CHAPTER 33

228 30 5
                                    

POV: RUMAH AURORA - EVELYN

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

POV: RUMAH AURORA - EVELYN

Perubahan sikap Evelyn yang menjadi semakin pendiam itu pun kerapkali menimbulkan tanda tanya bagi keluarga. Aurora yang tak ingin mencampuri urusan Evelyn tersebut juga memilih untuk diam dan merahasiakannya.

Setelah makan malam, Aurora menemui Evelyn di kamarnya.

"Evelyn, sorry ya misal gue ganggu waktu lo. Lagi sibuk nggak?" tanya Aurora dengan hati-hati.

"Nggak. Kenapa?" cetus Evelyn.

"Eve, gue tau apa yang lo rasain sekarang. Tapi mau sampe kapan lo kayak gini terus? Mama sama papa juga jadi khawatir lihat perubahan lo yang sekarang. Apa lo nggak capek murung terus?" tanya Aurora sedikit takut melukai perasaan Evelyn.

"Sorry ya, kalian jadi kepikiran soal gue. Gue gapapa kok, jangan terlalu khawatir," ujar Evelyn mencoba menetralkan suasana.

"Eve, lo masih marah ya sama Drayen? Sorry banget gue nanya soal ini, karena setelah gue pikir-pikir dan lihat keadaan Drayen makin hari jadi makin miris, gue jadi kasihan. Gue tau dia salah, tapi setidaknya apa lo nggak bisa tetep berteman sama dia gitu?" kata Aurora pelan dan sangat teliti dengan setiap ucapannya.

Evelyn menghela nafas panjang lalu, "Ra, gue udah terlanjur benci sama Drayen. Gue nggak bisa semudah itu lupain apa yang udah dia lakuin ke gue, lo bayangin aja di posisi gue yang baru sadar dari sekarat eh malah ditinggal ngejar cewek lain yang lo juga tau sendiri cewek itu murid baru di sekolah kita. Harusnya nggak seakrab itu kan, bahkan gue sendiri kaget pas tau Drayen ternyata belain tuh cewek yang baru kenal kemarin daripada sodaranya sendiri si Claydro," jelas Evelyn meluapkan kekesalannya.

"Iya gue juga tau dan ngerti gimana posisi lo saat itu. Dulu gue juga sempet marah banget sama Drayen karena keputusannya lebih milih ngejar Giselle. Tapi Eve, coba lo perhatiin deh kondisi Drayen beberapa hari setelah lo putusin dia. Mukanya keliatan pucat dan lelah banget, apa lo nggak kasihan sama dia?" tutur Aurora membuat Evelyn tak bergeming

"Sebenernya nggak hanya diposisi lo yang sulit waktu itu. Gue juga baru sadar kalo ada di posisi Drayen pun sama sulitnya. Gue yakin Drayen nggak mau putus sama lo, tapi dia terpaksa nyelametin Giselle dari pembulian itu. Ra, kita bahkan udah kenal Drayen dari dulu. Sebelum dia pacaran sama lo juga Drayen emang dikenal punya sifat nggak enakan sama orang lain dan jiwa empatinya tinggi banget. Mungkin itulah sebabnya dia mau nggak mau pilih tolongin Giselle waktu itu. Gue yakin diantara Drayen dan Giselle nggak ada hubungan apapun kecuali hanya sebatas adek kelas dan kakak kelas biasa," jelas Aurora berupaya memberi pengertian pada Evelyn.

"Yang dikatakan Aurora emang bener. Seharusnya gue juga nggak egois cuma mikirin perasaan gue sendiri dan mengabaikan perasaan Drayen gitu aja. Gue ngerasa bersalah banget udah cuekin Drayen dan kasar sama dia beberapa hari ini," batin Evelyn bergumam.

Evelyn pun mencoba untuk merenungi permasalahannya dengan Drayen.

"Gue nggak bakal maksa lo buat balikan sama Drayen, karena itu hak lo yang berhak mutusin dan nentuin yang terbaik buat diri lo sendiri kedepannya. Tapi gue cuma mau ngasih saran sebaiknya lo pikirin lagi deh Eve, Drayen udah banyak berbuat baik sama lo, dia juga sangat ngejagain lo, jangan sampai semua kebaikan yang Drayen lakuin itu bisa pupus cuma karena satu kesalahan doang. Kalo gitu, gue ke kamar dulu sekarang, jangan lupa istirahat dan bikin monolog buat besok," tutur Aurora kemudian pergi.

THE MIRACLE OF AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang