I must be out of my mind.
Sejujurnya aku tidak tahu apa yang mendorongku semalam untuk mengungkap rahasia yang seharusnya kusimpan hingga mati. Sulitnya kami—aku dan Mama—selama beberapa tahun terakhir, seharusnya Aksa dan Jojo tidak perlu mengetahuinya. Tidak jauh beda denganku, mereka juga menyayangi setiap orang yang ada di keluarga ini—Papa, Mama, dan aku. Selama ini aku menyembunyikannya dengan baik agar mereka tidak perlu merasa bersalah menerima semua fasilitas yang mereka dapatkan—sesuatu yang seharusnya menjadi hak mereka.
Semua yang mereka dapatkan itu datang dari kerja keras Papa selama bekerja puluhan tahun hingga akhirnya Papa meninggal. Andaikan saja aku menawarkan diri untuk mengelola semua aset itu dan lebih memberikan perhatian ke Mama, mungkin Mama tidak akan jatuh terlibat dalam masalah penipuan itu.
Meski aku harus membatalkan rencana resign-ku dulu demi membiayai sekolah mereka, aku tidak menyesalinya. Aku pun tidak tega menutup mata, membiarkan kedua adikku tidak menyelesaikan kuliahnya ataupun tidak mampu merasakan bangku kuliah.
Namun, di satu sisi aku merasa hampa. Kosong. Gamang. Aku mulai menekan segala keinginanku karena aku tahu aku tidak akan bisa mendapatkannya sampai akhirnya aku pun tidak pernah lagi memiliki keinginan apapun selain melanjutkan hidup.
Diriku di umur delapan belas tahun mungkin akan tertawa miris mengetahui bagaimana aku menjalani hidupku sekarang—di saat dulu, aku memiliki banyak keinginan dan ambisi yang besar. Bekerja sebagai auditor minimal sampai jadi manajer, ikut program secondment untuk memperluas network dan menambah pengalaman baru, kuliah magister di luar negeri, ambil sertifikasi profesional seperti CA atau CPA, membeli mobil pertamaku, menandatangani kontrak KPR-ku, lalu menikah dengan orang yang kucintai.
Saat ini semua keinginan itu tidak bersisa.
Yang tertinggal hanyalah sebuah pengandaian.
Seandainya Papa tidak pergi meninggalkan kami, mungkin aku sudah lama resign dari kantorku ini. Seandainya Mama tidak ditipu oleh teman lama Papa, mungkin aku akan menerima lamaran Romi dan menikah dengannya. Seandainya Mama lebih kuat sejak Papa tidak ada dan aku tidak terlahir sebagai anak pertama, mungkin aku tidak akan mendapatkan tanggung jawab sebesar ini. Seandainya... seandainya... sekarang berandai-andai pun tidak ada gunanya.
Hanya karena emosi sesaat dan gelap mata, aku telah menyakiti keluargaku. Mama, Aksa, dan Jojo. Papa pasti akan kecewa padaku. Akibat ucapanku, keluargaku sedih. Aku bahkan lebih dulu kembali ke kamarku semalam, meninggalkan Mama, Aksa, dan Jojo yang masih berlinang air mata—malu karena telah berbicara sejahat itu pada Mama dan adik-adikku sekaligus merasa bersalah karena membuat mereka sakit hati.
Semalaman yang kulakukan hanya menangis tanpa henti. Ketika alarm pagiku menyala, pipiku masih basah dan sesegukan kecil masih terdengar. Aku membersihkan diri, menutup area bawah mata yang memerah dan bengkak dengan concealer, lalu keluar dari rumah meski matahari baru menunjukkan sinarnya.
Alam bawah sadarku membawaku berada di tempat ini. Di pemakaman, rumah terakhir yang Papa tinggali—tempat Papa dikebumikan. Satpam yang menjaga pintu masuk pemakaman ini sempat memberikan tatapan heran ketika aku berkunjung. Tidak ada orang yang mengunjungi makam di jam enam pagi tapi aku membutuhkannya. Aku butuh bertemu dengan Papa—meski kini yang bisa kulihat hanyalah batu nisannya.
"Papa..." sapaku setelah memanjatkan doa. Aku mencoba meraih batu nisan yang ada di depanku, tapi buru-buru kembali menariknya begitu menyadari tanganku bergetar hebat. Aku menarik napas dalam, berusaha menenangkan diriku, yang tentu saja gagal. Air mata sudah kembali mengalir. "Papa pasti sudah tahu kan, apa yang terjadi semalam? Papa pasti dengar dan tahu apa yang aku rasain. Aku..." suaraku menghilang. Mataku menatap kosong pada batu nisan milik Papa. "Aku jahat banget ya, Pa? Padahal Papa sudah percaya sama aku buat jaga Mama, Abang, dan Dedek, tapi aku malah buat mereka sedih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Long Overdue [COMPLETED]
ChickLitSelama ini sebuah janji di masa lalu telah mengikat Anye hingga sulit baginya melangkah menuju jalan yang dia inginkan. Di tengah kebimbangan dan kegamangan yang mengisi hatinya, Alex hadir menawarkan sesuatu yang telah hilang di hidupnya. Setelah...