CHAPTER 35

219 22 5
                                    

POV: AULA SMA GARUDA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

POV: AULA SMA GARUDA

Beberapa hari kemudian ...

Semua siswa kelas 10 dan 11 telah berkumpul di dalam Aula SMA GARUDA untuk menyaksikan proses pemilihan dan penentuan pengisi acara pentas seni perpisahan kelas 12.

"Udah pasti gue sih yang jadi pangeran Alexander, terus Zee jadi putri Isabellanya," ucap Claydro percaya diri.

"Nggak sih, gue yakin kali ini kayaknya gue sama Evelyn yang terpilih," bantah Drayen tak mau kalah.

"Kita liat aja nanti," kata Hiro.

Setelahnya, ketiga pasangan calon Putri dan Pangeran itu pun secara bergantian menampilkan kemampuannya. Suara tepukan tangan menyambutnya meriah kepada pasangan Evelyn dan Claydro.

"Eh lo yang bener ya dansanya, awas lo injek kaki gue ntar," kecam Claydro membuat Evelyn memutar bola matanya malas.

Tiba saat Claydro dan Evelyn berdansa, tak sengaja Evelyn menginjak kaki Claydro dan hal itu pun terjadi berulang kali hingga membuat Claydro menyerah. Claydro meringis kesakitan dan berjalan terpincang menuju kembali ke tempat duduknya. Semua siswa pun menertawakan keduanya.

"Kaki kamu gapapa?" cemas Zee pada Claydro.

"Gapapa gimana? Ini sakit banget! Bisa cantengan kalo kayak gini caranya karena si Evelyn," ringis Claydro menyalahkan Evelyn.

"Ya gampang lah kalo lo cantengan kan tinggal dicabut ntar kukunya dan ganti kuku baru," jawab Drayen apa adanya kembali ditertawakan semua siswa.

Setelah itu, kini beralih ke pasangan Drayen dan Aurora.

"Putri Isabella, will you marry me?" dialog Drayen membuat semua siswa dan para guru tercengang karena sejak awal tak menemukan dialog tersebut di dalam naskah. Namun, justru kemampuan akting Drayen dan Aurora disertai improvisasinya itu mampu menarik perhatian semua orang disana.

"Aku ingin sekali menikah denganmu, Pangeran Alexander, namun ..." dialog Aurora yang bisa menyesuaikan improvisasi Drayen padanya.

"Aku tidak mengharap kata namun atau tetapi dalam jawabanmu Putri Isabella, aku datang ke istana untuk menemuimu dan melamarmu, menjadikanmu sebagai istriku. Aku hanya ingin kepastian dari jawabanmu itu, iya atau tidak?" dialog Drayen.

"Baiklah Pangeran Alexander, aku mau menerima lamaranmu dan menikah denganmu, karena walau bagaimanapun juga, aku selalu bahagia jika bersamamu," dialog Aurora.

"Terimakasih Putri Isabella, aku janji akan membahagiakanmu seumur hidupku," dialog Drayen sekaligus penutupannya.

Selesai tampil, semua guru pun terenyuh dan secara spontan mereka berdiri untuk memberikan apresiasi kepada Drayen dan Aurora.

"Luar biasa! Inilah yang dinamakan jiwa seni, bebas berimajinasi, berkreasi, dan berimprovisasi. Drayen dan Aurora telah menampilkan yang terbaik bahkan sekalipun mereka mengolah katanya dengan spontan, Ibu ingin tanya, kenapa Drayen secara tiba-tiba membuat dialog tersendiri? Apakah ada alasan khusus?" tanya salah seorang guru.

THE MIRACLE OF AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang