🖇️08. Gramedia

67 37 0
                                    

ASSALAMUALAIKUM, KATTIE ADA PENGUMUMAN NIH!!

Insya Allah tiap hari aku bakalan up 1 Bab. Kalo mood lagi baik, kemungkinan aku bisa up 2 atau 3 bab gitu dalam sehari. Doa'in semoga mood Kattie selalu baik ya, biar lancar updatenya😻👉🏻👈🏻

HAPPY READING

EH, Sebelum baca, vote dulu dong, masa Kattie udah baik gini kagak dikasih vote, ntr Kattie nangis nih🥺

Follow ig aku:
@yaa_frstn @kucingimut1258

Ig mereka juga:
@zayaflow_
@gafi.prnz
@kaylen_yrf
@luv_yin
@atlnta_

🔗🧸📕

"Jangan selalu menilai buku dari sampulnya. Bahkan buku yang memiliki sampul bagus saja masih bisa membuat hati terluka karena isi ceritanya."

MINGGU siang yang cerah ini, Zaya dan Atlanta menghabiskan waktunya mengelilingi sebuah toko besar yang sangat digemari oleh para pecinta buku dan seni yang biasa disebut dengan Gramedia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MINGGU siang yang cerah ini, Zaya dan Atlanta menghabiskan waktunya mengelilingi sebuah toko besar yang sangat digemari oleh para pecinta buku dan seni yang biasa disebut dengan Gramedia. Apapun ada di dalamnya, buku novel, buku sejarah, buku ilmiah, komik, peralatan alat tulis, kanvas, bahkan pewarna atau cat untuk melukis.

Di sinilah Zaya dan Atlanta berada sekarang, di lantai pertama tempat di mana kanvas dan peralatan alat-alat lukis terletak di sana. Berbagai macam alat lukis membuat hati Atlanta begitu tergiur melihat benda-benda itu. Jiwa senimannya semakin meronta-ronta.

"Surga para seniman banget ya, Kak," ujar Zaya cukup kagum melihat tumpukan kanvas-kanvas itu.

Atlanta mengangguk singkat. "Iya, Za. Saya bingung mau milih yang mana jadinya."

"Kenapa bingung, Kak? Bukannya semua sama saja ya?"

"No. Memang semua kanvas ini terlihat sama semua, tapi bagi seorang seniman seperti saya ini sangat berbeda. Mungkin dari segi bentuk memang sama, tapi kualitasnya berbeda. Kamu paham kan?" Jelas Atlanta.

Zaya menganggukkan kepala mengerti.

"Jadi, apa kamu mau memilihkan kanvas ini untuk saya?" tawar Atlanta.

"Saya kak? Tapi saya gak tau apa-apa, takut nanti saya pilih yang salah," jawab Zaya. Lagipula dirinya tidak tahu mengenai apapun tentang kanvas-kanvas putih ini.

"Gak papa. Saya terima semua pilihan kamu." Atlanta tersenyum manis.

Zaya agak bimbang. Namun karena permohonan dari Atlanta membuat Zaya menuruti permintaan cowok itu. Gadis itu memilih sebuah kanvas yang ukurannya tidak terlalu kecil, dan tidak terlalu besar. Ukuran yang sangat sempurna.

"Ini bagus, Aza. Saya menyukainya," ucap Atlanta. "Tapi mengapa kamu pilih yang ini?"

"Entahlah, Kak. Saya cuma merasa kalau kanvas ini agak berbeda. Ukurannya sangat pas. Tidak besar, tidak kecil. Mungkin saja ini akan menghasilkan lukisan yang sangat bagus," jelas gadis itu.

We Are Happy Ending [END] [PROSES TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang