27

1.4K 262 9
                                    

(F/n) = Fake Name.

.
.
.

Pagi ini, (y/n) mengenakan pakaian formal berupa kemeja putih dan celana bahan. Gadis itu berdandan tidak seperti biasa, memakai wewangian tipis dan menyapu bedak halus dipipinya. Menambah sedikit pewarna dibibir pucatnya agar tidak terlihat tanda-tanda bahwa dia tidak bisa tidur semalam.

(Y/n) tidak pernah menyepelekan sebuah kasus, bahkan kini dirinya telah bersiap dengan matang. Berbagai penyamaran dia letakan didalam sebuah kotak. Dia dan timnya sengaja menggunakan penyamaran sejak hari pertama penyelidikan.

Sebagai wartawan sekalipun, gadis itu harus tetap berhati-hati karena bisa saja para pelaku dendam padanya.

Kini (y/n) menutup pintu dari luar dan menguncinya. Kunci segera dia titipkan pada Euphrasie, orang yang biasanya bertanggungjawab akan keselamatan kediaman para wartawannya yang pergi meliput.

Kakinya melangkah dengan pasti menuju Palais Mermonia, kini dia menggunakan identitas palsu yang sudah lama dibuat. Nama palsunya adalah (f/n), tanpa marga dibelakang namanya.

(Y/n) memasang kacamata bulat yang membingkai wajahnya dengan baik. Rambut palsu berwarna hijau tua yang menutupi rambut aslinya mulai terasa panas saat dia berjalan dibawah terik matahari. Banyak orang yang tidak mengenalinya, menandakan bahwa penyamarannya sangat bagus.

Cukup lama berjalan, kini gadis itu sampai di Palais Mermonia. Tungkai kakinya bergerak membawa serta tubuh menuju Menthe. Tangannya meraih identitas palsu dengan nama (f/n) untuk diberikan dan dicek oleh Menthe. Hanya butuh dua menit bagi Menthe mengecek, lagipula identitas (f/n) sudah cukup sering bolak-balik ke Palais Mermonia dulu untuk menemui Nona Furina yang saat itu masih menyandang gelar Archon Hydro. Dari sudut mata, (y/n) bisa melihat rasa bingung yang terdapat diwajah Menthe, ingin gadis itu bertanya kenapa Melusine itu terus menatap kearah lehernya bahkan meski gadis itu sudah beranjak dan berjalan menuju pintu ruangan Neuvillette.

"Permisi," Gadis itu mengetuk pintu ruang kerja Neuvillette.

Suara berat didalam sana memperbolehkan dirinya masuk, begitu (y/n) melangkah sebuah tangan menarik pinggangnya dengan keras. Membuat dirinya terkesiap lantaran pintu dihempaskan begitu saja dan kembali terkunci.

"(Y/n)?" Neuvillette tentu saja bisa mencium aroma tubuh gadis itu dari jauh. Tapi dia sedikit bingung karena yang berada didepannya terlihat berbeda orang. Hidungnya hampir terpancing untuk mendarat di bahu gadis itu kalau saja tidak segera dihentikan.

"Ya?" (Y/n) segera tersadar dari keterkejutan. Gadis itu segera melepaskan lengan Neuvillette dari pinggangnya dan berdiri tegap melepaskan kacamata dan rambut palsu. "Ya, ini saya."

Mata Neuvillette sejenak membulat, pria itu kini tersenyum tipis melihat wajah gadis itu dengan jelas. Ya, itu (y/n) nya yang beberapa waktu belakangan ini tidak sempat dia temui karena harus menghafal do'a pemberkatan untuk pernikahan Duke of Meropide mengingat pernikahan salah satu orang penting di Fontaine itu akan dilangsungkan dalam lima hari lagi.

"Ah, itu benar kau rupanya. Aku sedikit bingung karena wajahmu tertutupi kacamata besar itu dan rambutmu berubah berwarna hijau tua." Neuvillette membawa gadis itu kesofa didalam ruangannya. "Mau minum?"

(Y/n) itu mengangguk menerima tawaran Neuvillette. Dia memang sedikit haus setelah berjalan kesini panas-panasan.

Neuvillette berjalan kearah meja dan menuangkan segelas air lalu diberikan pada (y/n). (Y/n) menerimanya dan segera menandaskan air pemberian Neuvillette dalam sekejap.

Air dingin terasa nyaman saat membasuh tenggorokannya. (Y/n) merasa seperti kembali hidup setelah meminum air dari Neuvillette.

"Ah, saya kesini untuk membuat laporan." (Y/n) duduk dengan tegap, tangannya mengambil surat ancaman dari dalam tas selempang yang dia bawa.

Neuvillette segera mengambilnya, terlihat jelas wajah pria itu tidak senang dengan ucapan (y/n). Alisnya terlihat bertautan dan mengkerut membaca tulisan yang dibuat dari darah. Entah darah siapa, Neuvillette bergidik mencium aroma besi.

Membuatnya mengingat aroma manis darah (y/n) saja.

"Darimana kau dapat surat ancaman ini?" Neuvillette memilih meletakkan surat itu keatas meja. Pria itu menyenderkan tubuhnya kemeja, menunggu lanjutan laporan (y/n).

"Semalam seseorang meletakkan surat ini didepan rumah saya. Saya tidak bisa melihat wajahnya karena terlalu gelap."

"Apa kau mengingat ciri-cirinya?"

Gadis itu mengangguk dan mulai menjabarkan ciri-ciri orang yang meletakkan surat ancaman itu didepan pintu rumah.

"Ya, dia tinggi sekitar seratus depan puluhan senti. Seorang laki-laki dengan usia sekitar tiga puluhan. Rambutnya dipotong pendek sebahu." Gadis itu menjelaskan dengan baik-baik. Bulu kuduknya sedikit merinding saat menyadari Neuvillette menatap tajam kearahnya setiap kali gadis itu menjabarkan ciri-ciri orang yang mengirimkan surat ancaman itu.

Ekspresi Neuvillette membuat gadis itu sedikit tercekat, rasa takut hampir saja melahapnya lagi. Gadis itu mencoba menenangkan diri, "Hakim Agung." Panggilnya pelan.

Neuvillette hanya bergumam menjawab panggilan (y/n). Pria itu fokus pada suara (y/n), seolah menanamkan siapa yang harus dia bereskan agar tidak ada lagi yang mengirimkan hal-hal aneh pada gadis itu.

"Wajah Anda menakuti saya, Hakim Agung."

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

San: mam aja pelakunya pal, gangguin ayangmu kwkwkwkw 😭

.
.
.

.
.
.

14 April 2024

✔️ 𝓨𝓮𝓼, 𝓜𝓸𝓷𝓼𝓲𝓮𝓾𝓻? [Neuvillette X F. Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang