3. siapa yang bodoh?

177 27 46
                                    


"K-kau...?"

.
.
.
.
.

Blaze mendongak kan wajahnya, yang pertama ia lihat adalah wajah teduh milik kembarannya. Tidak percaya kalau ice ada di sampingnya dan menanyakan perasaanya, padahal blaze sudah ikut-ikutan menyiksa ice seperti saudara-saudara nya yang lain.

'mengapa aku bisa membencinya?dia anak baik' batin blaze yang tidak percaya dengan apa yang terjadi. Blaze mulai sadar dengan apa yang di lakukannya, tapi sepertinya itu tak akan bertahan lama.

Bersabarlah ice, semua akan ada masanya. Tapi kenapa kegelapan ini belum pergi dari mu? Apakah kehancuran ini hanya akan berakhir jika kau pergi?

"Ciee ada yang habis nangis yaaak" taufan datang di waktu yang tidak tepat, seharusnya ia datang lebih lama lagi dan membiarkan mereka saling berinteraksi kembali.

"Ga. Gausah sosoan baik, hush hush. Amnesia dilarang dekat-dekat aze!" blaze merajuk dong.

"Iya iyaa adek kak hali yang manis-ehh gantengg. Kakak tau kok. Sekarang aja gem" gempa hanya mengangguk karna tahu apa yang sedang di maksud oleh halilintar.

"Sekarang? paan sih ha-eh loh kok lampunya mati sihh aaaa~" blaze merengek karna takut. Mengedarkan pandangan guna mencari sosok yang paling dekat dengannya, tapi-- sulit.

Tiba² muncul cahaya yang memancarkan samar sinar berwarna oranye dari arah belakang blaze, yap blaze ingin menangis ketika tahu ternyata cahaya itu berasal dari lilin berbentuk angka 13 yang berada diatas sebuah kue, bay manis kue mulai menyebar setelah kue itu keluar dari kotaknya. Kue coklat dengan toping Oreo? Owh blaze mencintai hal-hal manis.

Terharu rasanya dinyanyikan lagu selamat ulangtahun oleh saudaranya. Setelah nyanyian ulang tahun tersebut selesai, blaze meniup lilin tersebut kemudian gempa yang berada di dekat saklar lampu menyalakan lampu yang ternyata mati karena disengaja. Sorot mata blaze kini terpaku kearah sang kembarannya yang berjalan mundur kearah gelap lorong sembari melihat kue ultah tersebut, yang blaze lihat ice meninggalkan tempat tersebut dengan senyum di wajahnya. Kini, perlahan namun pasti ice menghilang dibalik bayangan tersebut.

.
.
.
.
.

Ditempat lain, didalam kamar bernuansa biru muda dengan hiasan api itu tampak seorang anak sedang berbaring di atas ranjangnya. Wajahnya yang tenang, tidak memungkinkan orang lain bisa tahu begitu saja keadaannya yang sebenarnya. 'aku ga papa kan?oh ya jelas, aku anak kuat. Tapi kata 'jelas' itu berbeda dengan 'kuat'. ' batinya sudah menunjukkan betapa jelas hancur keadaannya kini.

"Iceee.... Kamu yakin kamu kuat? Ngehadapin hidup yang kaya gini? haha Dunia bercandanya asik banget yaa... Asiknya kelewatan. Mainnya di mental, fisik, ama perasaan! Yang gak sempurna bisa apa? Yang gak ada apa-apanya bisa ngapain? Yang cuma jadi sampah dunia bisa gimana?" Mata sayu nya menatap langit-langit kamarnya, setetes air mata tak terasa mengalir dari ujung matanya. Suara gemetarnya ia pelan kan, mungkin itu alasan ia diam saat dimarah karna ia tak ingin menyuarakan suara nya yang gemetar, itu berbeda dengan raut wajahnya. Cerita dengan diri sendiri, lagi. Itu- sedikit membuat hati tersayat.

"Andai kamu sempurna ice, tapi sayangnya itu ga bakal terjadi. Gini amat hidupmu ice, udah di kasih keluarga yang ga lengkap, ga pernah dianggap, ga sempurna, malah di tambah penyakitan, mana ga bisa stop minum obat...Telat dikit kambuh." Obat-obatan membuatnya terlihat seperti manusia tanpa nyawa, dia hidup dengan itu.

