Penaklukan kota Sunda kelapa

13 2 0
                                    

Kisah ini bagaikan sebuah lukisan, di mana warna cerah adalah suka dan goresan kelam adalah duka,yang saling melengkapi untuk menciptakan karya yang indah laksana Alam Nusantara.

Penaklukan kota Sunda kelapa adalah bentuk perjuangan untuk mengusir penjajah di pulau Jawa,mencegah lebih baik dari mengobati. Kota Sunda Kelapa yang bergetar dalam pelukan angin sejarah, kini terukir sebagai mahakarya sastra yang dramatis di kanvas waktu, di mana setiap sudutnya menggema dengan kisah penaklukan yang melukis jiwa yang Amerta.

80 km di sebelah timur kota Sunda kelapa, beberapa orang dari pasukan Kesultanan Demak atau oleh si Author disebut dengan Kesultanan Jawi. Supaya si pembaca membuat teori apa itu Kesultanan Jawi di dunia nyata. Beberapa orang dari Pasukan Demak tersebut memutuskan untuk membelot karena menganggap bahwa penaklukan atau ekspedisi ini akan berakhir sia-sia.

Tetapi petinggi atau senior pasukan dari Cirebon (Priangan dalam kisah ini) mengetahui hal tersebut, dan segera langsung menangkap mereka lalu dihadapkan kepada Raden/Ki Fatahillah untuk memberitahukan hal yang mereka lakukan.

Raden/Ki Fatahillah:
Kenapa kalian ini ,melakukan hal tersebut ?.

Orang orang yang ingin membelot:
Mohon ampuni kami, kami hanya orang kecil yang memiliki pandangan kalau ekspedisi ini akan berakhir sia-sia karena pasukan Portugis atau Burtugal meskipun lebih sedikit jumlah pasukannya tapi mereka memiliki senjata yang jauh lebih canggih daripada yang kita miliki !.

Raden/Ki Fatahillah menjelaskan kepada mereka kalau penaklukan ini sangat penting karena jika kita tidak menaklukkan Kota Sunda kelapa maka cepat atau lambat Portugis akan menjajah Bumi kita.

Raden/Ki Fatahillah:
Saudara-saudaraku, Rasulullah pernah memenangkan peperangan meskipun secara persenjataan sangat jauh dibandingkan lawan dan musuhnya.

Orang orang yang ingin membelot:
Tapi kan beliau adalah Nabi !.

Raden/Ki Fatahillah:
Nabi adalah manusia biasa, yang perbuatannya bisa kita tiru, bahkan harus dijadikan sebagai Teladan.

Orang orang yang ingin membelot:
Wong Agung(Raden Fatahillah), belum pernah memberikan ilmu atau sebuah ajian kepada kami, supaya kami mendapat pertolongan langsung dari Allah, seperti Rasul kita.

Raden/Ki Fatahillah:
Seperti yang sudah kita pelajari, pertama niatnya harus benar, bahwa kita berjuang adalah untuk menegakkan perintah Allah semata-mata. Perbanyak berdoa dan baca apa yang sudah kalian pelajari.

Qois Al Ganjavi Mulkasa:
Apakah dengan doa Kita bisa menang Wong Agung ?.

Raden/Ki Fatahillah:
Menang atau kalah itu adalah ketentuan Allah semata, kewajiban kita hanyalah berikhtiar semaksimal mungkin.

Salim Arjuna:
Lalu apa perbedaannya dengan orang-orang Portugis itu ?, mereka juga bisa menang dan kalah !.

Raden/Ki Fatahillah:
Bagi kita yang berjuang di jalan Allah, akan mendapatkan keputusan yang terbaik itu pasti.

Salah satu orang yang ikut membelot:
Lalu bagaimana kalau keputusannya adalah mati ?!.(Dengan suara lantang).

Mendengar perkataan tersebut Salim Arjuna hampir mencabut pedangnya, namun tangannya ditahan oleh tangan Adipati Keling.

Raden/Ki Fatahillah:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

مِّنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ رِجَالٞ صَدَقُواْ مَا عَٰهَدُواْ ٱللَّهَ عَلَيۡهِ ۖ فَمِنۡهُم مَّن قَضَىٰ نَحۡبَهُۥ وَمِنۡهُم مَّن يَنتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُواْ تَبۡدِيلًا

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Layla & Qois (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang