too!
"Makan dulu, Nye," tegur Brian di balik kubikelnya. "Jangan sampai makan siang lo nggak habis lagi karena lo sibuk kerja."
"Lo lagi diet ya, Nye? Makanan nggak pernah habis mulu akhir-akhir ini," tuding Tanya. "Kasian Siska tuh, jadi nggak punya teman jajan lagi. Mukanya makin suntuk dari hari ke hari karena nggak ada teman berbagi jajanan manis."
"Kalau mau yang manis-manis, lihat muka gue aja, Sis," goda Brian sambil mengedipkan matanya. "Dijamin lo bakal kejang-kejang di lantai karena kemanisan."
Siska pura-pura muntah mendengarnya. "Sekarang aku tahu gimana rasanya jadi Kak Anye."
"Muak ya, Sis?" sahut Mas Fauzi di tengah santapan makan siangnya.
"Banget, Mas!" tutur Siska, membuat Brian melayangkan protes.
Di sela-sela tawa mendengar kehebohan tim ini, ponselku kembali berdenting. Pesan balasan dari Farhan.
Farhan: Semoga Mama kamu nggak ngomong yang aneh-aneh.
Anye: Selain kasih tahu kalau kita seumuran dan sama-sama masih single, Mamaku nggak ngomong apa-apa lagi.
Pesan balasan lain datang dengan cepat ketika aku melihat status WhatsApp-nya online.
Farhan: Great! My mom said the same about you.
Anye: Kamu tahu kan, apa artinya kalau orang tua kita sudah turun tangan untuk mengenalkan?
Farhan: If you give me a permission, I would like to know you better.
Anye: As a friend?
Farhan: For now, yes, as a friend.
"Chat-an sama siapa sih, Nye?" Tanya mendekatiku dengan raut wajah penasaran. Namun, belum sempat aku menutup layar ponselku dengan tangan, Tanya sudah lebih dulu melihat dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Lo dijodohin sama nyokap lo?"
"Hah?"
"Seriusan, Kak?"
Walaupun Tanya tidak bermaksud untuk menyebarkan berita itu ke yang lainnya, working space yang setiap kubikelnya menyatu dan berdekatan membuat suara Tanya terdengar lantang. Aku mengerang seraya menutup wajahku dengan kedua tangan untuk menahan malu. Setiap pasang mata tertuju ke arahku. Termasuk Alex yang sejak pagi bekerja di working space ini meski dia mempunyai kubikel sendiri di lantai atas.
![](https://img.wattpad.com/cover/306263734-288-k454765.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Overdue [COMPLETED]
Literatura FemininaSelama ini sebuah janji di masa lalu telah mengikat Anye hingga sulit baginya melangkah menuju jalan yang dia inginkan. Di tengah kebimbangan dan kegamangan yang mengisi hatinya, Alex hadir menawarkan sesuatu yang telah hilang di hidupnya. Setelah...