"Oh ya, kenapa ya? aku bisa sebodoh itu dulu, bodoh banget gak sihh? bisa²nya ngira kalo mereka tau aku masuk rumah sakit karna sakitnya aku tambah parah mereka bakal sedih. Padahal mereka aja pengennya aku mati, kenapa sih waktu itu aku masih mikir mereka sayang sama aku, kenapa coba? Gara-gara pikiran itu aku ga jadi bundir, tolol banget emang haha." Tadi nangis, Sekarang tertawa. Kehancuran benar-benar hampir merenggut kewarasan nya.

"Sampah kaya aku di kasih nyawa, emang ya permainan alam,, palingan orang ga guna kaya aku di kasih nyawa karna dunia gabut, cuma di jadiin mainan doang.. Gabutnya lucu, menistakan manusia loh? Anjay haha.
...... Tapi iya ya, aku ga pantes di sebut manusia, aku kan sampah, orang ga guna, pembawa sial... Tapi kalo aku sialan kenapa di kasih kesempatan buat ngeliat dunia yang baik ini? Kan ga wajar" ice hanya mencaci dirinya sendiri lantaran merasa tak pantas berada di dunia yang di huni oleh orang² sempurna. Dia kan banyak kurangnya.

"Yaudah lah, sesekali berhenti mungkin gapapa..." ucapnya lagi sembari bangun dan menuju ke lemari pakaiannya. Ia ternyata mengeluarkan banyak obat, baik sirup maupun tablet dari balik pintu lemari pakaian yang selama ini terkunci tersebut. Tanpa pikir panjang ia menuangkan isi obat sirup tersebut hingga habir ke keluar jendela kamarnya, dan membuat obat tablet ke tong sampah di samping meja belajar. Ternyata dibalik yang ice lakukan itu, ada seseorang yang mengetahuinya.

"loh kak hali mana"-thorn...

FLASHBACK OFF

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

*Info : Hali, Taufan, Gempa tidurnya sendiri². Blaze&Ice ber2, Thorn&Solar ber2 jugaa*)

"K-kau?hati-hati kau baru saja bangun...!"-halilintar

"Enghh...k-kenap-"-ice

"Diam!kau itu baru bangun kau tidak dengar ya." halilintar langsung memotong ucapan ice.

Di saat yang lain sibuk, akhirnya blaze memutuskan kembali ke kamar. Saat tiba di depan pintu kamar nya, ia tak sengaja mendengar seseorang yang sedang menyembunyikan tangis nya lalu seorang lagi sedang bertanya dengan sedikit membentak.

"Hahh... kalau kau lelah kau bisa ceritakan masalahmu padaku! Apa yang kau sembunyikan dari ku? Aku ini kakakmu dan aku berhak untuk tau masalah mu! Apa masalah mu?!" Halilintar terus bertanya dan meminta paksa alasan yang ice tutupi.

'kakak ya?'. "T-tidak ada, a-aku tidak menyembunyikan apapun." Ice berkata demikian dengan gugup, dia bisa saja berbohong dengan mulus jika Halilintar tidak terus-terusan menatap matanya.

"BOHONG!,,kau berbohong ! Aku tau kau berbohong ice... Kau itu sedang menyembunyikan masalahmu.. APA KAU INGIN AKU CERITAKAN betapa sering kau menyembunyikan semuanya dari ku?!" halilintar tampak marah, pasalnya ice sedari tadi terus melirik kearah lain meski tangan hali terus membawa wajah itu agar saling berhadapan.

"Kau peduli? hiks...buat aapaa?" Sekarang, ice tak peduli keadaan... Suaranya gemetar dan ia tak mau kalah dari perdebatan ini. Intinya dia juga ingin menyuarakan tentang dirinya sekarang.

"kau yang tidak ingat!! hiks... seharusnya aku yang bertanya! 'apa kau yang ingin aku ceritakan hh?' kau tidak ingat tuan?! 5 bulan yang lalu kita satu mobil untuk berangkat sekolah.. salah kah? Kalian malu aku ada bersama kalian?... Hanya karna orang-orang lain menatap kalian yang membawaku bersama kalian, kenapa harus mendengarkan pendapat orang lain sementara kau tak bisa berpendapat! hiks....aku tak hanya hancur tuan, kau hanya mendengarkan aduan adik-adik mu yang malu karna aku..tapi aku juga adik-arggh bodoh kau ice kau sampah ingat!" Dia hanya mengatakan apa yang ada di pikirannya Sekarang, masih tidak peduli jika dia akan kehilangan nyawa hari ini lagi pula- dia juga sudah muak pada kehidupan.

TBC

Janlup vote nya. Jangan jadi readers silent ya. Vote gratis kok makasih

1100

Anj- kena lagi njir. Masa ga bisa di pub

Us the next life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang