[BabeLova]
-Cakra yang tinggal di gudang masjid, karena orang tuanya meninggal saat ia masih kecil. "Aku? Sendiri? Aku, kan punya Kakak sama Adek! Siapa? Jelas Kak Bima dan Adek Gaga! Siapa lagi? Aku.. aku cuman punya kalian. Iya, kan? Kakak Bimaa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Aku mau kamu, semoga Tuhan merestui."
-Cakra Aira
🌱
Melanjutkan kisah Dita Dwi Lestari dan Cakrawalanya. Sekaligus mengingatkan kalian tentang gadis bernama Airin dengan proses melupakannya kepada Galaksi.
🌱
Bioskop sudah, makan malam juga sudah. Sekarang, Cakra membawa gadisnya menuju pasar malam yang baru dibuka.
Tita terpana, menatap permen kapas dengan ekspresi wah yang tak bisa diartikan oleh kata.
"Mau?" Gadis itu mengangguk. "Berapa?"
"Satu aja."
"Bang, sat-- tiga, ya." Tia membelalak.
"Gak kebanyakan?"
Cakra menggeleng. "Buat nanti, kalau gak habis bisa kamu kasih ke camer aku." Tawa renyah terdengar ditelinga Cakra, ia malah diingatkan akan sesuatu. "Ta?"
"Iya?"
"Aku belum izin sama Mama buat bawa anaknya pergi sampai malem gini. Aku boleh minta nomor Mama, gak?"
"Wah! Gentle sekali laki-laki ini. Meminta nomor Ibuku tanpa takut dibejek." Sarkas Tita.
"Kalau gak gini mana bisa dapet restu aku."
"Iya-iya, ini nih!" Lantas memberikan ponselnya cuma-cuma. Ia lebih mementingkan menerima semua permen kapas yang diberikan Abang penjual.
Cakra mengernyit ketika melihat walpaper gadis itu, sebuah Galaksi Bima Sakti. Cakra kira akan seperti wanita lain yang sedang menggandrungi cowok-cowok kpop, ternyata cantiknya sebuah Nebula ia jadikan walpaper.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Halo, Ma?" Tita melotot. Permen kapas dimulutnya terasa sangat manis. Bisa-bisanya langsung ditelepon, lebih tidak disangka lagi Mama mau menerima panggilan dari nomor tak dikenal.