Langit menjelang sore dan Cakra masih dalam perjalanan pulang menuju rumah, ah! Maksudnya gudang masjid.
Motornya melaju kencang di jalanan yang lenggang, sebagian atas wajahnya terasa dingin karena angin yang menerpa. Cakra, ia tengah bergulat dengan segala pikiran tentang kejadian-kejadian sebelum sekarang. Entah apa yang ia rasakan, makannya ia bersikap acuh dengan sekitarnya. Seperti pada Bima barusan contohnya.
Ia juga tak mau mendiamkan sahabatnya seperti itu, ia hanya mencoba menahan-- menahan sesuatu yang tak ia inginkan tuk terjadi.
Cakra tak punya siapa-siapa selama ini, tidak termasuk BabeLova. Maksudnya seseorang yang ia cintai, yang tak ingin ia tinggalkan, juga tak ingin meninggalkannya. Kali ini, ia menemukan Tita. Wanita yang mampu mengubahnya menjadi orang yang lebih lembut sedikit saat dirinya tumbuh dan besar tanpa seorang wanita di sampingnya. Orang yang mampu meneguhkan hatinya hanya untuk satu hati saja. Hanya Tita.
"Bim, gue gak mau egois. Sumpah! Gue gak mau kayak gini. Tapi.. apa salah kalau gue egois karena gue jatuh cinta? Kali ini aja, kali ini aja, tolong.. gue mau perjuangin satu-satunya cinta yang saat ini hadir."
Cakra semakin melaju menambah kecepatannya yang entah dimana tujuan akhirnya, ia cuma bisa seperti ini sekarang. Namun rasanya sama saja, ia tetap tak punya tujuan akhir saat anak laki-laki lain menceritakan keluh serta kesahnya pada sosok Ayah, dan Cakra tidak punya itu.
Padahal Cakra juga mau mengeluh pada sosok Ayah saat ia tak punya jalan keluar dari masalahnya.
"Maaf Bim, mungkin egois ini bakal bunuh kita perlahan demi perlahan."
Ceeaat*
Bug*
Sebuah truk dari arah kanan menabrak Cakra dengan keras, ia terpental jauh dari motornya ke atas aspal yang mulai basah karena gerimis.
Helm yang laki-laki itu gunakan masih aman terpasang, hanya saja tubuhnya yang hanya berselimut seragam sekolah itu mulai memberikan tanda merah yang berasal dari darah.
🌱
"Makasih, Ga. Udah anter gue pulang."
"Sama-sama, yaudah gue pulang, ya?"
"Tunggu!" Gaga kembali berbalik saat kakinya sudah terangkat satu naik ke atas motor.
"Apa? Lo kangen sama gue?"
Tita mendecak. "Ge er! Makan nih kangen!" Ucapnya melemparkan helm yang tidak ringan itu pada Galaksi.
"Ta!"
"Ape?!"
"Kalau helm gue rusak sih gak pa-pa! Tapi kalau pala gue yang kena, besok kita mau jawab soal gimana?!"
Masih saja soal yang dipikirkan.
"Masa bodo! Udah, sana pergi! Cepet-cepet! Entar dikira pacaran lagi sama orang-orang. Cepet sana pulang!" Tita dengan jelas memberi kode agar Galaksi segera pergi dari depan gerbang rumahnya. Gadis itu tak mau menimbulkan gosip pada tetangga dan teman-teman sekolahannya. Ia tahu betul mulut orang-orang di sekitar dan mulut teman-temannya itu.
"Yee.. bukannya makasih dengan tulus, malah nyolot lo!"
"Tuan muda Galak, makasih, ya." Ujar Tita dimanis-maniskan. "Udah, kan? Cepetan pergi atau gue tendang lo sampai wakanda!"
"Iya-iya! Gue pergi." Galaksi langsung menurut, ia merengut karena tak bisa melawan Tita. Bukan hanya karena ia seorang wanita, tapi bela dirinya juga yang membuat Galaksi segan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] BabeLova - Jaemin, Haechan, Mark
Roman pour Adolescents[BabeLova] -Cakra yang tinggal di gudang masjid, karena orang tuanya meninggal saat ia masih kecil. "Aku? Sendiri? Aku, kan punya Kakak sama Adek! Siapa? Jelas Kak Bima dan Adek Gaga! Siapa lagi? Aku.. aku cuman punya kalian. Iya, kan? Kakak Bimaa...